Tokoh

2024.08.29

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata mengundang tokoh-tokoh penting dalam bidang seni budaya dari berbagai negara melalui program K-Fellowship untuk mendorong pertukaran internasional. Program ini diselenggarakan setiap tahun sejak tahun 2009. Lebih dari 200 orang pemimpin lembaga seni budaya telah diundang ke Korea untuk berdialog dengan para pakar Korea serta mencari program kerja sama baru antar lembaga maupun antar negara. 15 orang tokoh seni budaya dari 15 negara diundang ke Korea pada tahun 2024 setelah melalui penyeleksian rekomendasi dari Korean Culture Center yang ada di negara-negara tersebut. Kali ini Korea.net bertemu dengan Direktur Kantor Urusan Internasional Institut Smithsonian Aviva Rosenthal.


Direktur Kantor Urusan Internasional Institut Smithsonian Aviva Rosenthal terlihat sedang menjelaskan mengenai pentingnya seni budaya Korea pada masa kini dalam wawancara dengan Korea.net yang digelar tanggal 25 Juli 2024 di KOCIS Center, Jung-gu, Seoul. (Lee Jun Young)

Direktur Kantor Urusan Internasional Institut Smithsonian Aviva Rosenthal terlihat sedang menjelaskan mengenai pentingnya seni budaya Korea pada masa kini dalam wawancara dengan Korea.net yang digelar tanggal 25 Juli 2024 di KOCIS Center, Jung-gu, Seoul. (Lee Jun Young)



Penulis: Yoon Sojung

"Kerja sama dengan mitra global, seperti Korea, sangat penting untuk meningkatkan jangkauan, hubungan, dan pengaruh kami."

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Kantor Urusan Internasional Institut Smithsonian Aviva Rosenthal sebagai alasan Institut Smithsonian memiliki ketertarikan yang besar terhadap seni budaya Korea.

Rosenthal merupakan salah satu tokoh utama dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) terkait kerja sama budaya antara Korea dan Amerika Serikat melalui Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea dengan Institut Smithsonian. MoU tersebut ditandatangani pada bulan April 2023 saat Presiden Yoon Suk Yeol mengunjungi AS.

AS tidak memiliki kementerian kebudayaan secara terpisah sehingga Institut Smithsonian memiliki peran yang sama dengan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata di Korea. Institut Smithsonian sendiri merupakan kompleks museum, pendidikan, dan penelitian terbesar di dunia serta mengelola kebijakan terkait kebudayaan di AS.

MoU tersebut merupakan kesepakatan pertama yang ditandatangani lembaga utama Korea dan AS yang mengepalai lembaga-lembaga seni budaya di negara tersebut.

Rosenthal mengungkapkan, "Kita bisa memupuk kepercayaan dengan bertemu lalu bekerja bersama. Kepercayaan tersebutlah yang menjadi awal dari kerja sama jangka menengah dan panjang."

Ia menekankan, "Kami akan terus mendorong kerja sama dengan berbagai lembaga yang ada di bawah Smithsonian, termasuk pertukaran sumber daya manusia dengan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea."

Berikut ini adalah petikan wawancara dengan Rosenthal yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2024 di KOCIS Center, Jung-gu, Seoul.

- Anda mengunjungi berbagai museum nasional selama kunjungan Anda di Korea. Apa saja yang Anda diskusikan?


Saya bertemu dengan direktur dan berbagai pejabat penting museum nasional di Korea, lalu mendiskusikan berbagai proyek kerja sama dan pertukaran, misalnya melalui pameran bersama atau pertukaran SDM. Korea sudah menjalin kerja sama dengan salah satu museum yang berada di bawah Smithsonian, yaitu NMAA (National Museum of Asian Art).

Ke depannya, kami akan memperluas kerja sama dengan berbagai museum, galeri, dan lembaga penelitian yang berada di bawah Smithsonian, seperti Museum Hirshhorn dan Museum Desain Cooper Hewitt. Saya sangat terkesan dengan investasi dan tekad kuat Pemerintah Korea dalam merestorasi budaya dan mendorong museum-museum di Korea agar bisa berkelas dunia.

- Apa hasil yang berhasil dicapai melalui MoU yang ditandatangani oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata dengan Institut Smithsonian?


Salah satu hasil penting yang berhasil dicapai melalui MoU tersebut adalah pameran bertajuk Lee Kun-hee Collection yang akan digelar di NMAA pada tahun 2025 melalui kerja sama dengan Museum Nsional Korea. Pameran tersebut berisi barang-barang seni yang dikoleksi oleh mendiang Lee.

Melalui kerja sama dengan Korea Foundation, NMAA telah menunjuk Kurator Hwang Sunwoo sebagai kurator NMAA pertama dalam bidang seni budaya Korea. Selain itu, untuk memperingati seratus tahun dibukanya NMAA, pameran bertajuk Public Figures telah digelar sejak bulan April lalu melalui bantuan dari Korea Foundation.

- Institut Smithsonian ingin memperluas kerja sama dengan Korea dalam bidang apa?


Tentu tidak terbatas. Kita bisa mengejar proyek bersama untuk keuntungan masyarakat Korea dan AS melalui berbagai bidang, seperti digital, proyek terkait teknologi realitas virtual, program kerja sama bersama, budaya masyarakat, festival, dan hari peringatan. Kita bisa memikirkan bagaimana memperkenalkan seni budaya Korea dan kisah baru terkait sejarah Korea kepada seluruh dunia, tidak hanya masyarakat Korea. Kita juga bisa memikirkan mengenai pameran berjudul Decoding Korea yang digelar selama helatan Olimpiade Paris.

- Apa alasan Institut Smithsonian tertarik dengan seni budaya Korea?


Institut Smithsonian merupakan kompleks museum, pendidikan, dan penelitian terbesar di dunia sehingga kami bertanggung jawab untuk meningkatkan dan mempromosikan pengetahuan kepada masyarakat dunia. Kami tidak hanya tertarik terhadap seni budaya Korea saja, tetapi juga pada ilmu pengetahuan alam dan teknologi.

NMAA memiliki banyak koleksi terkait Korea. Selain itu, Museum Nasional Sejarah Alam juga menyimpan banyak artefak Korea penting. Tak hanya itu, Museum Nasional Sejarah Amerika juga menyimpan berbagai artefak Korea, salah satunya adalah koleksi uang Korea.

Festival Chuseok yang digelar melalui kerja sama KCC (Korean Cultural Center) Washington DC dan NMAA pada tahun 2023 berhasil dikunjungi oleh lebih dari 60 ribu orang hanya dalam waktu beberapa jam setelah pembukaannya. Pengunjung yang hadir pun berasal dari berbagai kalangan.

Saat ini, Pusat Kehidupan Masyarakat dan Warisan Budaya Smithsonian sangat tertarik dengan warisan budaya, makanan, kerajinan tangan tradisional, dan musik Korea. Selain itu, Museum Hirshhorn di Washington DC juga telah memperkenalkan karya-karya seniman Korea, seperti Paik Nam-June dan Jae Ko.

Museum Desain Cooper Hewitt di New York juga ingin terhubung dengan Korea. Kerja sama dengan mitra global, seperti Korea, sangat penting untuk meningkatkan jangkauan, hubungan, dan pengaruh kami.

- Koleksi Korea apa yang saat ini dimiliki oleh Institut Smithsonian?


Institut Smithsonian mengelola 21 buah lembaga berupa museum, tempat penelitian, tempat pendidikan, kebun binatang, dan perpustakaan. Koleksi terkait Korea yang kami miliki sangat beragam, mulai dari koin, prangko, keramik, foto, bahkan hingga koleksi terkait astronomi dan dunia hewan. Jumlahnya lebih dari 23.000 buah.

Di antara koleksi tersebut, yang paling membuat saya terkesan adalah karya instalasi milik Do Ho Suh yang bernama "Public Figures." Karya tersebut dipasang di halaman depan NMAA dan menghadap ke National Mall di Washington DC. Tempat ini merupakan tempat yang paling penting di ibu kota AS dan dikunjungi oleh ribuan orang setiap harinya.

Kantor saya berada di dekat NMAA sehingga saya bisa melihat karya tersebut setiap melewatinya. Setiap kali saya melihat karya tersebut, saya berpikir ulang mengenai sejarah, pemerintah, dan manusia. Karya tersebut benar-benar karya yang sangat kuat.

"Public Figures" merupakan karya berupa sebuah patung berbentuk seperti pilar dengan banyak manusia yang menopangnya di bawahnya. Setiap patung manusia tersebut digambarkan dengan sosok yang berbeda. Kaya tersebut mampu menggambarkan karakteristik seni modern yang menghancurkan ideologi lama dan membuka perubahan baru. Karya ini bisa dilihat oleh masyarakat setempat hingga tahun 2029.

Karya instalasi milik Do Ho Suh yang bernama Public Figures dipasang di halaman depan NMAA dan menghadap ke National Mall di Washington DC. Di bagian bawah patung berbentuk pilar tersebut terdapat lebih dari 400 patung manusia mini dengan sosok berbeda yang menopang pilar tersebut. (NMAA)

Karya instalasi milik Do Ho Suh yang bernama "Public Figures" dipasang di halaman depan NMAA dan menghadap ke National Mall di Washington DC. Di bagian bawah patung berbentuk pilar tersebut terdapat lebih dari 400 patung manusia mini dengan sosok berbeda yang menopang pilar tersebut. (NMAA)


- Bagaimana posisi Korea sebagai mitra global Institut Smithsonian?


Kami bekerja sama dengan berbagai negara di dunia. Kami tidak hanya bekerja sama dengan Korea dalam bidang budaya saja, tetapi juga dalam bidang teknologi, desain, dan sebagainya. Kami juga berpikir bahwa Korea adalah negara yang spesial sehingga kami ingin melebarkan kerja sama dalam berbagai bidang.

Kami telah memperkenalkan berbagai karya seniman Korea atau keturunan Korea sejak dahulu. Salah satu karya utama tersebut adalah "Electronic Superhighway" (1995) karya Paik Nam-june yang dipamerkan di Museum Seni Amerika Smithsonian. Selain karya Paik, terdapat juga berbagai arsip seniman Korea di museum ini.

- Bagaimana kontribusi kerja sama Korea dan AS terhadap perkembangan seni budaya?


Kerja sama Korea dan AS berada pada kerja sama antara dua negara. Kita bisa memupuk kepercayaan dengan bertemu lalu bekerja bersama. Kepercayaan tersebutlah yang menjadi awal dari kerja sama jangka menengah dan panjang. Kita bisa mencari kerja sama budaya berarah masa depan dan mendorong penelitian kepada masyarakat kedua negara melalui kepercayaan ini.

Foto di atas menunjukkan Electronic Superhighway (1995) karya Paik Nam-june yang dipamerkan di Museum Seni Amerika Smithsonian. (Yonhap News)

Foto di atas menunjukkan "Electronic Superhighway" (1995) karya Paik Nam-june yang dipamerkan di Museum Seni Amerika Smithsonian. (Yonhap News)


arete@korea.kr

konten yang terkait