Wartawan Kehormatan

2025.07.02

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Hurum Maqshuro dari Indonesia
Foto: Hurum Maqshuro

Museum Seokdang berada di dalam kawasan Universitas Dong-A Kota Busan.

Museum Seokdang berada di dalam kawasan Universitas Dong-A Kota Busan.


Museum Seokdang Universitas Dong-A yang berdiri sejak November 1959 merupakan museum tertua dan paling terkemuka yang dikelola oleh universitas di Busan. Museum ini memiliki sekitar 30.000 benda budaya berharga sehingga menjadikannya salah satu tempat dengan koleksi warisan budaya terbesar di Korea.

Museum ini terwujud berkat semangat dan dedikasi Jeong Jae-hwan, yaitu pendiri Universitas Dong-A yang secara pribadi mengoleksi benda-benda budaya Korea.

Menelusuri aula museum, penulis tertarik dengan pameran galeri dojagi. Dojagi adalah tembikar Korea dengan sejarah yang bermula dari tembikar tanah liat tertua yang dibuat sekitar tahun 8000 SM.

Semenanjung Korea telah menjadi pusat seni kerajinan yang kreatif, inovatif, dan bernilai tinggi. Tembikar Korea berkembang dengan gaya khasnya dengan bentuk-bentuk unik seperti guci bulan, buncheong sagi (perpaduan antara tembikar tanah liat dan porselen), tembikar tanah liat putih dari era Goryeo (918-1392), hingga tembikar bergaya minimalis pada masa Joseon (1392-1910).

Beragam jenis tembikar dari masa ke masa sejak zaman Goryeo dipamerkan di Museum Seokdang Universitas Dong-A.

Beragam jenis tembikar dari masa ke masa sejak zaman Goryeo dipamerkan di Museum Seokdang Universitas Dong-A.


Tembikar dibuat dengan cara membentuk tanah liat dan membakarnya pada suhu tinggi di dalam tungku. Tembikar Goryeo mulai diproduksi pada akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-10.

Pada awalnya, pembuatan porselen putih dan porselen hijau kebiruan dipengaruhi oleh tungku Yuezhou di Tiongkok. Namun, pada abad ke-11 wilayah Gangjin dan Buan di Jeolla-do menjadi pusat produksi porselen Goryeo.

Pada abad ke-12, glasir berwarna hijau giok mulai diterapkan pada tembikar sehingga memberikan tampilan yang khas dan elegan. Kemudian, teknik tembikar inlay diperkenalkan. Seladon jenis ini memiliki dekorasi rumit yang diukir pada permukaannya, lalu diisi dengan tanah liat putih atau merah. Setelah pembakaran, inlay tersebut berubah menjadi warna putih dan hitam sehingga menciptakan kontras yang mencolok dengan latar hijau gioknya.

Abad ke-13 dan ke-14 merupakan masa penurunan bagi porselen Goryeo karena invasi berulang oleh Dinasti Yuan (yang kini menjadi wilayah Tiongkok) dan Wa (yang kini menjadi Jepang) yang secara signifikan mengganggu produksi. Namun, teknik ini menjadi dasar bagi pengembangan porselen putih dan buncheong selama periode Joseon.

Keramik cerek dengan motif teratai, arabes, dan burung foniks dari Goryeo abad ke-12 (kiri), dan keramik cerek berbentuk labu dengan motif anggur dari Goryeo abad ke-13 (kanan).

Keramik cerek dengan motif teratai, arabes, dan burung foniks dari Goryeo abad ke-12 (kiri), dan keramik cerek berbentuk labu dengan motif anggur dari Goryeo abad ke-13 (kanan).


Salah satu keramik yang dipajang adalah keramik cerek dengan motif teratai, arabes, dan burung foniks dengan desain terukir di bawah glasir seladon. Cerek tersebut berasal dari Goryeo abad ke-12 dan menonjolkan bagian tutup berbentuk kuncup bunga teratai yang diukir sangat detail dan dihiasi dengan burung foniks di puncaknya dengan sayap yang terangkat. Bentuk cerek ini diduga dipengaruhi oleh cerek logam dari Tiongkok pada tahun 900–1000 Masehi.

Terdapat pula keramik cerek berbentuk labu dengan motif anggur dengan desain inlay di bawah glasir seladon yang berasal dari Goryeo abad ke-13. Pegangan pada cerek ini yang menghubungkan bagian atas dan bawah labu yang dibentuk seperti spiral. Tutupnya dilengkapi tali pengikat sehingga menunjukkan kreativitas dan perhatian pembuatnya.

Bagian atas tubuh cerek dihiasi dengan motif awan dan bangau, sementara bagian bawahnya dipenuhi dengan sulur anggur yang diukir menggunakan teknik inlay putih. Glasir hijau kebiruan yang dilapisi di atasnya memberikan kilau yang indah pada karya seni ini.

Keramik cangkir dan tatakan dengan motif kelopak krisan dari Goryeo abad ke-13.

Keramik cangkir dan tatakan dengan motif kelopak krisan dari Goryeo abad ke-13.


Selain itu terdapat keramik cangkir dan tatakan dengan motif kelopak krisan dengan desain inlay di bawah glasir seladon dari Goryeo abad ke-13. Pada pertengahan periode Goryeo, kebiasaan minum teh menjadi populer sehingga cangkir dan tatakan berbahan seladon dengan desain inlay mulai dibuat dengan meniru bentuk logam.

Tatakan berbentuk bunga ini menopang cangkir yang diukir menyerupai delapan kelopak bunga sehingga memberikan kesan yang lebih stabil. Dilihat dari bentuk dan teknik pembuatannya, keramik cangkir dan tatakan dengan motif kelopak krisan adalah salah satu karya terbaik dari periode puncak dekorasi seladon inlay.

Berbagai teknik dekorasi buncheong dari Dinasti Joseon.

Berbagai teknik dekorasi buncheong dari Dinasti Joseon.


Tembikar pada masa Dinasti Joseon terdiri dari buncheong dan porselen putih. Buncheong sagi adalah tembikar yang dibuat dari tanah liat berwarna abu-abu atau abu-abu kehitaman, kemudian dilapisi dengan tanah liat putih halus pada permukaannya sebelum dilapisi glasir dan dibakar. Buncheong dikategorikan ke dalam beberapa teknik, seperti inlay, stempel, goresan terbuka, ukiran, dan cipratan kuas.

Buncheong muncul pada akhir abad ke-14 sebagai hasil dari kemunduran seladon inlay dan berkembang pada abad ke-15 dengan ciri khas dekorasi tanah liat putih yang lebih jelas. Mulai dari akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16, buncheong dengan teknik cipratan dan sapuan kuas menjadi populer, meskipun akhirnya kehilangan eksistensinya karena meningkatnya produksi porselen putih.

Porselen putih mulai menggantikan popularitas kerajinan seni buncheong di akhir abad ke-15.

Porselen putih mulai menggantikan popularitas kerajinan seni buncheong di akhir abad ke-15.


Porselen putih terbuat dari tanah liat kaolin lalu dibakar pada suhu 1.300°C. Porselen putih mengalami perkembangan pesat setelah ditetapkan sebagai barang resmi untuk keperluan kerajaan dan istana sekitar tahun 1467.

Jenis porselen putih ini dibagi menjadi porselen putih murni, porselen putih dengan inlay, porselen putih dengan kobalt biru, porselen putih dengan lukisan besi, dan porselen putih dengan lukisan tembaga.

Porselen putih dengan lukisan bunga peoni berwarna biru kobalt dari Dinasti Joseon abad ke-18 yang sangat populer sebagai ciri khas akhir periode Joseon.

Porselen putih dengan lukisan bunga peoni berwarna biru kobalt dari Dinasti Joseon abad ke-18 yang sangat populer sebagai ciri khas akhir periode Joseon.


Pada abad ke-16 porselen putih berkualitas tinggi dan porselen putih dengan lukisan biru mulai diproduksi. Akan tetapi, pada awal abad ke-17 dampak dari Perang Imjin (1592–1598) dan Invasi Manchu (1636–1637) menyebabkan produksi porselen putih terhambat.

Pada akhir abad ke-18 porselen putih dengan kobalt biru menjadi sangat populer dengan desain yang menampilkan pola ukiran, timbul, tembus cahaya, dan bentuk-bentuk elegan khas akhir periode Joseon.

Namun, pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 pabrik porselen kerajaan di Bunwon mengalami privatisasi pada tahun 1884. Setelah tahun 1876, produksi porselen menurun tajam akibat masuknya barang-barang keramik industri dari Jepang.

Mengunjungi Museum Seokdang Universitas Dong-A memberikan penulis pemahaman mendalam tentang keindahan dan sejarah dojagi dari era Goryeo hingga Joseon. Melihat detail dan teknik pembuatan tembikar yang penuh dedikasi, penulis merasa kagum dengan kemampuan seniman masa lalu yang mampu menciptakan karya seni bernilai tinggi. Pengalaman ini mengajarkan penulis untuk lebih menghargai warisan budaya yang kaya dan upaya pelestarian sejarah yang dilakukan hingga saat ini.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait