Wartawan Kehormatan

2024.08.02

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian
Penulis: Wartawan Kehormatan Frenky Ramiro de Jesus dari Timor-Leste
Foto: Frenky Ramiro de Jesus


Beberapa pekan ke belakang, laman fokus berita Kebudayaan Korea.net merekomendasikan enam museum di Korea yang bisa dikunjungi oleh wisatawan asing, seperti Museum Nasional Korea, Museum Nasional Gyeongju, Museum Nasional Gwangju, Museum Nasional Buyeo, Museum Nasional Jinju, dan Museum Nasional Jeju. Terdapat berbagai peninggalan dan koleksi sejarah dari dinasti berbeda yang dapat dilihat di museum tersebut.

Selain dari enam museum diatas, ada museum lain yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi, misalnya seperti Museum Nasional Daegu. Pada artikel ini penulis ingin mengajak Anda untuk menilik berbagai peninggalan warisan budaya dari zaman dinasti Gaya, Silla, hingga dinasti Joseon yang terdapat di Museum Nasional Daegu.

Museum Nasional Daegu merupakan museum nasional kedelapan yang dibuka di Korea. Didirikan pada tahun 1994, museum ini dijadikan sebagai fasilitas budaya untuk melestarikan, memamerkan, meneliti, dan memberikan informasi bagi para pengunjung tentang warisan budaya Kota Daegu dan Provinsi Gyeongsangbuk.

Terlihat berbagai peninggalan dan warisan yang terdapat di Galeri Budaya Kuno.

Terlihat berbagai peninggalan dan warisan yang terdapat di Galeri Budaya Kuno. 


Museum ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu ruang pameran permanen, ruang pameran spesial, dan pameran luar ruangan. Ruang pameran permanen sendiri terbagi lagi menjadi tiga ruangan seperti Galeri Budaya Kuno, Galeri Budaya Pertengahan Abad, dan Galeri Budaya Pakaian Korea. Selain itu terdapat pula Museum Anak-Anak yang digunakan sebagai ruang belajar.

Ruang pameran permanen dikhususkan untuk memamerkan budaya prasejarah Kota Daegu dan Provinsi Gyeongsangbuk. Para pengunjung dapat mangamati berbagai peninggalan yang berasal dari zaman akhir Paleolitikum, artefak dari zaman Perunggu, warisan dari zaman Kerajaan Kuno, serta peninggalan dari periode Tiga Kerajaan.

Warisan dan peninggalan tersebut terdapat di ruangan yang berbeda seperti Galeri Budaya Kuno dan Galeri Budaya Pertengahan Abad.

Di Galeri Budaya Pakaian Korea, para pengunjung dapat mengamati berbagai artefak dan catatan yang menceritakan sejarah pakaian Korea dari zaman kuno hingga modern. Galeri ini berfokus pada Daegu sebagai kota tempat industri tekstil dan pakaian yang berkontribusi besar terhadap perkembangannya menjadi kota modern. Para pengunjung dapat menikmati keindahan dan kekayaan hanbok, termasuk hiasan kepala, sepatu, pakaian upacara, dan berbagai sulaman yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Galeri Budaya Kuno

Penulis menuju ruangan yang pertama, yaitu Galeri Budaya Kuno. Di galeri ini menampilkan berbagai artefak prasejarah seperti kapak genggam yang terbuat dari batu. Kapak ini ditemukan di Maae-ri, Andong, dan merupakan artefak pertama yang ditemukan di Provinsi Gyeongsangbuk pada zaman Paleolitikum.

Selama periode ini, kapak genggam digunakan untuk berbagai keperluan seperti berburu, menyembelih hewan, serta mengolah kayu dan tulang.

Barang-barang lainnya yang dapat dilihat adalah peralatan pertanian dari batu dan tembikar berpola sisir dari zaman Neolitikum.

Kiri: Tembikar ini memiliki ciri-ciri berbentuk kerucut, seperti peluru artileri, dengan mulut lebar dan dasar bundar. Kanan: Kepala Naga dengan ukirannya yang luar biasa terlihat jelas dalam ukiran garis detail yang menggambarkan sisik dan janggutnya.

Kiri: Tembikar ini memiliki ciri-ciri berbentuk kerucut seperti peluru artileri dengan mulut lebar dan dasar bundar. Kanan: Kepala naga dengan ukirannya yang luar biasa terlihat jelas dalam ukiran garis detail yang menggambarkan sisik dan janggutnya.


Kebanyakan tembikar yang ditemukan di Daegu dan Gyeongsangbuk berbentuk kerucut seperti peluru artileri dengan mulut lebar dan dasar bundar. Salah satu contohnya yang terdapat di museum ini. Tembikar dengan tinggi 29cm ini ditemukan di Seobyeon-dong, Daegu pada zaman Neolitikum.

Salah satu warisan yang menarik perhatian penulis adalah kepala naga dengan tinggi 68cm dari abad ke-9, Periode Silla Bersatu. Kepala naga ini biasanya diletakkan di atas tiang yang digunakan untuk menggantungkan spanduk di luar pintu masuk kuil Buddha, yang menyatakan afiliasi kuil tersebut.

Di dalam mulut naga terdapat sistem katrol yang memungkinkan spanduk untuk dinaikkan dan diturunkan dengan mudah. Kualitas ukirannya yang luar biasa terlihat jelas dalam ukiran garis detail yang menggambarkan sisik dan janggutnya sehingga menjadikannya salah satu warisan nasional.

Dua Mahkota perunggu berlapis emas. Kiri: berbentuk seperti bulu burung dan memiliki dua lubang di bagian atas, merupakan ciri khas Goguryeo. Kanan: Mahkota yang ditemukan di makam kuno Dalseong, Daegu yang berasal dari zaman Tiga Kerajaan.

Dua Mahkota perunggu berlapis emas. Kiri: berbentuk seperti bulu burung dan memiliki dua lubang di bagian atas, merupakan ciri khas Goguryeo. Kanan: Mahkota yang ditemukan di makam kuno Dalseong, Daegu yang berasal dari zaman Tiga Kerajaan.


Galeri Budaya Pertengahan Abad

Galeri ini menampilkan beberapa patung dan kerajinan Buddha dari periode Tiga Kerajaan, Goryeo, dan Joseon. Selain itu, galeri ini juga menampilkan sejarah kebangkitan Neo-Konfusianisme pada periode Joseon saat beberapa kuil Buddha diubah menjadi sekolah Konfusianisme.

Penulis menghabiskan sekitar tiga puluh menit untuk membaca penjelasan tentang munculnya agama Buddha di Korea hingga sejarah kebangkitan Neo-Konfusianisme.

Berbagai buku yang digunakan dalam pembelajaran Neo-Konfusianisme pada periode Joseon.

Berbagai buku yang digunakan dalam pembelajaran Neo-Konfusianisme pada periode Joseon.


Dari catatan yang penulis baca terdapat satu kalimat yang menarik perhatian penulis, yaitu "Untuk memerintah suatu negara dengan baik dan membawa perdamaian bagi semua orang, seseorang harus terlebih dahulu mampu memerintah keluarganya." Kalimat tersebut merupakan prinsip dari Konfusianisme.

Penulis pun melangkah ke ruang sebelah yang merupakan pameran berbagai patung Buddha. Dari penjelasan pertama pada ruangan ini dikatakan bahwa Silla adalah kerajaan terakhir dari Tiga Kerajaan Korea yang menganut agama Buddha setelah Baekje dan Goguryeo.

Pada Kerajaan Silla produksi gambar-gambar Buddha meluas pada abad ke-7 terutama berpusat di sekitar Kota Gyeongju. Daerah utara seperti Yeongju, Bonghwa, Andong, Gunwi, dan Gumi berfungsi sebagai saluran masuknya budaya Buddha. Oleh sebab itu, banyak artefak Buddha yang telah ditemukan di daerah tersebut.

Dua dari tiga patung Buddha Avalokite vara Bodhisattva.

Dua dari tiga patung Buddha Avalokite vara Bodhisattva. 


Sembari berjalan mengelilingi ruang pameran ini, penulis terhenti ketika melihat sebuah patung Buddha yang memiliki nama yang sangat berbeda dari patung Buddha lainnya. Patung tersebut adalah Avalokite vara Bodhisattva.

Patung Buddha ini adalah salah satu dari tiga patung Buddha yang ditemukan pada tahun 1976 di Bonghan-dong, Gumi, Provinsi Gyeongsangbuk. Patung ini memiliki ekspresi wajah yang lembut, bentuk tubuh yang melengkung dan ramping, serta menggunakan jubah yang ketat dengan ornamen kain yang bersilang dibagian tengah pinggang.

Dilihat dari teknik pembuatan serta bentuk patung Buddha ini, dapat dikatakan bahwa patung ini terbuat di zaman Tiga Kerajaan tepatnya pada dinasti Silla di abad ke-7. Patung dengan tinggi 33 cm ini ditetapkan sebagai salah satu warisan nasional.

Galeri Budaya Pakaian Korea

Memasuki ruangan ini, pasti semua pengunjung akan dihipnotis dengan keindahan dekorasi ruangannya yang berwarna warni.

Berbeda dari kedua ruangan lainnya, di ruangan ini para pengunjung dapat melihat berbagai pameran pakaian dan ornamen-ornamen yang terbagi dalam empat ruangan.

Pameran Hanbok dan Baju Pengantin, serta ornamen-ornamen pelengkap lainnya.

Pameran hanbok dan baju pengantin, serta ornamen-ornamen pelengkap lainnya.


Secara keseluruhan, empat ruangan ini mempertunjukkan keindahan hanbok pada zaman dahulu, sekarang, dan masa depan. Berbagai ornamen lainnya pun dapat dilihat mulai dari ikat pinggang, gaun upacara, dan hiasan kepala.

Perkembangan hanbok dari zaman ke zaman dapat dilihat di ruangan ini. Motif, warna, dan model jahitannya pun terlihat bervariatif. Tidak saja hanbok yang ditampilkan, tetapi para pengunjung juga dapat melihat corak jaket yang dipakai pada zaman dahulu, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.

Pameran Luar Ruangan

Sebelum meninggalkan museum ini, penulis melakukan tur di depan taman yang terdapat sebuah batu pagoda besar.

Sesuai penjelasan yang tertulis bahwa pagoda ini awalnya terletak di Kuil Jeongdosa di Yangmok-myeon, Chilgok, Gyeongsangbuk kemudian dipindahkan ke Istana Gyeongbokgung pada tahun 1924 sebelum akhirnya ditempatkan di Museum Nasional Daegu.

Pagoda ini terbuat pada awal Dinasti Goryeo sehingga mewarisi gaya pagoda Silla. Prasasti yang ditemukan di tingkat atas menunjukkan bahwa pagoda tersebut didirikan pada tahun 1031, yaitu tahun ke-22 pemerintahan Raja Goryeo Hyeonjong yang bertujuan untuk mendoakan keselamatan dan kemakmuran negara.

Pagoda Batu Lima Tingkat dari Kuil Jeongdosa. Pada foto bagian kanan terlihat pahatan gambar pintu yang digembok di bagian depan tingkat pertamanya.

Pagoda Batu Lima Tingkat dari Kuil Jeongdosa. Pada foto bagian kanan terlihat pahatan gambar pintu yang digembok di bagian depan tingkat pertamanya. 


Jika dilihat dengan saksama, pada pagoda tersebut terdapat pahatan gambar pintu yang digembok di bagian depan tingkat pertamanya. Selain itu, tertulis bahwa di dalam pagoda ditemukan sebuah catatan sejarah berdirinya pagoda ini.

Menurut catatan sejarah ini, pagoda tersebut dibangun atas prakarsa antara pejabat setempat dan penduduk Yangmok-gun yang saat itu berada di bawah yurisdiksi Gyeongsan-bu, Sangju-gye.

Ada sebuah pepatah Korea yang mengatakan bahwa "Sepatu (adalah unsur terakhir yang) menyempurnakan penampilan."

Saat ini Museum Nasional Daegu mempersembahkan pameran spesial yang bertajuk "Keragaman dan Evolusi Alas Kaki Tradisional Korea" yang digelar pada tanggal 14 Mei s/d 22 September 2024.


sofiakim218@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait