Wartawan Kehormatan

2025.06.18

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia
Foto: Maulia Resta Mardaningtias

Pada hari Jumat (13/06/2025) penulis menghadiri acara bertajuk "Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea." Acara tersebut diselenggarakan oleh Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) sebagai bagian dari Festival Oullim Korea di Jakarta.

Acara itu menghadirkan tiga alumni dari universitas ternama di Korea. Mereka berbagi pengalaman pribadi serta memberikan tip praktis yang sangat relevan bagi siapa saja yang ingin melanjutkan studi di Korea.

Potret Direktur KCCI, Kim Yong Woon, ketika memberikan kata sambutan untuk mengawali Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea yang diadakan pada tanggal 13 Juni 2025.

Potret Direktur KCCI, Kim Yong Woon, ketika memberikan kata sambutan untuk mengawali "Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea" yang diadakan pada tanggal 13 Juni 2025.


Acara dipandu oleh Wiji, staff KCCI, dan dibuka dengan sambutan dari Direktur KCCI, Kim Yong Woon. Kim menggarisbawahi tujuan acara, yaitu untuk mengedukasi masyarakat Indonesia tentang beragam peluang dan jalur pendidikan tinggi di Korea.

Narasumber pertama adalah Nadhifah Salsabila, lulusan S1 dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) jurusan Pendidikan Bahasa Korea yang kemudian melanjutkan studi S2 melalui program Global Korea Scholarship (GKS) di Universitas Sungkyunkwan.

Narasumber selanjutnya adalah Siti Nurseha, seorang dosen yang memiliki latar belakang pendidikan sebagai lulusan D3 Bahasa Korea di Universitas Nasional. Ia melanjutkan studi S1 di Universtas Myeongji jurusan Bahasa dan Sastra Korea serta S2 di Universitas Chung-Ang jurusan Linguistik Bahasa Korea.

Narasumber terakhir adalah Xaviera Putri Ardianingsih yang menempuh pendidikan SMA di Korea Science Academy of KAIST (Korea Advanced Institute of Science and Technology) dan melanjutkan studi S1 di KAIST dengan gelar ganda di bidang Ilmu Komputer dan Manajemen Teknologi Bisnis. Di samping prestasi akademisnya, Xaviera juga dikenal sebagai konten kreator yang mengangkat tema pendidikan dan produktivitas, bahkan pernah menerbitkan buku berjudul Kimchi Confession.

Setelah mendengar kata sambutan, Direktur KCCI dan para narasumber berfoto bersama untuk mengawali Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea yang diadakan pada tanggal 13 Juni 2025.

Setelah mendengar kata sambutan, Direktur KCCI dan para narasumber berfoto bersama untuk mengawali "Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea" yang diadakan pada tanggal 13 Juni 2025.


Para narasumber secara bergantian melakukan presentasi singkat mengenai pengalaman dan perspektif mereka selama menempuh pendidikan di Korea.

Nadhifah Salsabila membuka sesi dengan menceritakan perjalanan akademisnya. Ia mengungkapkan betapa awalnya ia harus belajar bahasa Korea dari nol. Meski terasa sulit di awal, keaktifannya dalam berbagai kegiatan kampus berhasil menumbuhkan semangat dan keinginan mendalami ilmu serta budaya Korea.

Melalui program pertukaran mahasiswa selama satu semester, Nadhifah mendapatkan banyak pengalaman berharga dan pertemuan dengan teman-teman dari berbagai negara. Ia juga berbagi tip seputar proses pendaftaran beasiswa, seperti cara menulis esai yang menarik dan strategi agar proses seleksi berjalan lancar.

Nadhifah Salsabila memberikan tip dalam menulis esai untuk mendaftar beasiswa Global Korea Scholarship.

Nadhifah Salsabila memberikan tip dalam menulis esai untuk mendaftar beasiswa Global Korea Scholarship.


Selanjutnya, Siti Nurseha mengisahkan perjalanan pendidikannya. Dengan latar belakang pendidikannya dalam bahasa Korea, ia kini berkiprah sebagai dosen di Universitas Nasional dan pengajar Bahasa Korea di King Sejong Institute Jakarta (KSIJ).

Dengan gaya presentasi yang interaktif, ia menjelaskan bahwa peluang studi di Korea sangat beragam. Ia menekankan bahwa beasiswa yang bisa didapatkan tidak hanya terbatas pada program nasional seperti Global Korea Scholarship. Masing-masing universitas juga memiliki beasiswa dengan penawaran yang berbeda, baik dari segi potongan biaya, fasilitas asrama, maupun kesempatan bekerja paruh waktu secara legal.

Melalui pengalamannya mengirim surel kepada puluhan universitas dengan menyertakan data kemampuan bahasa Korea, ia berhasil memilah penawaran beasiswa yang paling sesuai. Salah satu pesan yang ia sampaikan saat itu adalah agar calon mahasiswa selalu mencari informasi secara mendetail, terutama terkait latar belakang universitas yang mungkin memiliki nilai keagamaan tertentu.

Suasana Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea saat sesi Siti Nurseha.

Suasana "Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea" saat sesi Siti Nurseha.


Xaviera Putri Ardianingsih melengkapi cerita dengan pengalaman yang dimiliki sejak masa sekolah menengah. Ia mendapatkan informasi mengenai beasiswa ke Korea Science Academy of KAIST ketika ia melakukan pelatihan untuk Olimpiade Matematika.

Jika membandingkan peluang untuk mendapat beasiswa saat ini, ia mengungkapkan bahwa saat ini sudah sangat banyak peluang yang dapat diambil. Satu hal yang Xaviera tanamkan dalam diri ketika menempuh pendidikan disana adalah bahwa masyarakat di Korea bekerja keras tetapi juga bermain dengan keras. Ia menekankan bahwa penting untuk menemukan keseimbangan antara belajar dan menikmati proses perjalanan pendidikan.

Xaviera Putri berbagi mengenai pengalamannya mengenyam pendidikan S1 di Korea dan belum lama ini telah lulus dari KAIST.

Xaviera Putri berbagi mengenai pengalamannya mengenyam pendidikan S1 di Korea dan belum lama ini telah lulus dari KAIST.


Seusai presentasi menarik yang dibawakan oleh ketiga narasumber, sesi tanya jawab diadakan untuk beberapa pertanyaan terpilih dari peserta yang telah mengisi formulir pertanyaan yang disediakan KCCI, serta pertanyaan langsung oleh para peserta yang hadir selama acara.

Pertanyaan untuk Xaviera, bagaimana cara menyeimbangi antara belajar akademik dan bahasa Korea?

Di bangku sekolah, meski fokus di mata pelajaran sains dan tidak diwajibkan menguasai bahasa Korea secara mendalam, Xavier perlahan mulai memahami bahasa tersebut melalui pelajaran yang tetap menggunakan bahasa Korea.

Awalnya, ia merasa hanya menguasai tata bahasa secara formal tanpa banyak kesempatan berbicara. Namun, saat memasuki tahun ketiga dan ketika ia memutuskan melanjutkan S1 di KAIST, kemampuan berbicara pun berkembang karena bahasa Korea membuka akses ke berbagai informasi, misalnya mengenai program pelatihan dari perusahaan.

Pertanyaan untuk Siti Nurseha, apa saja hal unik pendidikan Korea yang membuatnya berbeda dari negara lain?

Hal yang paling menonjol di Korea adalah suneng, yaitu ujian masuk perguruan tinggi yang diadakan setiap tahun di Korea. Hal itu adalah yang paling unik karena selama ujian, ada aturan ketat, seperti tidak membiarkan helikopter terbang rendah, pesawat tidak boleh mendarat, bahkan ada beberapa jenis musik yang dilarang di waktu-waktu ujian.

Menurutnya, sistem tersebut adalah sistem pendidikan di Korea yang berhasil. karena mencerminkan keseriusan proses seleksi untuk memastikan mahasiswa yang masuk benar-benar sesuai dengan kemampuan.

Selain itu, ia juga menekankan sistem pendidikan tingkat S1 di Korea yang tidak memiliki tugas akhir berupa skripsi, melainkan uji kompetensi. Sedangkan di tingkat S2, umumnya mahasiswa bisa memilih antara menulis tesis atau membuat jurnal ilmiah. Siti menyimpulkan bahwa sistem pendidikan di Korea sangat terstruktur, tetapi juga memberikan fleksibilitas bagi muridnya.

Pertanyaan untuk semua, jika Anda sekalian bisa kembali ke masa lalu saat menempuh pendidikan di Korea, apa yang ingin Anda ubah?

Nadhifah mengatakan, "Hal yang ingin saya ulangi adalah belajar dengan lebih giat, tetapi tetap memberi ruang untuk bersenang-senang. Ritme cepat kehidupan di Korea terkadang membuat saya merasa lelah."

Di samping itu, Siti Nurseha mengungkapkan keinginannya untuk lebih banyak meluangkan waktu bermain. Ia berkata, “Terlalu banyak belajar tidak terlalu bagus, terlalu banyak menghabiskan waktu mencari uang juga tidak bagus. Jika aktivitas bermain dikurangi, ketika sudah sukses, tidak ada waktu untuk main lagi karena siklus hidup sangat cepat.”

Berbeda dari jawaban lainnya, Xaviera merasa dirinya sudah berusaha menyeimbangkan antara belajar dan menikmati hidup. Ia menegaskan bahwa setiap kesempatan yang datang dalam hidupnya selama belajar di Korea adalah hal yang berharga dan tidak akan datang dua kali sehingga ia merasa harus memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Ia juga menekankan akan penting untuk belajar dengan cerdas, bukan hanya bekerja keras.

Di penghujung acara Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea, ketiga narasumber dan para peserta yang menghadiri acara secara luring berfoto bersama.

Di penghujung acara "Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea," ketiga narasumber dan para peserta yang menghadiri acara secara luring berfoto bersama.


Acara "Temu Wicara: Melanjutkan Pendidikan ke Korea" tidak hanya menyajikan perjalanan akademik masing-masing narasumber, tetapi juga memberikan gambaran mendalam tentang dinamika dan keunikan pendidikan di Korea, sehingga mampu memotivasi para peserta, termasuk penulis, dalam mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan di Korea.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait