Kebudayaan

2023.09.20

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
Salah satu adegan dari pertunjukan terakhir Orkestra Tradisional Asia yang diadakan pada tanggal 17 September di Teater 2, Teater Seni Asia Culture Center, Dong-gu, Gwangju.

Salah satu adegan dari pertunjukan terakhir Orkestra Tradisional Asia yang diadakan pada tanggal 17 September di Teater 2, Teater Seni,Asia Culture Center, Dong-gu, Gwangju.



Penulis: Kim Seon Ah

Foto: Asia Culture Center


Sebuah hari istimewa telah disiapkan dalam Pekan Kebudayaan Asia 2023 untuk memperingati 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Korea dan Indonesia. Pekan Kebudayaan Asia 2023 telah diselenggarakan sejak tanggal 15 September di Asia Culture Center (ACC) di Dong-gu, Gwangju.

All Day Indonesia yang diadakan pada tanggal 17 September menampilkan berbagai acara budaya dengan tema seperti tari tradisional Indonesia, pertunjukan, dan film. Ini adalah pertama kalinya acara khusus bertema Indonesia digelar dalam Pekan Kebudayaan Asia yang dimulai pada tahun 2011.

Klub tari tradisional mahasiswa Indonesia Universitas Kyungsung bernama KITA menampilkan Tari Saman pada tanggal 17 September di lobi Teater Seni Asia Culture Center, Dong-gu, Gwangju.

Klub tari tradisional mahasiswa Indonesia Universitas Kyungsung bernama KITA menampilkan Tari Saman pada tanggal 17 September di lobi Teater Seni Asia Culture Center, Dong-gu, Gwangju.


Acara diawali dengan pertunjukan tari tradisional Indonesia yang diadakan di lobi Teater Seni Asia Culture Center pada pukul 15.30 hari ini.

Klub tari tradisional mahasiswa Indonesia Universitas Kyungsung bernama KITA menampilkan Tari Saman milik Suku Gayo Lues dari wilayah Aceh, Indonesia. Tarian yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia ini banyak dibawakan oleh Suku Gayo Lues pada hari-hari penting atau acara adat.

Valerie Myra yang ikut dalam pertunjukan tersebut sebagai salah satu anggota KITA mengatakan, "Yang istimewa dari Tari Saman adalah banyaknya orang, sekitar sepuluh orang, yang duduk berjajar dan menari sehingga mengedepankan kerja sama dan persatuan. Menari di dalam acara hari ini merupakan suatu kehormatan karena bisa menjadi bagian dari acara perayaan 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Korea dan Indonesia."

Orkestra Tradisional Asia menampilkan pertunjukan pada tanggal 17 September di Teater 2, Teater Seni Asia Culture Center, Dong-gu, Gwangju.

Orkestra Tradisional Asia menampilkan pertunjukan pada tanggal 17 September di Teater 2, Teater Seni Asia Culture Center, Dong-gu, Gwangju.


Selanjutnya, pertunjukan Orkestra Tradisional Asia diadakan di Teater 2 Teater Seni mulai jam lima sore. Orkestra Tradisional Asia yang dimulai pada tahun 2009 dibuat oleh negara-negara ASEAN yang menerima usulan Korea untuk menciptakan "Asia yang bersatu melalui musik" pada kesempatan KTT Khusus Korea-ASEAN yang diadakan pada bulan Mei 2009 di Pulau Jeju. Orkestra tersebut terdiri dari alat musik tradisional dari sebelas negara, antara lain Korea, Brunei, Kamboja, Laos, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Panggung pembukaan dibawakan oleh grup akapelamusik tradisional Korea bernama Torys. Mereka menyuguhkan pertunjukan dalam berbagai genre, mulai dari musik tradisional Korea seperti "Changbu Taryeong" dan "Kwoejina Ching Ching Na Ne" hingga lagu pop seperti "Uptown Funk." Diiringi alunan musik tradisional yang seru, penonton menghangatkan suasana dengan meneriakkan, "Ongheya" dan bertepuk tangan bersama.

Dengan merayakan peringatan 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Korea dan Indonesia, anggota Torys, Lee Shin Ye, berkata, "Sungguh mengejutkan bahwa hubungan ini sudah terjalin selama 50 tahun. Saya berharap akan ada lebih banyak kesempatan untuk bertukar dan berkomunikasi dengan budaya seperti ini."

Pada pertunjukan berikutnya, Orkestra Tradisional Asia menampilkan lagu-lagu dari negara-negara ASEAN seperti Kamboja, Filipina, dan Vietnam. Di antaranya, "Archipelago of Indonesia" disusun dengan khusus untuk memperingati 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Korea dan Indonesia. Komposer serta dirigen Iso Eddy Himawarso mengatakan, "Saya memilih lagu ini untuk menunjukkan bahwa meskipun Indonesia terdiri dari banyak pulau, tetapi tetap satu. Di masa depan, saya berharap Korea dan Indonesia dapat memiliki hubungan yang lebih erat seperti keluarga serta pertukaran budaya dan seni lebih sering terjadi."


Adegan dari film Bali: Beats of Paradise yang diputar pada tanggal 17 September di Teater 2 Teater Seni Asia Culture Center, Dong-gu, Gwangju.

Adegan dari film Bali: Beats of Paradise yang diputar pada tanggal 17 September di Teater 2 Teater Seni Asia Culture Center, Dong-gu, Gwangju.


Acara diakhiri dengan pemutaran film Indonesia, Bali: Beats of Paradise yang dimulai pada pukul 19.30. Film ini bercerita tentang Nyoman Wenten, seorang master seni musik tradisional Indonesia bernama gamelan yang berusaha untuk mempromosikan musik dan tari Bali ke dunia sebelum ia pensiun. Dia dan penyanyi pemenang Grammy Award, Judith Hill berupaya mencapai sejuta penayangan di YouTube dengan kolaborasi gamelan dan funk.

Pekan Kebudayaan Asia 2023 berlangsung hingga tanggal 24 September. Semua acara dan program budaya yang diadakan selama periode ini gratis dan reservasi dapat dilakukan melalui situs web.

sofiakim218@korea.kr

konten yang terkait