Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia
Ketika penulis mengunjungi Korea, salah satu pengalaman yang begitu berkesan dan tidak terlupakan bagi penulis adalah mengikuti kegiatan temple stay.
Temple stay secara literal memiliki arti "tinggal di kuil." Program ini merupakan sebuah kegiatan pariwisata bagi para wisatawan untuk mencoba tinggal di kuil-kuil Korea. Program tersebut juga menjadi sebuah cara unik untuk mengenal budaya dan sejarah Buddha di Korea.
Tidak hanya bagi wisatawan lokal, kegiatan temple stay juga menjadi kegiatan pariwisata yang menarik bagi wisatawan mancanegara. Penulis sempat menghabiskan satu hari untuk mengikuti program temple stay di Kuil Bulguksa yang terletak di Gyeongju, Korea.
Tinggal Di Rumah Khas Korea & Mengenakan Pakaian Temple Stay
Alih-alih tinggal di dalam kuil, pada hari pertama penulis bersama teman-teman diantarkan ke sebuah penginapan yang akan ditempati selama mengikuti program temple stay. Penginapan tersebut memiliki desain dan model rumah khas Korea. Penulis mengagumi warna-warni pada genting rumah tersebut yang begitu indah menyatu dengan langit biru cerah dan udara yang begitu segar.
Setelah penulis dan teman-teman dibagi menjadi beberapa kelompok, penulis masuk ke dalam rumah untuk meletakkan barang bawaan. Tidak hanya bagian luarnya, tetapi penulis juga dibuat terpesona dengan bagian dalam rumah yang terlihat sederhana, tetapi sangat nyaman.
Ruang pertama yang penulis jejaki kala itu adalah ruang menaruh sepatu dan sandal yang dibatasi oleh sebuah pintu lain menuju bagian terdalam rumah. Jika melangkah lebih dalam, penulis dapat melihat ruang tamu yang dilengkapi dengan rak berisi buku-buku terkait temple stay dan sebuah dapur dengan perangkat memasak yang lengkap.
Pengalaman tinggal di penginapan tersebut meninggalkan kesan yang unik karena penulis mampu merasakan sensasi tidur di atas lantai yang dilengkapi dengan teknologi penghangat dan beralas matras yang harus disusun sebanyak dua lapis sebelum digunakan untuk istirahat.
Setelah meletakkan barang di dalam rumah, dua orang pemandu program temple stay membagikan seragam yang terdiri dari rompi berwarna biru muda, dan celana abu-abu yang berukuran besar serta terasa begitu nyaman dipakai.
Mengenal Etika di dalam Kuil & Sejarah Kuil Bulguksa
Setelah berganti seragam, penulis dan teman-teman kembali berkumpul di halaman rumah yang begitu luas dan menyaksikan seorang pemandu mendemonstrasikan etika saat di dalam kuil dan cara para penganut Buddha berdoa.
Ketika berada di dalam kuil, terlebih saat berada di area yang dihuni oleh para biksu, pemandu mengarahkan penulis dan teman-teman untuk melangkah dengan tenang dan meminimalkan suara langkah kaki.
Tidak lama setelah menyaksikan demonstrasi, penulis dan teman-teman beranjak pergi untuk mengunjungi Kuil Bulguksa. Sejak tahun 1995, kuil ini terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Sejak menggemari budaya Korea, penulis sering melihat berbagai foto Kuil Bulguksa yang begitu menawan dengan pohon-pohon yang menjadi oranye kala musim gugur. Hal tersebut membuat penulis sangat berkeinginan melihat Kuil Bulguksa secara langsung.
Batu-batu berukuran besar yang menjadi dasar bangunan Kuil Bulguksa menjadi hal unik dari yang menarik perhatian penulis. Walaupun susunan batu tersebut tidak rata, tetapi batu tersebut kokoh menopang bangunan kuil.
Makanan Khas Kuil
Setelah berkeliling Kuil Bulguksa dan mengenal sebagian sejarahnya, para peserta dibimbing untuk makan di kantin khusus biksu yang terletak di area yang dihuni oleh para biksu.
