Kementerian Lingkungan mengungkapkan pada tanggal 4 Maret 2025 bahwa senyawa alami yang bisa mengatasi resistensi antimikroba telah ditemukan pada Halcurias carlgreni yang hidup di perairan Pulau Jeju. Foto di atas menunjukkan sosok Halcurias carlgreni.
Penulis: Yoon Sojung
Foto: Institut Sumber Daya Biologi Nasional Honam
Institut Sumber Daya Biologi Nasional Honam telah berhasil mengembangkan peptida antimikrobial yang efektif dalam pengobatan luka dan penyakit paru-paru dengan menggunakan anemon laut bernama Halcurias carlgreni yang hidup di perairan Pulau Jeju.
Institut Sumber Daya Biologi Nasional Honam merupakan sebuah institut yang beroperasi di bawah Kementerian Lingkungan.
Peptida antimikrobial saat ini sedang banyak diteliti karena menjadi mengatasi masalah resistensi antimikroba dengan menggunakan peptida yang lebih pendek untuk menghentikan pertumbuhan atau bahkan membunuh bakteri, virus, dan jamur.
Menurut Kementerian Lingkungan, penelitian terkait pengembangan peptida antimikrobial tersebut dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri dari tim Cho Namki dari Universitas Nasional Chonnam, tim peneliti peptida di Insilicogen, dan tim Yoo Guijae dari Grup Peneliti Platform Fungsional Institut Peneliti Makanan Korea.
Tim peneliti menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mencari kandidat dari sekitar 28.000 data pengurutan protein untuk menemukan sebelas buah kandidat peptida.
Setelah itu, tim peneliti melakukan penelitian langsung kepada kesebelas kandidat tersebut untuk mengembangkan peptida antrimikrobial baru yang bisa digunakan untuk mengobati luka dan penyakit paru-paru. Hasil tersebut dipatenkan pada bulan Januari 2025.
Peptida antimikrobial dari Halcurias carlgreni ternyata sangat efektif untuk mengatasi bakteri bernama Pseudomonas aeruginosa. Bakteri tersebut merupakan penyebab utama berbagai infeksi, seperti infeksi kulit, pneumonia, dan sepsis.
Pada pengobatan luka, peptida tersebut berhasil meregenerasi kolagen dan pembunuh darah. Bahkan area luka berkurang hingga 82% berkat peptida tersebut.
Para percobaan pengobatan paru-paru pun, peptida antimikrobial mampu mengontrol 81% bakteri Pseudomonas aeruginosa sehingga mampu mengurangi kerusakan jaringan dan melindungi jaringan yang sehat sehingga memiliki efek yang mirip dengan antibiotik yang digunakan saat ini.
Peptida antimikrobial dari Halcurias carlgreni mampu diproduksi dengan mudah dan murah karena strukturnya yang sederhana.
Kementerian Lingkungan mengungkapkan bahwa peptida tersebut memiliki efek samping yang lebih rendah dibanding antibiotik pada umumnya sehingga bisa digunakan untuk pengobatan bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Choi Kyung Min mengungkapkan, "Kami akan terus mencari potensi keanekaragaman hayati di pulau maupun laut agar bisa terus menghasilkan inovasi yang berguna bagi kesehatan dan lingkungan rakyat Korea."
Choi merupakan direktur dari Departemen Industrialisasi Sumber Daya Biologi dan Pusat Penelitian Tingkat Lanjut bagi Biomaterial Kehidupan Liar di Pulau yang berada di bawah naungan Institut Sumber Daya Biologi Nasional Honam.
Tim peneliti menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mencari kandidat dari sekitar 28.000 data pengurutan protein untuk menemukan sebelas buah kandidat peptida. Foto di atas menunjukkan seorang peneliti yang sedang melakukan percobaan di laboratorium.