Tokoh

2023.12.07

Demam hallyu saat ini sedang melanda dunia. Tak hanya K-pop saja yang mendapatkan perhatian dunia, tetapi juga makanan, mode, dan bisnis Korea. Diaspora Korea memiliki campur tangan besar dalam mendorong demam Korea di dunia. Mereka besar di luar Korea, tetapi memiliki DNA Korea dalam diri mereka dan menggunakannya untuk mempromosikan Korea di luar Korea. Korea.net bekerja sama dengan Yonhap News memperkenalkan tokoh-tokoh diaspora yang berperan besar dalam membawa nama baik Korea di negara tempat mereka tinggal saat ini.

Handsome Rice adalah toko bekal ala Korea yang dikelola oleh Kim Hansong di Manhattan, New York, Amerika Serikat.

Handsome Rice adalah toko bekal ala Korea yang dikelola oleh Kim Hansong di Manhattan, New York, Amerika Serikat.




Penulis: Yoo Yeon Gyeong (Korea.net) dan Kang Sung Chul (Yonhap News)
Foto: Kim Hansong

"Kita harus menggunakan bahan-bahan dari Korea apabila kita ingin terus membuat kuliner Korea semakin dikenal oleh dunia."

Hansong Kim (40) adalah seorang koki yang mengelola restoran Korea di New York dan New Jersey. Ia juga terdaftar sebagai ACE (Approved Certified Evaluator) oleh American Culinary Federation. Kim berusaha sangat keras dalam mempromosikan sejarah bahan makanan dan budayanya.

Kim menjelaskan, "Walaupun kimci dibuat dengan cara yang sama, tetapi rasanya bisa berubah tergantung dari sawi putih, cabai, dan bawang putih yang digunakan. Apabila asal bahan-bahan tersebut berbeda, maka rasanya pun bisa jauh berbeda. Oleh karena itu, makanan Korea harus dibuat dengan bahan makanan yang berasal dari Korea agar rasanya tetap terjaga."

Kim adalah koki bintang yang sudah pernah memenangkan 20 kompetisi memasak di Korea serta menerbitkan tujuh jilid buku mengenai makanan dan budaya makanan.

Kim pernah memandu acara memasak berjudul Tasty Road musim kedua di Olive TV. Selain itu, ia juga pernah membintangi iklan ponsel LG. Walaupun sudah menjadi artis pada usia 20-an, ia memilih untuk pergi ke Amerika Serikat pada tahun 2011 untuk sebuah tantangan baru.

Kim menempuh pendidikan pascasarjananya melalui jenjang magister jurusan perhotelan di Universitas Johnson & Wales di Negara Bagian Rhode Island, Amerika Serikat. Di sana ia mempelajari sistem manajemen masakan, hotel, dan restoran.

Kim merupakan orang Korea pertama yang berhasil mendapatkan gelar CEC (Certified Executive Chef) dan ACE dari American Culinary Federation.

Kim melepaskan masa depannya di Korea yang sudah terjamin sebagai seorang koki. Ia memilih pergi ke AS untuk mempromosikan kuliner Korea.

Setelah beberapa tahun berlalu, Kim menjadi pemilik Handsome Rice, sebuah toko yang menjual bekal tradisional Korea yang disebut sebagai dosirak. Toko tersebut dibuka olehnya di Manhattan, New York, yang terkenal sebagai lokasi dengan kompetisi yang cukup ketat karena menjadi lokasi di mana kuliner dari seluruh dunia bisa ditemukan. Kim juga membuka restoran ayam goreng ala Seoul di New Jersey.

Handsome Rice yang dibuka pada tahun 2018 tersebut disebut oleh The New York Times dan FOX News sebagai salah satu dari tiga restoran makan siang terbaik di Manhattan. Setelah liputan tersebut, Handsome Rice dipenuhi oleh masyarakat yang tertarik untuk mencoba dosirak. Selama satu setengah bulan, antrean selalu terlihat di depan pintu Handsome Rice dari pagi hingga malam.

Kim telah berhasil mencapai tujuannya untuk mempromosikan kuliner Korea melalui dosirak kepada masyarakat New York. Dosiraknya berisi nasi hangat dengan bulgogi, galbi (masakan iga), atau jeyuk (daging tumis) yang ditambah dengan berbagai sayuran.

Melalui kesuksesan promosi kuliner Korea ke dunia, Kim berharap hal tersebut bisa membantu petani-petani Korea. Berikut ini adalah petikan wawancara Korea.net dan Yonhap News dengan Kim pada tanggal 6 Desember.


Seorang peserta Hansik: Soban & Dosirak terlihat sedang memegang dosirak yang ia terima. Hansik: Soban & Dosirak adalah sebuah kampanye promosi budaya kuliner Korea di Manhattan, New York, yang digelar pada tanggal 12-14 September 2022 oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata bersama dengan Yayasan Kerajinan dan Desain Korea (KCDF).

Seorang peserta Hansik: Soban & Dosirak terlihat sedang memegang dosirak yang ia terima. Hansik: Soban & Dosirak adalah sebuah kampanye promosi budaya kuliner Korea di Manhattan, New York, yang digelar pada tanggal 12-14 September 2022 oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata bersama dengan Yayasan Kerajinan dan Desain Korea (KCDF).



- Apa alasan Anda memilih untuk mempromosikan kuliner Korea, tidak hanya mengoperasikan restoran Korea?

Hal yang paling bisa saya lakukan adalah membuat masakan Korea. Akan tetapi, saya juga ingin mempromosikan budaya kuliner Korea. Sebuah makanan bisa dibuat tidak hanya untuk dimakan saja, tetapi lebih baik lagi jika makanan tersebut dibuat agar orang yang memakannya bisa menikmatinya melalui mata dan telinga, sekaligus memahami budaya yang dikandungnya.

Seorang koki memang hebat apabila bisa sukses dari segi bisnis. Akan tetapi, menurut saya ada yang lebih penting daripada uang, yaitu bisa berkarier sebagai seorang koki kuliner Korea di luar Korea dengan kepercayaan diri yang tinggi. Oleh karena itu, saya menjadi semakin berusaha keras untuk mempromosikan budaya kuliner Korea.


- Kami dengar bahwa Anda mendorong perbaikan kualitas makanan kantin di sekolah-sekolah negeri AS melalui kuliner Korea?

Saat ini saya sedang melaksanakan proyek yang disebut K-food Revolution Project untuk memperkenalkan menu makanan Korea yang sehat, bernutrisi, dan cocok dengan lidah masyarakat AS. Pesona kuliner Korea tidak ada habisnya. Oleh karena itu, saya sedang mengembangkan menu kantin sekolah dengan berfokus pada menu vegetarian yang bisa dinikmati oleh siapapun di AS. Menu makanan yang kami siapkan adalah ssambap (nasi bungkus sayur), japchae (mi tumis) vegan, tahu, dan kacang-kacangan yang sehat dan enak. Makanan-makanan tersebut bisa disiapkan dengan bahan-bahan seperti sayuran, buah, dan kacang-kacangan.

Sekolah-sekolah negeri di AS menyediakan makanan kantin dengan bahan makanan instan sehingga membuat siswa-siswa rentan terkena obesitas. Oleh karena itu, saya ingin membuat citra positif kuliner Korea kepada para remaja melalui makanan sehat. Saya melakukan diskusi dengan berbagai pihak, seperti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah New York dan New Jersey, masyarakat setempat, serta kelompok orang tua wali murid di sekolah. Saya ingin memulai kampanye ini melalui uji coba di sekolah lalu memperluasnya ke seluruh wilayah AS.


Hansong Kim memperkenalkan menu yang terdiri dari ssambap, jabchae, tteokgalbi, jeon, dan baekkimchi pada Hansik: Soban & Dosirak yang merupakan sebuah kampanye promosi budaya kuliner Korea di Manhattan, New York, yang digelar pada tanggal 12-14 September 2022 oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata bersama dengan Yayasan Kerajinan dan Desain Korea (KCDF).

Hansong Kim memperkenalkan menu yang terdiri dari ssambap, jabchae, tteokgalbi, jeon, dan baekkimchi pada Hansik: Soban & Dosirak yang merupakan sebuah kampanye promosi budaya kuliner Korea di Manhattan, New York, yang digelar pada tanggal 12-14 September 2022 oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata bersama dengan Yayasan Kerajinan dan Desain Korea (KCDF).



- Mengapa Anda menekankan pentingnya bahan makanan dan budaya kuliner dalam buku terbaru Anda?

Seorang koki harus memahami bahan makanan dan budaya kuliner dengan dalam agar bisa membuat sebuah masakan dengan baik. Seseorang yang memahami bahan makanan dengan baik akan tahu bagaimana cara mengolahnya. Saya benar-benar mencintai jenis-jenis sayuran di Korea. Sayur-sayuran Korea yang tumbuh di pedalaman gunung dan dekat air yang bersih tidak akan bisa ditemukan di belahan dunia mana pun. Sayuran Korea merupakan menu vegetarian yang bisa dinikmati oleh masyarakat AS dari berbagai ras maupun budaya. Sayuran Korea merupakan bahan makanan dan budaya Kuliner yang tidak akan mendapat penolakan dari masyarakat AS yang sensitif terhadap tingkat keasinan makanan.

- Apa yang harus ditekankan untuk membuat K-food lebih mengglobal?

Kuliner Korea disambut dengan hangat tak hanya oleh masyarakat AS, tetapi juga masyarakat dunia. Saat ini, makanan Korea sudah mulai mengglobal, tetapi kita tidak boleh berhenti pada promosi sederhana saja. Agar kuliner Korea tetap mendapatkan cinta dari masyarakat dunia, maka keuntungan yang didapat dari kepopuleran tersebut juga harus bisa diterima oleh petani yang memproduksi bahan makanan dan juga perusahaan-perusahaan produsen produk makanan. Melalui hal tersebut, maka jaringan ekspor pasar luar negeri bisa terbentuk melalui mereka.

- Apa nilai yang paling penting dalam hidup Anda?

Berbagi. Saya memiliki mimpi untuk beraktivitas dalam masyarakat melalui masakan. Di AS ada sebuah organisasi nirlaba bernama World Central Kitchen yang didirikan oleh Koki Jose Andres. Organisasi tersebut bergerak setiap ada perang atau bencana alam, seperti misalnya Invasi Rusia ke Ukraina atau Gempa Bumi Haiti. Organisasi ini tidak terkait secara politik dan hanya membantu masyarakat yang kesusahan. Pengaruh Andres sangat besar sehingga banyak perusahaan makanan yang membantu saat organisasi tersebut terjun ke lapangan. Saya juga memiliki mimpi untuk membuat organisasi seperti itu melalui masakan Korea.

- Apa rencana Anda ke depan untuk kantin sekolah negeri berbasis menu kuliner Korea?

Saya ingin lebih mempromosikan menu makanan kantin berbasis kuliner Korea ini ke seluruh dunia. Oleh karena itu, saya sedang mengejarnya melalui program saluran siaran internet, seperti Netflix. Saya sedang mencari kesempatan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mengejar kesuksesan proyek tersebut. Memang saat ini saya masih berencana untuk merealisasikannya di AS, tetapi saya ingin mempromosikannya juga ke seluruh dunia.


dusrud21@korea.kr

konten yang terkait