Makanan-makanan yang tersedia umumnya bersifat vegetarian dengan memanfaatkan berbagai sayur dan tumbuhan yang tumbuh di pegunungan karena menyesuaikan pantangan makanan dalam agama Buddha.
Meditasi, Ritual Buddha, dan Membuat 108-beads Buddhist Rosary
Penulis masih mengingat suasana dan nuansa Kuil Bulguksa kala senja. Kuil yang sebelumnya dipadati oleh wisatawan lokal dan asing, saat itu hanya berhiaskan suara hembusan angin sejuk dan kicauan burung-burung kecil di atas pohon.
Pemandu kegiatan temple stay pun mengarahkan penulis dan teman-teman untuk berbaris di halaman depan kuil dan kemudian menuntun peserta untuk bermeditasi.
Karena program temple stay merupakan kegiatan terkait agama Buddha, staf memberikan kebebasan bagi para peserta yang merasa tidak nyaman untuk keluar dari barisan dan hanya memperhatikan dari belakang.
Saat matahari terbenam dan langit semakin menggelap, lampu-lampu kecil dinyalakan dan berpendar menerangi sudut-sudut kuil dengan begitu anggun. Tidak hanya itu, suara gendang serupa dengan beduk yang ditabuh oleh para biksu di berbagai sisi kuil terdengar seolah mengikuti irama jantung penulis.
Setelah bermeditasi, pemandu kembali mengarahkan para peserta untuk berjalan menuju sebuah bel raksasa yang tengah dibunyikan oleh seorang biksu. Kala itu, peserta dengan hening berdiri berbaris di salah satu sisi tempat bel tersebut berada, lalu menangkupkan kedua tangan dan menundukkan kepalanya.
Tidak lama setelah sang biksu berhenti membunyikan bel, pemandu temple stay mengajak para peserta untuk masuk ke dalam kuil dan membuat 108-bead Buddhist Rosary yang serupa dengan tasbih.
Aktivitas Pagi di Kuil Bulguksa, Mendaki Gunung Tohamsan & Mengunjungi Seokguram Grotto
Keesokan harinya, para peserta bangun tidur dan bersiap pada pukul 5:00 pagi untuk sarapan di Kuil Bulguksa. Hal yang membuat penulis begitu takjub dan hingga saat ini menjadi kenangan terbaik bagi penulis selama di Korea adalah pemandangan langit di atas Kuil Bulguksa kala subuh yang dipenuhi gemerlap bintang.
Setelah bermeditasi pagi di Kuil Bulguksa, penulis dan teman-teman pergi menuju Gunung Tohamsan untuk melihat Seokguram Grotto. Seokguram Grotto atau Gua Seokguram merupakan sebuah kuil yang terletak di Gunung Tohamsan. Di dalamnya terdapat patung Buddha raksasa. Bersama dengan Kuil Bulguksa, kuil ini juga terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1995.
Selain Kuil Bulguksa, Istana Donggung, dan Kolam Wolji, Seokguram Grotto adalah salah satu lokasi wisata di Gyeongju yang sangat ingin penulis kunjungi.
Bagi penulis yang tidak terbiasa mendaki gunung, perjalanan mendaki di pagi hari untuk mencapai Gua Seokguram memang cukup melelahkan, tetapi sesampainya di kuil gua, penulis langsung terasa segar saat bisa melihat patung Buddha raksasa Seokguram Grotto.
Keunikan Seokguram Grotto lainnya adalah patung raksasa tersebut dibangun sedang memandang Laut Timur sehingga para pengunjung dapat menyaksikan keindahan pemandangan matahari terbit di atas laut dari arah mata patung memandang.
Pengalaman mengikuti temple stay adalah pengalaman yang sangat unik untuk dilakukan oleh para wisatawan. Walaupun tidak bisa mengikuti seluruh rangkaian kegiatan temple stay dengan sempurna, penulis masih bisa menemukan ketenangan di tengah kedamaian alam dan pegunungan di sekitar Kuil Bulguksa.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.