Wartawan Kehormatan

2023.07.07

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Hurum Maqshuro dari Indonesia



Pada hari Selasa, 27 Juni 2023, penulis berkesempatan mengikuti acara "Bincang dan Diskusi bersama Penerjemah." Pembicara yang hadir adalah Penerjemah Iingliana Tan, atau lebih akrab disapa Iingliana. Acara ini diselenggarakan secara luring di Multifunction Hall, Korean Cultural Center Indonesia, dan berlangsung selama kurang lebih 60 menit dengan dimoderasi oleh Annisa, staf KCCI.

Iingliana, telah menerjemahkan 30 lebih buku sastra Korea. Buku-buku sastra Korea terjemahan bahasa Indonesia oleh Iingliana antara lain adalah Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982, 7 Tahun Kegelapan, Tak Mungkin Membuat Semua Orang Senang. Buku pertama yang ia terjemahkan adalah sebuah novel karya Kim Mi-ri berjudul A Werewolf Boy pada tahun 2013 yang diadaptasi dari film yang dirilis pada tahun 2012 dengan judul yang sama.


Beberapa buku terjemahan Iingliana yang dipamerkan oleh KCCI di pintu masuk Multifunction Hall KCCI. (Hurum Maqshuro)

Beberapa buku terjemahan Iingliana yang dipamerkan oleh KCCI di pintu masuk Multifunction Hall KCCI. (Hurum Maqshuro)


Iingliana bercerita awal mula ia tertarik mempelajari bahasa Korea, "Awalnya saya merasa aneh ketika membaca takarir pada drama Korea berjudul Autumn in My Heart. Saya merasa bahwa takarir dan dialog drama tersebut kurang pas. Karena saya menontonnya berulang kali, saya membandingkan dari berbagai tempat. Saya menonton dari DVD asli dan saya juga pernah menonton dari DVD bajakan. Saya merasa ada perbedaan pada terjemahan takarir tersebut. Dari situ saya mulai mencari tahu dan mempelajari bahasa Korea."

Iingliana juga menambahkan, "Saya belajar bahasa Korea secara otodidak dengan mengikuti program acara belajar bahasa Korea dari Arirang TV. Dari situ, saya mencatat setiap pembelajaran dan menjadikannya sebuah buku belajar."

Iingliana juga menceritakan awal ia terjun ke dunia penerjemahan, "Awalnya saya adalah penerjemah buku berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Pada tahun 2013, ketika buku-buku Korea mulai masuk ke Indonesia. Saat itu saya ditawari untuk mencoba mengikuti penyeleksian penerjemahan buku novel berbahasa Korea ke Indonesia. Saya mengikutinya dan ternyata lolos."

Iingliana juga menceritakan proses ia menerjemahkan buku diawali dari pihak penerbit yang harus membeli hak terbitnya atau lisensi ke penulis atau penerbit di Korea, setelah itu buku yang ingin diterjemahkan diberikan kepada penerjemah. "Tugas penerjemah hanya benar-benar menerjemahkan sesuai dengan apa yang ditulis oleh penulis, sesuai dengan standar bahasa penerbit buku terjemahan ini. Namun, jika pada saat penyuntingan, penyunting menemukan bagian yang kurang cocok untuk pasar pembaca di Indonesia, biasanya penyunting yang akan menentukan adegan dalam buku tersebut perlu diganti atau dihilangkan," ungkapnya.

Annisa sebagai moderator acara (kiri) dan Iingliana yang sedang menceritakan pengalaman dirinya memulai belajar bahasa Korea dan karirnya sebagai penerjemah (kanan) (Hurum Maqshuro)

Annisa sebagai moderator acara (kiri) dan Iingliana yang sedang menceritakan pengalaman dirinya memulai belajar bahasa Korea dan karirnya sebagai penerjemah (kanan). (Hurum Maqshuro)



Ketika moderator bertanya mengenai apa motivasi Iingliana menjadi penerjemah buku, Iingliana menjawab, "Awalnya karena saya saat itu masih menjadi mahasiswa dan membutuhkan pekerjaan sampingan. Namun semakin ke sini, saya menyukai pekerjaan ini. Saya dapat menikmati hobi saya, yaitu membaca, saya juga menyukai bahasa."

Moderator kembali bertanya tentang tantangan atau kendala yang pernah dihadapi oleh Iingliana saat menerjemahkan buku. "Sejauh ini saya menikmati pekerjaan ini. Kendala yang saya temui adalah ketika saya harus menerjemahkan buku Saha Mansion, menurut saya agak sulit saat itu untuk mendapatkan mood-nya, mungkin karena saya kurang menyukai genrenya juga. Akan tetapi, karena ini adalah pekerjaan, saya termotivasi untuk tetap menyelesaikan penerjemahan novelnya dengan baik."

Annisa, kembali bertanya mengenai berapa lama waktu yang diberikan oleh penerbit untuk menerjemahkan satu buku. "Penerbit biasanya memberikan waktu kurang lebih tiga bulan untuk satu buku, tergantung tebal halaman buku. Akan tetapi, baru-baru ini saya pernah menyelesaikan satu buku baru selama dua minggu yang berisi kurang lebih 400 halaman. Karena saya sangat menyukai alur cerita buku tersebut, mudah bagi saya untuk menerjemahkannya," tuturnya.

Penulis berkesempatan bertanya langsung, "Apakah setiap penerjemah itu memiliki gaya tersendiri dalam setiap buku yang diterjemahkan, sehingga dikenal oleh para pembaca? Jika demikian, bagaimana gaya penerjemahan Anda?"

"Oh, tidak. Saya kurang tahu kalau di mata pembaca, tetapi saya hanya bertugas menerjemahkan sesuai dengan buku karya penulis asli. Saya tidak tahu kalau ada penerjemah lain yang memiliki gaya tersendiri dalam penerjemahannya. Saya hanya mengikuti cerita dan menggunakan bahasa Indonesia dengan ejaan bahasa yang disempurnakan, sesuai dengan standar bahasa penerbit Gramedia yang cenderung menggunakan bahasa baku," jawab Iingliana.

Penulis mendapatkan hadiah buku terjemahan Iingliana berjudul Happiness Battle yang terbit di tahun 2022. (Hurum Maqshuro)


Iingliana juga menjawab pertanyaan moderator tentang cara menerjemahkan suatu buku. Iingliana menjawab dengan lugas bahwa ia tidak membaca bukunya terlebih dahulu. Ia lebih menyukai membaca sekaligus menerjemahkan. "Kalau saya kurang suka dengan cerita bukunya, saya akan merasa enggan untuk menerjemahkannya. Sedangkan penerjemah tidak boleh seperti itu karena sudah memiliki komitmen ketika mengambil proyek penerjemahan buku itu," tuturnya.

Iingliana juga merespon seorang penanya yang mengatakan bahwa ia terkecoh dengan akhir dari buku Happiness Battle. "Saya juga kaget dengan akhir cerita Happiness Battle. Akan tetapi, saya pernah menangis sambil menerjemahkan buku 7 Tahun Kegelapan," jawabnya.

Pengumuman Grand Prize Penerjemah LTI 2022. (Tangkapan layar postingan media sosial Instagram LTI Korea)

Pengumuman Grand Prize Penerjemah LTI 2022. (Tangkapan layar postingan media sosial Instagram LTI Korea)



Menjelang akhir perbincangan, moderator menambahkan informasi bahwa Iingliana mendapatkan Penghargaan Terjemahan LTI (Literature Translation Institute) Korea. LTI Korea mencari terjemahan yang sangat baik dari sastra Korea setiap tahun untuk diakui. Grand Prize untuk tahun 2022 diberikan kepada empat penerjemah, salah satunya Iingliana dengan buku terjemahan Tujuh Tahun Kegelapan atau dalam versi asli bahasa Koreanya berjudul 7년의 밤.

"Saya merasa kaget, tidak menyangka karya terjemahan saya terpilih, karena saya tidak merasa mengirim apapun, begitu pula dengan pihak penerbit (Gramedia) ketika saya tanya mengenai hal ini. Terlebih saya tidak memiliki latar belakang akademis di bahasa Korea karena saya mempelajari semuanya sendiri. Namun, saya bersyukur dan merasa diapresiasi," ungkap Iingliana.

Iingliana juga memberikan bocoran bahwa saat ini dia sudah menyelesaikan terjemahan empat jilid buku bahasa Korea yang siap diterbitkan dalam waktu dekat dan ada enam jilid buku lagi yang siap ia terjemahkan. Tentunya ini menjadi berita gembira yang dinantikan bagi pecinta sastra Korea.


sofiakim218@korea.kr


*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait