Makanan/Pariwisata

2025.06.27

Park Dong Shik yang berasal dari Gwangju berjalan-jalan bersama istrinya di Hutan Penyembuhan Nasional Jangseong pada tanggal 19 Juni 2025.

Park Dong Shik yang berasal dari Gwangju berjalan-jalan bersama istrinya di Hutan Penyembuhan Nasional Jangseong pada tanggal 19 Juni 2025.



Penulis: Kim Seon Ah
Foto: Park Daejin

"Udara di dalam hutan ini begitu segar, rasanya seperti sedang mengonsumsi jamu," ujar Park Dong Shik sambil tersenyum lebar dan menarik napas dalam-dalam.

Park yang berasal dari Gwangju mengunjungi Hutan Penyembuhan Nasional Jangseong di Jangseong-gun, Provinsi Jeollanam pada tanggal 19 Juni 2025 bersama istrinya. Ia menambahkan, "Saya datang ke sini satu atau dua kali sebulan. Saya merasa tubuh dan pikiran saya benar-benar dibersihkan." Meskipun sudah berusia pertengahan 70-an, Park terlihat jauh lebih bugar dibandingkan dengan orang seusianya.

Ada bukti ilmiah yang mendukung anggapan bahwa udara di hutan tersebut diibaratkan seperti jamu. Pohon cemara melepaskan fitonsida paling banyak di antara jenis pohon berdaun jarum. Konsentrasi fitonsida di sekitar hutan ini sekitar lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan di Kota.

Fitonsida adalah zat antibakteri alami yang dilepaskan oleh tumbuhan untuk melindungi diri dari hama dan penyakit. Zat ini dianggap efektif untuk meredakan stres, meningkatkan kekebalan tubuh, dan menenangkan pikiran serta tubuh.

Lembaga Kesejahteraan Hutan Nasional, yang mengelola hutan cemara ini, menyediakan berbagai program interaktif agar pengunjung dapat merasakan langsung kekuatan penyembuhan dari pohon-pohon tersebut.

Program-program tersebut termasuk berbaring di hammock (tempat tidur gantung) untuk merasakan energi hutan secara penuh, yoga di hutan untuk meningkatkan fleksibilitas tubuh sambil menghirup fitonsida, serta membuat bantal dari kayu cemara.

Para pengunjung dapat menemukan berbagai kerajinan dari kayu cemara yang dapat digunakan sehari-hari di toko-toko sekitar Hutan Penyembuhan Nasional Jangseong, termasuk centong nasi, bantal, dan alat akupresur.

Para pengunjung dapat menemukan berbagai kerajinan dari kayu cemara yang dapat digunakan sehari-hari di toko-toko sekitar Hutan Penyembuhan Nasional Jangseong, termasuk centong nasi, bantal, dan alat akupresur.



Para pengunjung dapat menemukan berbagai kerajinan dari kayu cemara yang dapat digunakan sehari-hari di toko-toko sekitar Hutan Penyembuhan Nasional Jangseong, termasuk centong nasi, bantal, dan alat akupresur.

Hutan yang dikunjungi lebih dari 200 ribu pengunjung setiap tahun tersebut bukan sekadar objek wisata atau tempat beristirahat, melainkan penggerak utama ekonomi daerah.

Nilai manfaat publik dari hutan tersebut diperkirakan mencapai 15,9 miliar won, efek pengganda produksi dari kunjungan wisatawan sebesar 70,6 miliar won, dan efek pengganda nilai tambah sebesar 43,7 miliar won. Artinya, hutan ini menyumbang lebih dari 40% terhadap perekonomian daerahnya.

Hutan yang menghidupkan manusia sekaligus menyuburkan perekonomian daerah. Hutan Penyembuhan Nasional Jangseong memiliki keduanya. Di musim panas yang terik ini, bagaimana jika kita sejenak beristirahat dan menyegarkan tubuh serta pikiran di hutan ini?

sofiakim218@korea.kr

konten yang terkait