Wartawan Kehormatan

2022.10.28

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian
Oleh Wartawan Kehormatan Audrey Regina dari Indonesia


Mengenal Hanji dan Daluang, kertas tradisional asal Korea dan Indonesia. (Audrey Regina)

Mengenal Hanji dan Daluang, kertas tradisional asal Korea dan Indonesia. (Audrey Regina)



Selain kaya akan kebudayaan tradisional seperti pakaian tradisional, permainan tradisional, makanan tradisional, dan lain sebagainya, Korea juga memiliki salah satu peninggalan sejarah lainnya, yaitu kertas tradisional. Kertas tradisional Korea dinamakan hanji. Disebut kertas tradisional karena kertas ini sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu, dan dibuat dengan teknologi yang masih tradisional pula. Umumnya, kertas hanji digunakan untuk menulis, tapi ada kegunaan lainnya selain menulis, seperti dijadikan kipas, payung, dan interior dalam rumah.

Sejarah penggunaan kertas di Korea dimulai dari Tiongkok pada zaman Tiga Kerajaan. Setelahnya, memasuki abad ketujuh, pada zaman Silla Bersatu, Korea pun mulai memproduksi sendiri kertas berkualitas, beserta dengan tinta yang digunakan untuk menulis.

Umumnya, kertas hanji dibuat dari pohon murbei atau dalam bahasa Koreanya ialah daknamu (닥나무). Disebut bahwa pohon murbei adalah pohon asli dari Korea yang tumbuh dengan baik di dataran tinggi. Lalu pada zaman Joseon, sekitar abad ke-15, bahan baku pembuatan kertas hanji pun mulai beragam, tidak hanya dari pohon murbei saja, melainkan juga dapat menggunakan bambu.

Hanji juga terkenal sebagai kertas yang tahan air. Tidak heran jika dulu, hanji juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan payung dan lentera. Selain itu, hanji juga disebut dapat membantu mengontrol temperatur udara di dalam rumah, sehingga biasanya hanji ditempelkan di dekat jendela, pintu atau lantai rumah. Hanji juga cocok digunakan untuk membuat kaligrafi, karena dengan tekstur kertas hanji, tinta dapat menyebar dan merata dengan baik. Karena fungsinya yang beragam, hanji juga terkenal sebagai kertas yang kualitasnya sangat baik dan mampu menyaingi kain.

Hingga saat ini, hanji masih diproduksi dan dapat dibeli. Harganya juga bervariasi tergantung warna dan ukuran. Sejarah dan koleksi hanji juga dapat dipelajari langsung saat berkunjung ke Korea, tepatnya di Hanji Paper Museum di 59 Palbok-ro, Palbok-dong, Deokjin-gu, Jeonju.

Tidak hanya Korea, Indonesia pun juga memiliki kertas tradisionalnya sendiri. Perbedaannya, jika hingga saat ini hanji masih dikenal dengan baik di Korea, bahkan mancanegara, kertas tradisional asal Indonesia ini sayangnya sudah mulai dilupakan dan tergerus oleh zaman. Padahal, kertas tradisional asal Indonesia ini juga tidak kalah kualitasnya dengan hanji. Ialah daluang, kertas tradisional Indonesia yang terbuat dari pepagan daluang. Pepagan sendiri artinya adalah kulit kayu.

Sama seperti hanji, daluang juga punya fungsi yang beragam. Kertas daluang yang terbuat dari kulit kayu ini diketahui pernah digunakan untuk menulis naskah kuno Nusantara pada masa Kerajaan Hindu Buddha dan Kerajaan Islam. Tidak hanya itu, salah satu aset budaya Indonesia, wayang pun juga dapat dibuat dari kertas daluang. Kulit pohon daluang pun juga disebut dapat digunakan untuk dijadikan pakaian. Kertas daluang juga pernah diimpor ke berbagai belahan negara lainnya, seperti Tiongkok, Arab, atau Eropa melalui pedagang yang datang mengunjungi Nusantara.

Karena terbuat dari serat kayu, permukaan kertas daluang ini bertekstur sedikit kasar. Diperkiraan, kertas ini pertama kali digunakan di Nusantara mulai abad ke-7. Kertas daluang juga saat itu digunakan sebagai alternatif lain pengganti kertas lontar, sebagai media untuk menulis. Lalu, mulai abad ke-9, daluang juga diolah menjadi bahan pakaian untuk para pandita atau orang yang bijaksana pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Bahkan hingga memasuki zaman kolonial, daluang diketahui juga masih digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan administrasi.

Karena masih menggunakan teknologi tradisional dalam produksinya, pembuatan kertas daluang dinilai cukup rumit. Mulai dari memotong kulit kayu, merendam kayu selama beberapa hari, menumbuk kayu agar permukaannya menjadi lebih lebar, hingga dijemur di bawah sinar matahari. Proses pembuatannya sendiri dapat memakan waktu hingga lebih dari 3 hari.

Meskipun tidak banyak orang yang mengetahui tentang kertas daluang, tapi hingga saat ini masih ada pabrik yang memproduksi kertas daluang di daerah Bandung dan Garut. Untuk mengingatkan kembali masyarakat Indonesia akan kertas daluang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatatkan kertas daluang sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada tanggal 8 Oktober 2014. Sehingga diharapkan, ke depannya masyarakat Indonesia dapat semakin mengenali warisan-warisan budayanya, seperti contohnya kertas daluang ini.

sofiakim218@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net yang berasal dari seluruh dunia serta membagikan cinta dan semangat mereka untuk semua hal yang berhubungan dengan Korea Selatan.


konten yang terkait