Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia
Pada hari Senin (26/05/2025), penulis mengikuti Kontes Berbicara Bahasa Korea yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh King Sejong Institute (KSI) Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) di CGV Theater, FX Sudirman, Jakarta.
Kompetisi bahasa selalu menjadi tantangan pribadi bagi penulis, tetapi setiap tahun ada daya tarik tersendiri yang membuat penulis kembali mencoba. Tahun ini menjadi kesempatan kelima penulis berpartisipasi dalam kompetisi setelah sebelumnya mengikuti lomba menulis di cabang KSI lain dan sejak tahun lalu mencoba kategori berbicara di KCCI.
Potret penulis setelah diumumkan sebagai juara pertama dalam Kompetisi Berbicara Bahasa Korea KSI KCCI 2025 dengan membawa lukisan kecil buatan penulis yang menggambarkan ekspresi peribahasa Korea "Katak dalam sumur."
Terlepas dari upaya yang penulis lakukan sebelumnya, penulis belum sempat memenangkan kompetisi sehingga membuat penulis ragu untuk mencoba kembali. Namun, dorongan teman-teman yang tak pernah surut akhirnya memotivasi penulis untuk mempertimbangkan kembali untuk mendaftar.
Ketika KCCI membuka registrasi, perhatian penulis langsung tertuju pada dua tema kategori berbicara, yakni "Ekspresi Bahasa Korea Favorit dan Alasannya" serta "Pelajaran Paling Berkesan di King Sejong Institute."
Saat membaca kedua topik tersebut, penulis langsung teringat dengan kelas peribahasa yang penulis ikuti tahun lalu di salah satu KSI. Antusiasme guru dalam menyampaikan materi membuat suasana kelas terasa sangat berkesan, terlebih ketika penulis menyadari begitu banyak peribahasa Korea yang memiliki kemiripan dengan peribahasa Indonesia.
Salah satu yang paling melekat di benak penulis adalah peribahasa "umul an gaeguri (katak dalam sumur)" yang hampir identik dengan peribahasa Indonesia, katak dalam tempurung.
Kedua peribahasa tersebut mengandung makna yang sama tentang seseorang dengan perspektif yang terbatas, sesuatu yang pernah menjadi tantangan besar bagi penulis. Hal tersebut membuat peribahasa ini menjadi simbol transformasi pribadi penulis. Bahkan saat ini, meskipun telah melangkah keluar dari sumur tersebut, makna yang terkandung tetap menjadi pengingat yang berharga bagi penulis agar tidak kembali ke pola pikir yang lama.
Penulis melukis peribahasa Korea "katak dalam sumur" ke atas kanvas kecil. (Maulia Resta Mardaningtias)
Tahap persiapan selanjutnya pun tidak mudah. Setelah menentukan topik, penulis mulai menyusun naskah dalam bahasa Indonesia sebelum menerjemahkannya ke bahasa Korea dengan gaya bahasa yang sederhana agar pesannya lebih jelas dan mudah dipahami.
Selain itu, untuk menyempurnakan naskah, penulis juga meminta masukan dari teman-teman dan guru yang tidak hanya membantu memperbaiki tata bahasa dan kosakata, tetapi juga memberikan saran mengenai cara menyampaikan topik dengan lebih efektif.
Ketika naskah telah selesai, penulis memulai latihan dan menghafal secara intensif. Awalnya, mengingat seluruh isi naskah terasa begitu sulit. Bahkan karena beberapa kesalahan dan rasa gugup, latihan pertama penulis menghabiskan waktu sebanyak 5 menit, melebihi batas yang ditentukan dalam kompetisi, yakni 2-5 menit.
Penulis pun melakukan latihan yang cukup intensif, seperti merekam diri sebanyak 15 kali dan berlatih saat bangun tidur, sebelum tidur, bahkan saat di perjalanan menuju kelas bahasa Korea. Akhirnya, penulis berhasil mempersingkat waktu menjadi 3 menit 49 detik.
Penulis berfoto bersama teman-teman satu kelas Sejong 4B yang datang mendukung penulis dalam Kompetisi Berbicara Bahasa Korea. (Maulia Resta Mardaningtias)
Ketika kompetisi berlangsung, penulis merasa beruntung karena dapat menyampaikan topik tanpa kesalahan yang berarti. Kehadiran teman-teman yang datang untuk memberikan dukungan turut memberikan kehangatan tersendiri. Respons positif mereka selama pidato semakin membuat momen ini begitu berharga.
Melalui kompetisi ini, penulis juga menyadari bahwa belajar bahasa Korea telah membuka wawasan penulis mengenai kesamaan linguistik yang menarik antara bahasa Korea dan Indonesia.
Para pemenang Kompetisi Berbicara dan Menulis Bahasa Korea KSI KCCI 2025 berfoto bersama berhias riuh riang suara dukungan para hadirin. (KCCI)
Ada sebuah pepatah Korea yang berbunyi, "Sijaki banida," dan memiliki makna, "Memulai adalah setengah dari perjuangan." Bagi siapa pun yang ingin mengikuti kompetisi serupa di tahun mendatang, jangan ragu untuk melangkah. Lakukanlah!
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.