Wartawan Kehormatan

2023.06.02

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Elfida Lubis dari Indonesia


Semenjak K-Literasi menjadi satu dari sekian lini yang membuat Gelombang Korea semakin kencang menyapu, pintu untuk mengenal Korea bertambah satu. Fenomena ini tentunya menarik, mengingat tak semua orang menyukai drama dan musik Korea.

Di tengah pencarian penulis atas siapa saja penerbit Indonesia yang ikut bermain di pasar tersebut, penulis terkejut saat mendapati ada penerbit di Indonesia yang dimiliki oleh orang Korea. Penulis langsung mencari akun media sosial penerbit dengan nama Sarang Plus, kemudian mengirimkan surel. Perbincangan dengan penerbit tersebut dilakukan melalui Zoom karena penerbit ini berdomisili di Kota Medan.


Sejarah Sarang Plus

Pemilik Sarang Plus memasuki ruang rapat di Zoom pukul 10.00. “Saat di Korea, saya mengajar mata pelajaran kepemimpinan dan sejarah untuk anak-anak. Lalu, saya tertarik dengan sejarah Indonesia karena belum terekspos di Korea. Padahal Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan memiliki banyak sekali suku dengan sejarah masing-masing. Oleh karena itu, saya tergerak untuk belajar sejarah di Jurusan Sejarah Universitas Sumatera Utara, Medan. Waktu saya menyelesaikan gelar magister sejarah itulah, saya menyewa sebuah ruko di Medan yang digunakan sebagai kantor penerbit,” kisah Philip dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar.

230602_Penerbit_1

Perbincangan dengan Philip Bae dilaksanakan melalui Zoom pada tanggal 24 Mei 2023. (Elfida Lubis)



Ketertarikan Philip untuk mendirikan usaha penerbitan didasari oleh pengalamannya saat berkuliah di Indonesia. “Ketika saya berkuliah di USU, saya menyadari bahwa Indonesia sangat kekurangan buku. Di kampus, mahasiswa terbiasa menyalin dan membaca buku-buku yang dipinjamkan profesor kepada mereka. Kalau di Korea, kami harus beli semua buku sendiri. Lalu setiap saya pergi ke toko buku, apalagi perpustakaan yang jumlahnya pun sedikit, saya menyadari bahwa buku anak Indonesia sangat sedikit dibandingkan Korea,” terangnya.

Dari situ Philip Bae berpikir untuk membuka penerbitan di Indonesia agar pasar buku semakin berkembang, khususnya di bidang buku anak. “Buku sastra klasik dunia atau buku yang wajib dibaca anak-anak masih sangat kurang di Indonesia. Padahal, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada penulis dan pembaca komik ilmu pengetahuan, saya meyakini bahwa buku-buku sastra klasik memiliki peran lebih penting dalam perkembangan anak daripada komik. Untuk masa depan Indonesia, menurut saya pasar penerbitan buku anak perlu ditumbuhkan terlebih dahulu,” ungkapnya.


Strategi Sarang Plus

Saat ini, Sarang Plus menerbitkan empat kategori buku, yaitu sastra klasik dunia, dongeng tradisional Korea, dongeng kreatif, dan seri mewarnai. Sudah lima dongeng tradisional Korea yang diterbitkan di Indonesia. Untuk kategori dongeng kreatif, buku pertama yang diterbitkan berjudul Hai, Sulawesi, bercerita tentang peristiwa bencana alam gempa bumi di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah tahun 2018. Ilustrasinya dikerjakan langsung oleh Philip. “Hasilnya tidak bagus (di Indonesia), baik gambar maupun penjualan. Walau di Indonesia tidak laku, tapi di Korea cukup laris,” kenangnya.

230602_Penerbit_2

Buku pertama terbitan Sarang Plus berjudul Hai, Sulawesi. (Penerbit Sarang Plus)



Penerbit Sarang Plus terdaftar di Korea dengan nama Penerbit Sumatera. Rencananya tak lama lagi mereka akan menerbitkan kisah legendaris burung garuda dengan judul Garuda Legendaris Bali. “Ilustratornya dari Bali, sekarang sedang proses cetak di Korea,” lanjutnya.

Meski saat ini fokus pada buku anak, Philip berencana untuk juga menerbitkan buku dewasa tentang sejarah dan budaya Indonesia dan Korea. “Di Korea, kami ingin menerbitkan buku-buku yang menginformasikan sejarah, budaya, dan orang-orang hebat Indonesia. Saya juga berharap akan lebih banyak lagi buku sejarah yang lebih kompleks dari berbagai sudut pandang diterjemahkan di Indonesia, baik dari Korea, Amerika Serikat, Jepang, dan lainnya. Kebetulan, kami baru menandatangani kontrak dengan sebuah penerbit asal Amerika Serikat,” cerita Philip.

Menjadi orang Korea dan memiliki bisnis penerbitan di Korea tak serta-merta memuluskan jalan Philip untuk bekerja sama dengan penerbit Korea lain. Ia sempat bercerita bahwa dua tahun lalu ia pernah mencoba untuk membuka kerja sama dengan penerbit Korea untuk menerbitkan buku mereka ke dalam bahasa Indonesia. Namun, langkah tersebut menerima penolakan dengan alasan Sarang Plus masih baru. “Kami baru mulai, agak susah membawa buku baru untuk diterjemahkan. Buku-buku laris di Korea kebanyakan diterbitkan di Indonesia oleh penerbit besar. Mungkin mereka mau melihat kemampuan distribusi buku kami terlebih dahulu. Ya, ini tantangan bagi kami,” ucapnya.


Animo yang Diterima

Seberapa besar animo pasar Indonesia terhadap buku anak terbitan Sarang Plus? Jawabannya, belum memenuhi ekspektasi sang pemilik. “Sebenarnya, saya melakukan riset pasar sebelum memulai usaha penerbitan ini dan pada saat itu saya memiliki banyak pemikiran positif tentang pasar penerbitan buku anak di Indonesia. Namun, kinerja penjualannya tidak seperti yang diharapkan. Ada pekerjaan rumah yang harus kami selesaikan untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Kami merasa perlu pindah lokasi dan perluasan hubungan, sampai membuka toko buku luring,” paparnya. Upaya lain yang dilakukan Sarang Plus ialah menyumbangkan sebagian buku ke perpustakaan dan yayasan sosial. Dari situ, secercah harapan muncul setelah melihat reaksi dan tanggapan anak-anak terhadap buku mereka yang begitu positif. Saat ini, Sarang Plus tersedia di lokapasar daring seperti Tokopedia, Shopee, juga didistribusikan baik daring maupun luring lewat Penerbit Gramedia dan Haru.

230602_Penerbit_3

Penerbit Sarang Plus saat mengunjungi Yayasan Cinta Baca Medan. (Penerbit Sarang Plus)



Namun, permasalahan yang dihadapi lebih dalam dari itu. Menurut Philip, penting untuk membahas jumlah perpustakaan di Indonesia. “Jumlah dan jenis perpustakaan di Korea banyak, ada perpustakaan milik pemerintah maupun swasta. Perpustakaan khusus anak pun tersebar dan mudah ditemukan. Akan tetapi, bagaimana dengan Indonesia? Sulit menemukan toko buku atau perpustakaan, terlebih di luar kota besar. Menurut saya, Indonesia perlu lebih banyak perpustakaan untuk semua kalangan, dengan demikian kinerja penerbit pun lebih maksimal selain tentunya akses terhadap buku semakin mudah. Tanpa literasi, negara tidak dapat maju,” papar Philip yang sangat saya setujui.

Hal lain yang juga menjadi kendala, adalah harga buku yang mahal karena banyaknya variabel di dalamnya. “Harga buku di Korea juga mahal. Akan tetapi di sini, seperti yang saya dengar dari pihak percetakan, kertas yang digunakan impor dari Korea. Seandainya Indonesia bisa membuat kertas bagus sendiri, harga kertas akan turun sehingga harga buku juga akan turun. Saya menyarankan kepada pengusaha Indonesia untuk menciptakan perusahaan kertas yang bagus. Saya sangat berharap harga buku turun supaya seluruh kalangan juga bisa membeli buku,” paparnya penuh semangat.

230602_Penerbit_4

Penerbit Sarang Plus saat mengunjungi ISCO Foundation Medan (Penerbit Sarang Plus)



Pandemi COVID-19 semakin memperburuk keadaan penerbit. Menurut data yang tertera dalam artikel rilisan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) di situs ikapi.org pada tanggal 31 Mei 2021, sebanyak 58,2 persen penerbit mengalami penurunan penjualan lebih dari 50 persen; 29,6 persen turun di angka 31-50 persen; dan 8,2 persen mengalami penurunan sebesar 10-30 persen. Ini tentu mengkhawatirkan mengingat dunia penerbitan buku merupakan tolok ukur kemampuan literasi baca sebuah bangsa.

Untuk itu, IKAPI pun mengusulkan sejumlah hal kepada pemerintah yang dikategorikan ke dalam tiga langkah besar, yaitu langkah penyelamatan, pemulihan, dan normalisasi. Di antaranya menyebutkan mengenai pengadaan buku untuk perpustakaan umum dan sekolah serta taman bacaan masyarakat, pembebasan Pajak Pendapatan Nilai (PPN) kertas buku, tinta buku, dan pencetakan buku, sosialisasi pembebasan PPN buku sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 5/PMK.010/2020, insentif penerbitan buku, hibah kepada penerbit untuk program pemasaran buku, dan masih banyak lainnya.

230602_Penerbit_5

Penerbit Sarang Plus di Big Bad Wolf Jakarta, 26 Mei-5 Juni 2023. (Penerbit Sarang Plus)



Budaya Membaca Korea

Philip bercerita bahwa terdapat ribuan buku bergambar di rumahnya yang dibelikan oleh orang tua sewaktu dirinya masih kecil. “Di Korea, orang tua banyak membeli buku dan membacakannya untuk anak mereka. Kalau waktu kecil suka baca buku, saat tumbuh dewasa pasti suka baca buku,” katanya. Itulah alasan lain yang mendorong Philip menerbitkan buku anak dengan ilustrasi.

“Buku bergambar sangat penting pada masa kecil. Lewat buku bergambar, anak-anak dapat memikirkan dan membayangkan semua hal. Mereka bisa berkeliling dunia, mengetahui negara atau budaya lain, merasakan banyak pengalaman tanpa disadari. Alasan drama atau film Korea bisa maju seperti sekarang menurut saya karena mereka terbiasa membayangkan sesuatu yang lebih luas lewat buku bergambar sedari kecil. Oleh karena itu, kalau anak-anak Indonesia sering baca buku bergambar, maka pikiran dan kemampuan kreatif mereka bisa lebih berkembang,” tutup Philip.

Dari akhir tahun 2020 sampai sekarang, Philip mengaku masih semangat untuk terus menerbitkan buku di Indonesia. Sesuai nama yang disematkan—Sarang Plus—Philip berharap anak-anak lebih mencintai orang-orang di sekitar pada khususnya dan dunia pada umumnya, lewat buku yang mereka hadirkan.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait