Penulis: Cao Thi Ha (Korea.net) dan Kang Sung Chul (Yonhap News)
Foto: Kim Jong Yoon
"Saya ingin menyebarkan taekwondo yang lebih menekankan untuk membuat tubuh dan mental yang sehat, bukan membentuk seorang atlet yang akan meraih medali olimpiade berkat teknik bertarungnya."
Kim Jong Yoon adalah seorang ahli taekwondo yang mendirikan Ildo Taekwondo di Singapura dan memiliki seribu orang siswa. Kim menerima wawancara dengan Korea.net dan Yonhap News pada tanggal 29 November lalu.
Kim berkata, "Taekwondo lebih dulu mempromosikan kebudayaan Korea ke dunia dibanding K-pop, K-drama, maupun K-food. Sebelum mengajarkan poomsae, saya terlebih dahulu mengajarkan etika, kesabaran, dan kontrol diri." Poomsae adalah salah satu gerakan dasar pada taekwondo.
Kim memiliki mimpi untuk membangun seratus studio taekwondo di Singapura dan Vietnam. Ia berkuliah di Jepang untuk jenjang sarjana dan meraih gelar MBA dari Universitas Sunkyunkwan. Ia pindah ke Singapura pada tahun 2004 untuk menyebarkan taekwondo.
Kim saat ini sedang memimpin kelompok demonstrasi tim nasional taekwondo Singapura. Ia juga mengelola tiga studio Ildo Taekwondo yang terletak di Bukti Timah, West Coast, dan Bedok.
Salah satu muridnya adalah Lynn Soh (79 tahun). Sebelumnya, Lynn sakit dan tidak bisa berjalan sama sekali. Akan tetapi, berkat taekwondo, Lynn mampu memulihkan kembali kesehatannya dan berjalan, bahkan mendemonstrasikan gerakan poomsae.
Berikut ini adalah petikan wawancara dengan Kim.
- Apa yang membuat Anda memilih untuk mengajar taekwondo?
Saya belajar taekwondo pertama kali pada umur lima tahun dan nama studio tempat saya belajar adalah Ildo Taekwondo. Itulah alasan saya memilih nama tersebut untuk studio yang saya kelola di Singapura. Pada saat saya berkuliah di Jepang, saya mengajar taekwondo untuk anak-anak. Saya juga menjadi guru sekolah minggu di gereja. Oleh karena itu, saya memilih untuk menjadi seorang guru karena saya merasakan nilai dan kegembiraan dalam memberikan pendidikan.
- Apa yang membuat Anda memilih untuk mengajarkan taekwondo di Singapura?
Saya ingin mempromosikan nilai-nilai taekwondo sebagai seorang pemegang sabuk hitam. Oleh karena itu, saya memilih untuk membuka studio di Singapura. Taekwondo adalah sebuah hadiah dari Korea untuk dunia.
Saya sempat berpikir bagaimana cara untuk mengajarkan taekwondo di Singapura. Saya memilih untuk mengajarkan pendidikan karakter yang tidak diajarkan di sekolah melalui taekwondo dan memberikan anak-anak perubahan dalam hidup mereka.
Singapura adalah sebuah negara yang kuat dengan perdagangan, finansial, dan distribusi internasionalnya. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di Singapura sangat beragam. Mereka biasanya memberikan perhatian yang penuh pada pendidikan anak-anak mereka. Kualitas pendidikan mereka tinggi, tetapi pendidikan bakti kepada orang tua maupun pendidikan karakter sangat kurang di sekolah sehingga saya merasa bahwa hal ini bisa diajarkan melalui taekwondo.
Saat ini ada 30 ribu orang yang belajar taekwondo di Singapura. Angka ini cukup tinggi mengingat orang Korea yang tinggal di Korea mencapai 30 ribu orang. Banyak studio taekwondo yang dibuka di Singapura, tetapi pemerintah daerah pun membuka kelas-kelas taekwondo.
- Apa yang menjadi proritas Anda dalam mengajar?
Banyak pemuda yang belajar taekwondo untuk memperbaiki stamina mereka atau mempelajari seni bela diri. Ada pula yang belajar agar bisa meraih medali di kompetisi internasional. Akan tetapi, Ildo Taekwondo tidak cocok bagi mereka yang ingin meraih medali. Kami mengajarkan taekwondo yang mampu mengubah kehidupan sehingga cara pengajaran kami berbeda tergantung usia dan jenis kelamin siswa.
Saya memulai pengajaran dengan memperbaiki kesalahpahaman terkait taekwondo. Banyak yang berpikir bahwa taekwondo hanya sebuah seni bela diri karena menggunakan tendangan kaki dan energi. Untungnya lebih dari 90% siswa kami mampu memahami cara pengajaran kami. Memahami gerakan taekwondo mampu memberikan pengaruh positif bagi tubuh.
Kelas khusus untuk siswa berusia 60-70-an tahun selalu penuh karena masyarakat Singapura yang 70% terdiri dari keturunan Tionghoa juga menyukai taijiquan maupun wushu. Oleh karena itu, saya yakin bahwa taekwondo bisa menjadi olahraga bagi lansia.
- Siapakah siswa yang paling Anda ingat?
Saya paling ingat pengalaman Kim Dae Won saat mengajar. Ia tidak belajar taekwondo di universitas, tetapi ia belajar taekwondo lalu saat ini sedang bekerja sebagai guru taekwondo di sekolah khusus untuk disabilitas intelektual di Hosanna College. Ia berdedikasi untuk memberikan pendidikan bagi kaum marginal dalam masyarakat yang tidak begitu diperhatikan. Saya ingin memberikan hormat dan terima kasih kepadanya untuk dedikasinya dalam berkomunikasi dan menjaga kesehatan para disabilitas intelektual melalui taekwondo. Sya merasa bahwa Ildo Taekwondo juga harus mengejar hal yang sama.
- Apa yang menjadi filosofi taekwondo?
Filosofi taekwondo adalah "Membuat tubuh dan hati yang sehat dengan melatih tubuh dan mental." Oleh karena itu kami ingin membuat siswa-siswa kami menjadi orang yang berguna bagi masyarakat dan negara melalui tubuh mereka yang sehat. Ildo Taekwondo memiliki tujuan pendidikan untuk membentuk masyarakat yang sukses melalui orang-orang yang sehat.
Banyak keluarga di Singapura yang hanya memiliki satu anak sehingga peran orang tua dan anak sangat jelas berbeda. Oleh karena itu, kami berusaha untuk memberikan pendidikan melalui lima nilai, yaitu etika, kesabaran, harmoni, berbagi, dan sukarela. Kami tidak ingin hanya mengajarkan bela diri saja, tetapi kami juga berusaha agar para siswa bisa merasa bahwa mereka berada dalam keluarga dan masyarakat yang berharga.
- Kami dengar kalau Anda akan membuka studio taekwondo di Kota Ho Chi Minh.
Vietnam adalah negara yang paling besar kemungkinan pertumbuhannya di Asia Tenggara. Selain itu, banyak jurusan bahasa Korea atau mata kuliah bahasa Korea yang ditawarkan di banyak universitas. Banyak pula atlet taekwondo Vietnam yang mendapatkan penghargaan di kompetisi internasional. Akan tetapi, pengetahuan dasar seperti filosofi taekwondo masih kurang diajarkan. Saya juga ingin membuat fondasi agar jurusan taekwondo bisa dibuat di jenjang universitas.
- Apakah ada kesulitan dalam mengajarkan taekwondo kepada orang asing?
Tidak mudah untuk mengajarkan kesabaran dan nilai taekwondo kepada siswa dan wali siswa. Berbeda dengan budaya Korea yang mengejar nilai pelajaran, siswa di sini juga memiliki tekad yang berbeda saat penilaian tingkat maupun kompetisi. Selain itu, mereka bisa mengikuti komando "Hana dul set" dalam bahasa Korea, tetapi mereka merasakan hal yang berbeda.
Kita harus mengajar dengan mengakui bahwa ada perbedaan budaya. Kita tidak bisa menekankan pola pikir Korea kepada mereka. Akan tetapi, saya merasa senang karena siswa-siswa saya mau mengikuti dengan kepercayaan 100%.
- Apa tujuan akhir Anda?
Ildo Taekwondo berusaha untuk berkomunikasi dengan masyarakat dunia dengan menggunakan taekwondo. Saya ingin membantu siswa saya untuk menjadi seseorang yang berterima kasih kepada orang tua, merasakan betapa berharganya sebuah keluarga, hidup dengan sehat, dan mampu berkontribusi kepada Singapura. Saya ingin membantu globalisasi taekwondo melalui sistem pendidikan olahraga.
shinn11@korea.kr