Wartawan Kehormatan

2023.06.09

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia

Foto: Maulia Resta Mardaningtias



Hari Rabu (31/5), penulis berpartisipasi dalam Korean Culture Day (KCD) bertajuk "Cheongsachorong Goes to Kota Tua" yang diadakan oleh KCC Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, serta Unit Pengelola Kawasan Kota Tua untuk memeriahkan 50 tahun hubungan diplomatik Korea dan Indonesia.

Sebagaimana tema yang diangkat pada KCD kali ini, KCC Indonesia mengajak masyarakat umum untuk membuat lampion tradisional Korea, yakni cheongsachorong, dan berparade untuk mengenalkan budaya Korea di area Taman Fatahillah, Kota Tua.


Peserta KCD berfoto bersama. Sebagian besar peserta mengenakan hanbok yang tersedia dalam jumlah terbatas.<

Peserta KCD berfoto bersama. Sebagian besar peserta mengenakan hanbok yang tersedia dalam jumlah terbatas.


Penampilan Tari Tradisional Korea & Indonesia

Acara dibuka dengan penampilan tari tradisional Indonesia, yakni ronggeng blantek, oleh siswi-siswi SMK Negeri 57. Walaupun menghadapi sedikit kesalahan teknis ketika musik tiba-tiba berhenti di tengah penampilannya, siswi-siswi SMK Negeri 57 tetap menunjukkan profesionalitasnya dalam menuntaskan pertunjukkan tarinya tanpa ragu.

Selanjutnya, masyarakat yang berkumpul di Kota Tua dapat menyaksikan penampilan tari tradisional Korea, yakni buchaechum (tari kipas) oleh mahasiswi-mahasiswi Universitas Nasional. Penulis sangat menikmati pertunjukkan buchaechum yang dibawakan dengan sangat indah. Kostum pakaian hanbok berwarna merah putih terlihat sangat cocok dipadukan dengan hijab hitam para anggota yang berjilbab. Penampilan ini tidak hanya menampilkan sebuah pertunjukkan tari, tetapi juga harmonisasi kostum yang memadukan hanbok dan hijab.

Penampilan tari tradisional Indonesia, Ronggeng Blantek, dan tari tradisional Korea, Buchaechum.

Penampilan tari tradisional Indonesia, ronggeng blantek, dan tari tradisional Korea, buchaechum.


Kata Sambutan dan Pengenalan Sejarah Korea-Indonesia

Setelah menyaksikan dua penampilan tari tradisional, Irfal Guci selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pengelola Kawasan Kota Tua memberikan sambutannya dan harapannya untuk hubungan kerja sama antara Korea dan Indonesia di masa depan. Ia menyampaikan bahwa Korean Culture Day kali ini menjadi pembelajaran untuk Kawasan Kota Tua yang dulunya dipenuhi oleh berbagai budaya bangsa dan negara, sehingga kehadiran KCD kali ini akan menjadi daya tarik tambahan untuk Kawasan Kota Tua.

"Korea sudah tidak asing bagi bangsa indonesia, karena produk Korea banyak (ditemukan) di sini, seperti misalnya mobil. Jika produk Korea sudah dikenal, budaya Korea juga lebih baik dikenalkan. Saya harap perayaan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Korea bisa lebih meriah dilaksanakan di Kawasan Kota Tua," ucap Irfal Guci dalam sambutannya.

Setelah itu, Rostineu selaku dosen mata kuliah Sejarah Korea di jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia juga diundang untuk menjelaskan keterkaitan antara Korea dan Indonesia melalui sejarah. Ia menjelaskan bahwa Korea memiliki peran yang penting dalam gerakan kemerdekaan Indonesia pada masa penjajahan Jepang, tetapi masa penjajahan Jepang di Korea sepuluh kali lebih lama dari masa penjajahan di Indonesia.

Bagaimana bisa di masa penjajajahan Jepang, orang Korea datang ke Indonesia? Ketika masa penjajahan Jepang, kita mengenalnya sebagai tentara Jepang, padahal di antara tentara-tentara Jepang itu, terdapat tentara dari negara yang dijajah oleh Jepang. Jadi negara yang dijajah oleh Jepang, bukan hanya Indonesia dan Korea, tetapi juga ada Tiongkok dan Taiwan. Di antara tentara Jepang yang dimobilisasi ke Indonesia, terdapat 1.400 orang Korea yang dikirimkan khusus untuk Indonesia," ucapnya.

Selama kurang lebih 18 menit, penulis terpaku dengan penjelasan sejarah Korea yang terkait dengan Indonesia yang disampaikannya. Selama menjelaskan, ia juga mengutarakan kekagumannya pada Korea yang tetap bersemangat memerdekakan bangsanya, di mana pun mereka berada.


Dosen jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia, Rostineu (kiri), Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, Irfal Guci (tengah), dan Agie berfoto bersama.

Dosen jurusan Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Indonesia, Rostineu (kiri), Kepala Sub Bagian Tata Usaha Unit Pengelola Kawasan Kota Tua, Irfal Guci (tengah), dan Agie berfoto bersama.


Membuat Cheongsachorong, Lampion Tradisional Korea

Kegiatan utama yang dapat dilakukan oleh pengunjung Kota Tua saat KCD berlangsung saat itu adalah membuat cheongsachorong, atau lampion tradisional Korea.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari KOREA Webzine Edisi Oktober 2019, majalah Korea dengan format daring yang diterbitkan oleh KOCIS, cheongsachorong adalah salah satu jenis lampion tradisional Korea yang terbuat dari kain sutera berwarna merah dan biru, serta digunakan ketika acara pernikahan sebagai harapan akan keharmonisan pasangan dalam pernikahannya.

Kegiatan membuat cheongsachorong ini terbagi menjadi dua tim, sebagian pengunjung dapat membuat cheongsachorong berbahan kain dan sebagian lagi dapat membuat replikasi cheongsachorong melalui kertas kerajinan yang sudah disediakan oleh KCC Indonesia.

Kegiatan membuat Cheongsachorong dari kain dan dari kertas oleh para peserta.

Kegiatan membuat cheongsachorong dari kain dan dari kertas oleh para peserta.


Parade Cheongsachorong di Kota Tua

Setelah cheongsachorong yang menunjukkan harapan akan keharmonisan suatu hubungan selesai dibuat, para partisipan acara dapat mengikuti parade cheongsachorong. Para peserta berbaris dan berjalan mengelilingi Taman Fatahillah dengan membawa cheongsachorong buatannya.


Suasana ketika peserta sedang berbaris menanti parade untuk dimulai.

Suasana ketika peserta sedang berbaris menanti parade untuk dimulai.


Secara pribadi, penulis merasa bahwa acara "Cheongsachorong Goes to Kota Tua" ini merupakan acara yang sangat berkesan karena dapat memadukan dan mengenalkan budaya tradisional Korea kepada masyarakat Jakarta yang berada di Kota Tua, sebuah kawasan yang memiliki nilai sejarah tinggi di Jakarta. Hal tersebut juga sejalan dengan slogan Kota Jakarta yang mencanangkan diri sebagai Kota Kolaborasi. Terlebih, mengelilingi Kota Tua dengan mengenakan hanbok membuat penulis merasa seperti seorang putri dalam drama kolosal dan akan menjadi pengalaman tersebut menjadi tidak terlupakan.

Kesan Peserta

Setelah acara KCD selesai pada pukul 18:00 WIB, penulis menanyakan kesan seorang partisipan yang juga berpartisipasi dalam acara KCD "Cheongsachorong Goes to Kota Tua" ini.

P: Silakan perkenalkan diri Anda.

Uni: Nama saya Jamiatul Husni, biasa dipanggil Uni. Asal saya dari Bukittinggi, Sumatera Barat, tetapi saat ini sedang berdomisili di Jakarta Pusat dan bekerja sebagai wirausaha dan wasit bulu tangkis.

P: Apa yang memotivasi Anda untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini?

Uni: Saya ingin belajar dan mengetahui tentang kebudayaan Korea dan adanya KCCI yang selalu membuat event (seperti ini) saya menjadi sangat penasaran tentang apa saja budaya Korea dan bisa belajar langsung dari instansi resminya, sehingga setiap ada acara dari KCCI saya selalu ingin ikut.

P: Bagaimana kesan Anda setelah mengikuti acara ini?

Uni: (Acara ini) sangat seru sekali karena kita bisa merangkai cheongsachorong sendiri. Meskipun saya merangkai replika dari kertas, tetapi acaranya tetap berkesan. Ada parade keliling area Kota Tua juga, untuk parade kedua saya bisa memakai hanbok dan memegang cheongsachorong berbahan kain bersama teman-teman yang lain. Pada parade kedua, hari sudah mulai senja sehingga cahaya lilin dari Cheongsachorong semakin terlihat. Kami juga dikenalkan tentang peran Korea sebelum kemerdekaan yang membuktikan bahwa hubungan Indonesia dan Korea tidak hanya terjalin dalam 50 tahun ini saja, tetapi sudah ada sebelum kemerdekaan.


Foto ketika Uni membuat Cheongsachorong dari bahan kertas karton, dan ketika ia akhirnya dapat mencoba Hanbok dan berparade dengan Cheongsachorong berbahan kain.

Foto ketika Uni membuat cheongsachorong dari bahan kertas karton, dan ketika ia akhirnya dapat mencoba hanbok dan berparade dengan cheongsachorong berbahan kain.


P: Acara ini diadakan dalam rangka memeriahkan hubungan diplomatik Korea-Indonesia yang ke-50. Apa harapan Anda untuk hubungan Korea-Indonesia ke depannya? Apakah ada bentuk kerja sama antara Korea dan Indonesia yang ingin Anda lihat di masa depan?

Uni: Harapan saya hubungan Korea-Indonesia bisa semakin lebih kuat dan erat lagi dan bisa memberikan manfaat satu sama lain baik dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Bentuk harapan kerja sama Korea-Indonesia ke depan, saya ingin Indonesia bisa bebas visa ke Korea. Alasannya adalah orang Indonesia sangat banyak yang tertarik dengan Korea, bahkan orang Indonesia banyak yang ingin belajar bahasa dan budaya Korea Namun, terkadang saat ingin berkunjung ke Korea, orang Indonesia terkendala akan visa, baik itu karena syarat atau gagal proses pengajuan. Jadi, kalau Indonesia bisa kerja sama dengan Korea untuk bebas visa, menurut saya akan meningkatkan ketertarikan masyarakat Indonesia untuk berkunjung ke Korea baik belajar budaya atau wisata langsung dan untuk Korea sendiri kunjungan ini akan meningkatkan pariwisata mereka.


sofiakim218@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait