Wartawan Kehormatan

2025.06.27

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Hurum Maqshuro dari Indonesia
Foto: Hurum Maqshuro

Kota Busan sempat menjadi ibu kota sementara Korea selama 1.023 hari.

Kota Busan sempat menjadi ibu kota sementara Korea selama 1.023 hari.


Kota Busan memiliki peran sebagai tempat perlindungan bagi jutaan orang yang melarikan diri dari kekacauan pecahnya Perang Korea (1950-1953). Busan beralih menjadi pusat pemerintahan sementara serta menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Korea yang mengalami masa-masa sulit selama Perang Korea berlangsung.

Penulis mengunjungi tiga situs bersejarah di Busan, yaitu Jalan Provisional Memorial Hall, UN Peace Memorial Hall, dan UN Memorial Cemetery untuk memahami sejarah Perang Korea serta bagaimana peristiwa besar ini meninggalkan jejak yang mendalam di Kota Busan.

Jalan Provisional Kapital Memorial yang terletak di Bumin-dong, Busan.

Jalan Provisional Kapital Memorial yang terletak di Bumin-dong, Busan.


Perjalanan diawali dengan mengunjungi Jalan Provisional Memorial Hall berada di Bumin-dong. Kawasan ini dulunya menjadi tempat bernaung bagi warga Korea yang melarikan diri dari perang. Bangunan Provisional Memorial Hall dijadikan kantor pemerintahan sementara ketika Seoul dikuasai pasukan dari pihak utara.

Pada tahun 1945, Korea merdeka ketika Jepang menyerah kepada Pasukan Sekutu. Saat itu, Semenanjung Korea terbagi menjadi dua wilayah di sepanjang garis lintang 38 derajat, masing-masing diduduki oleh Amerika Serikat di selatan dan Uni Soviet di utara.

Meskipun berbagai upaya dilakukan untuk membentuk negara bersatu, konflik antara kelompok kiri dan kanan semakin memanas. Akibatnya, pada tahun 1948 terbentuk dua pemerintahan dengan sistem yang berbeda, yaitu Republik Korea di selatan dan Republik Rakyat Demokratik Korea di utara.

Perang Korea merupakan konflik internasional yang melibatkan miliiter yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Perang Korea merupakan konflik internasional yang melibatkan miliiter yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.


Pada tanggal 25 Juni 1950 Perang Korea resmi dimulai dengan serangan Kim Il-Sung ke wilayah sebelah selatan Semenanjung Korea dengan dukungan dari Uni Soviet dan Tiongkok. Serangan tersebut bertujuan untuk membuat seluruh Semenanjung Korea menjadi komunis.

Dalam waktu tiga hari, pasukan mereka berhasil menduduki Seoul dengan kekuatan militer yang unggul dan terus maju ke selatan hingga Sungai Nakdong. Meski kekuatan militernya lebih kecil, pihak Korea sebelah selatan mampu bertahan dengan gigih.

Pada jalan menuju Provisional Memorial Hall, terdapat tangga dengan bendera-bendera dari negara-negara yang turut ikut berpartisipasi dalam Perang Korea.

Pada jalan menuju Provisional Memorial Hall, terdapat tangga dengan bendera-bendera dari negara-negara yang turut ikut berpartisipasi dalam Perang Korea.


Pada tanggal 30 Juni 1950 Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memutuskan untuk turut serta dalam perang tersebut. Puncaknya terjadi pada 15 September 1950, yaitu saat operasi pendaratan pasukan sejauh 1.000 mil diluncurkan.

Operasi ini memungkinkan Korea di bagian selatan dapat merebut kembali Seoul dan terus melancarkan serangan ke arah utara. Namun, keterlibatan langsung Tiongkok dan dukungan Uni Soviet terhadap angkatan udara pasukan Korea dari bagian utara menyebabkan perang ini berkembang menjadi konflik internasional yang lebih luas.

UN Peace Memorial Hall terletak di Nam-gu, Busan. Lokasi tempat ini berdekatan dengan UN Cemetery.

UN Peace Memorial Hall terletak di Nam-gu, Busan. Lokasi tempat ini berdekatan dengan UN Cemetery.


Pada perjalanan berikutnya, penulis mengunjungi UN Peace Memorial Hall. Di dalam memorial hall terdapat galeri dokumentasi foto-foto selama Perang Korea yang berjudul This is War yang diabadikan oleh fotografer David Douglas Duncan.

Galeri foto This is War oleh Duncan (atas), foto-foto para pahlawan Perang Korea yang dipulihkan melalui teknologi AI (bawah kiri), dan koleksi dokumentasi Perang Korea lainnya milik Amerika Serikat (kanan bawah).

Galeri foto This is War oleh Duncan (atas), foto-foto para pahlawan Perang Korea yang dipulihkan melalui teknologi AI (bawah kiri), dan koleksi dokumentasi Perang Korea lainnya milik Amerika Serikat (kanan bawah).


Selain itu terdapat foto-foto para veteran Perang Korea yang dikurasi oleh Kementerian Urusan Patriot dan Veteran untuk mengenang penampilan muda mereka di masa kini. Dengan menggunakan teknologi AI, foto-foto hitam putih yang telah pudar dapat dipulihkan dan diberi warna sehingga wajah para pahlawan dapat dikenang. Tempat ini diharapkan menjadi tempat penghormatan yang bermakna bagi para pahlawan yang tidak boleh dilupakan.

Kibaran bendera-bendera negara-negara di bawah naungan PBB yang turut serta dalam Perang Korea (1950-1953),.

Kibaran bendera-bendera negara-negara di bawah naungan PBB yang turut serta dalam Perang Korea (1950-1953),.


Di bagian halaman memorial hall, terdapat bendera dari berbagai negara yang berkibar berdampingan. Penulis melihat semangat solidaritas global yang sangat kuat. Perang ini bukan hanya menjadi sejarah Korea, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah dunia.

Di akhir perjalanan, penulis mengunjungi UN Memorial Cemetery yang merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi ribuan tentara dari berbagai negara yang gugur dalam perang. Terdapat Wall of Remembrance, yaitu tempat nama-nama pahlawan-pahlawan yang gugur diukir di dinding.

Wall of Remembrance yang berada di kawasan UN Cemetery. Seluruh nama pahlawan-pahlawan yang gugur dalam Perang Korea diukir agar selalu diingat jasa dan keberanian mereka.

Wall of Remembrance yang berada di kawasan UN Cemetery. Seluruh nama pahlawan-pahlawan yang gugur dalam Perang Korea diukir agar selalu diingat jasa dan keberanian mereka.


Perjalanan ini bukan hanya tentang mengenal sejarah Perang Korea, tetapi juga perjalanan untuk mengingat jasa orang-orang yang gugur dalam kebaikan. Melalui perjalanan ini, penulis memaknai solidaritas, keberanian, dan harapan.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait