Wartawan Kehormatan

2025.03.06

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Suci Sekarwati dari Indonesia
Foto: Suci Sekarwati

Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) pada tanggal 26 Februari 2025 menyelenggarakan acara Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea (Part 2)'. Dalam acara ini, pengunjung mendapat pengetahuan mendalam tentang kesenian tradisional Korea bernama pansori dan gagok.

Secara sederhana, pansori adalah seni penceritaan tradisional Korea yang disampaikan melalui nyanyian. Biasanya pertunjukan pansori disuguhkan oleh seorang penyanyi dan seorang penabuh drum. Pansori ditampilkan melalui narasi cerita bergaya bebas yang ekspresif.

Seorang staf KCCI terlihat sedang menerangkan mengenai pansori dalam Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea yang diselenggarakan pada tanggal 26 Februari 2025.

Seorang staf KCCI terlihat sedang menerangkan mengenai pansori dalam Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea' yang diselenggarakan pada tanggal 26 Februari 2025.


Pansori merupakan seni bernilai tinggi yang secara jenaka yang mengekspresikan kesedihan, tetapi juga kegembiraan. Pertunjukan ini ditampilkan dengan tiga elemen penting, yaitu penyanyi, penabuh drum, dan penonton. Partisipasi penonton sangat penting dalam pansori.

Penyanyi pansori yang disebut sorikkun bertugas membawakan dialog melalui nyanyian narasi dan gestur melalui kipas di salah satu tangannya. Ia bisa memainkan beragam karakter melalui beragam nada, teknik vokal, kode musik, ritme, dan gestur.

Pertunjukan pansori penuh biasanya digelar selama lima hingga delapan jam sehingga belakangan ini pertunjukan hanya diberikan per segmen saja sehingga bisa selesai dengan cukup cepat.

Staf KCCI menjelaskan bahwa untuk menjadi seorang sorikkun dibutuhkan latihan bertahun-tahun, bahkan hingga puluhan tahun. Alasan dari latihan yang panjang ini adalah seorang sorikkun harus mampu menyampaikan narasi pansori selama lima hingga delapan jam tanpa henti.

Peserta menonton pertunjukan pansori secara singkat dalam Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea yang diselenggarakan pada tanggal 26 Februari 2025.

Peserta menonton pertunjukan pansori secara singkat dalam Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea' yang diselenggarakan pada tanggal 26 Februari 2025.


Penabuh drum yang tampil bersama sorikkun disebut gosu. Ia akan memainkan ritme yang sesuai dengan isi segmen cerita yang sedang disampaikan. Ritme tersebut dapat berubah-ubah sesuai dengan isi cerita yang disampaikan.

Gosu berperan dalam menghidupkan atau menghentikan suara sorikkun sehingga menjadi elemen yang sangat penting dalam pansori. Selain memainkan drum, gosu juga memberikan ucapan penyemangat di momen-momen tertentu.

Penonton pun menjadi elemen kunci untuk membuat pansori tetap hidup karena bisa ikut merespons di tengah jalannya penceritaan. Penonton bisa memberikan semangat dalam momen-momen tertentu di dalam cerita dengan komentar seperti, "Eolssigu," atau, "Jotta."

Pansori sudah dikenal sejak Dinasti Joseon (1392-1910) periode akhir, yaitu pada sekitar pemerintahan Raja Sunjo (1800-1834). Saat itu, satu sajak dalam sebuah pertunjukan pansori tidak terlalu panjang, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pertunjukan pansori menjadi semakin panjang.

Pansori sudah tercatat sebagai Properti Budaya TakBenda Nasional Korea pada tahun 1964, lalu terpilih sebagai Mahakarya Properti Budaya TakBenda pada tahun 2023. Warisan budaya ini akhirnya terdaftar sebagai Warisan Budaya TakBenda UNESCO pada tahun 2008.

Seorang staf KCCI terlihat sedang menerangkan mengenai pansori dalam Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea yang diselenggarakan pada tanggal 26 Februari 2025.

Seorang staf KCCI terlihat sedang menerangkan mengenai pansori dalam Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea' yang diselenggarakan pada tanggal 26 Februari 2025.


Selain pansori, kesenian Korea lainnya yang diperkenalkan dalam Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea (Part 2)' adalah gagok. Ini adalah pertunjukan nyanyian yang dilakukan penyanyi laki-laki dan perempuan dengan iringan orkestra alat musik khas tradisional Korea.

Pengiring dari penampilan ini adalah alat musik yang terdiri dari geomungo, gayageum, yanggeum, haegeum, janggu, dan daegeum. Alat-alat musik tersebut adalah alat musik petik, gesek, dan tiup khas Korea.

Gagok adalah musik yang punya nilai seni tinggi dan telah bertahan lama tanpa perubahan. Musik asli gagok berasal dari "Mandaeyeop," "Jungdaeyeop," dan "Sakdaeyeop."

"Mandaeyeop" adalah musik lama dengan tempo lambat yang berkembang pada periode awal Dinasti Joseon. "Jungdaeyeop" adalah musik bertempo medium yang popular pada masa pertengahan Dinasti Joseon, sedangkan "Sakdaeyeop" adalah musik bertempo cepat yang mulai dimainkan pada akhir Dinasti Joseon.

Peserta terlihat sedang menonton penampilan gagok dalam Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea yang diselenggarakan pada tanggal 26 Februari 2025.

Peserta terlihat sedang menonton penampilan gagok dalam Korean Culture Day 'Intangible Cultural Heritage of Humanity in Korea' yang diselenggarakan pada tanggal 26 Februari 2025.


Saat ini ada 41 lagu yang diwariskan dari tiga jenis tempo ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 26 lagu untuk penyanyi laki-laki dan 15 lagu untuk penyanyi perempuan.

Lagu-lagu gagok dikomposisi dalam bentuk puisi yang melankolis dan syair yang damai menggunakan ritme 10 ketukan atau 16 ketukan. Lagu-lagu gagok diakui karena pola liriknya, keseimbangan, melodinya yang halus, dan komposisi musiknya.

Untuk memperoleh keterampilan sebagai penyanyi gagok, membutuhkan banyak waktu dan usaha serta dedikasi dan kontrol yang sangat tinggi untuk mengontrol suara.

Gagok dilestarikan oleh para praktisi, komunitas, organisasi,dan pusat pelatihan warisan budaya setempat. Ini menjadi bagian dari warisan budaya dari leluhur yang sampai sekarang masih dilestarikan. Gagok telah memainkan peran penting dalam pembentukan identitas Korea.

Gagok ditetapkan sebagai Properti Budaya TakBenda Nasional Korea pada tahun 1969, lalu terdaftar sebagai Warisan Budaya TakBenda UNESCO pada tahun 2010.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait