Tanskrip Al-Qur'an dari Pakistan yang dibuat pada abad ke-19 sebelum proses restorasi (atas) dan setelah restorasi (bawah). (Badan Arsip Nasional Korea)
Penulis: Yoo Yeon Gyeong
Teknologi restorasi arsip Korea kini menjadi salah satu bagian dari halyu.
Badan Arsip Nasional (NAK) saat ini sedang mendapatkan perhatian dari seluruh dunia karena kemampuan teknis badan tersebut dalam merestorasi dan menduplikasi berbagai arsip yang telah memudar dan hancur setelah berusia ratusan tahun.
Beberapa arsip yang berhasil direstorasi antara lain adalah Taejong Sillok (Sejarah Raja Taejong) dari Dinasti Joseon (1392-1910) abad ke-15 dan Al-Qur'an yang dari Pakistan yang dibuat pada abad ke-19.
Pada tanggal 7 Januari 2025 Korea.net mengunjungi ruang restorasi NAK yang terletak Kota Seongnam, Provinsi Gyeonggi. Saat itu terlihat tiga hingga empat orang peneliti yang menggunakan jas laboratorium berwarna putih. Mereka terlihat sedang bekerja untuk merestorasi arsip Revolusi Petani Donghak yang menjadi bagian dari Warisan Ingatan Dunia UNESCO.
Para peneliti melakukan restorasi arsip yang rusak dan hilang dengan manual. Mereka membuka halaman kertas yang berjamur satu per satu dan mengukur ukuran, ketebalan, dan keasaman kertas. Kemudian, mereka memakai larutan khusus dengan kuas tipis.
Peneliti terlihat sedang berkonsentrasi untuk restorasiarsip Revolusi Petani Donghak pada tanggal 7 Januari 2025 di Badan Arsip Nasional Korea, Kota Seongnam, Provinsi Gyeonggi. Arsip Revolusi Petani Donghak merupakan bagian dari Warisan Ingatan Dunia UNESCO. (Yoo Yeon Gyeong)
NAK telah diminta untuk merestorasi dan menduplikasi arsip penting setebal 98.238 lembar dari 150 lembaga dalam serta luar Korea sampai saat ini. NAK juga telah melakukan proses restorasi arsip setebal 8.650 lembar dari 71 lembaga melalui proses pemilihan yang adil.
Beberapa arsip penting di antaranya adalah Deklarasi Kemerdekaan 1 Maret, Kamus Besar Bahasa Korea, dan kartu pos yang ditulis dengan darah Ahn Jung-geun.
Pada tahun 2024 NAK berhasil merestorasi transkrip Al-Qur'an yang dibuat pada abad ke-19. Arsip tersebut dimiliki oleh pemerintah Pakistan.
Tanskrip Al-Qur'an dari Pakistan yang dibuat pada abad ke-19 sebelum proses restorasi (atas) dan setelah restorasi (bawah). (Badan Arsip Nasional Korea)
NAK menganalisis serat dengan potongan rinci saat membongkar kitab suci setebal 210 halaman tersebut satu per satu.
NAK mewarnai kertas-kertas tersebut dengan obat pewarna yang dibuat dengan rebus hanji (kertas tradisional Korea) dan buah pohon Alnus japonica. Hanji memiliki ketebalan dan kepadatan yang mirip dengan kertas yang digunakan oleh transkrip tersebut.
Sampul transkrip yang rusak juga telah direstorasi dengan kulit sapi yang diolah tipis dan diwarnai dengan warna mirip dengan sampul asli.
Peneliti NAK Na Mi-seon menjelaskan, "Rak buku dan punggung buku sangat rusak sehingga bentuknya tidak terjaga. Namun, kami berhasil merestorasi bahan dan bentuk yang semirip mungkin dengan aslinya."
Ia menambahkan, "Kami berusaha agar buku tersebut dapat dibaca dengan menghilangkan kontaminasi yang ada di permukaan dan dalam arsip tersebut melalui pencucian kering dan basah."
Berkat hasil ini, NAK telah menerima plaket penghargaan dari pemerintah Pakistan. Pemerintah Pakistan telah menyampaikan rasa terima kasih atas restorasi asip yang berharga serta pemberian pelatihan teknologi restorasi arsip di Pakistan. Pelatihan tersebut digelar pada tahun 2023 untuk para pegawai negeri dari sebelas organisasi pemerintahan.
Para karyawan dari Badan Arsip Nasional Moroko terlihat sedang mengikuti pelatihan restorasi arsip pada bulan November 2023 di Badan Arsip Nasional Korea, Kota Seongnam, Provinsi Gyeonggi. (Badan Arsip Nasional Korea)
Kemampuan NAK dikenal luas di luar Korea sehingga permintaan untuk mempelajari teknologi Korea juga meningkat. Kepercayaan terhadap teknologi restorasi Korea juga menjadi tinggi. Bahkan British Museum di London ingin bekerja sama dengan NAK.
Dari tahun 2008 hingga bulan November 2024, sebanyak 537 orang ahli dari 28 negara mengikuti pelatihan terkait restorasi dan pengelolaan arsip di NAK. Jumlah negara yang menjalin perjanjian dengan NAK mencapai 18 negara, seperti Inggris, Australia, dan Tiongkok.
Presiden NAK Lee Yong-chul mengatakan, "NAK memiliki teknologi restorasi yang bagus sehingga permintaan untuk transfer teknologi dan dukungan restorasi arsip di dalam serta luar Korea terus meninhkat. Peran NAK juga menjadi penting."
Ia menambahkan, "Sebagai badan khusus untuk pelestarian arsip, kami akan melakukan yang terbaik agar warisan ingatan berharga manusia dapat dilestarikan dengan aman sambil memiliki tanggung jawab."
dusrud21@korea.kr