Makanan/Pariwisata

2022.10.03

Hidden Charms of Korea_sool

Jeju Omegi Malgeunsul mendapatkan pengharagaan utama pada bidang Minuman Beralkohol Tradisional dan Cheongju pada Korea Wine and Spirits Awards pada tahun 2017 dan 2021. Minuman ini merupakan minuman beralkohol tradisional di daerah Jeju yang masuk ke dalam jenis cheongju (minuman beralkohol berwarna jernih).

Jeju Omegi Malgeunsul mendapatkan penghargaan utama pada bidang Minuman Beralkohol Tradisional dan Cheongju pada Korea Wine and Spirits Awards pada tahun 2017 dan 2021. Minuman ini merupakan minuman beralkohol tradisional di daerah Jeju yang masuk ke dalam jenis cheongju (minuman beralkohol berwarna jernih).


Oleh Min Yea-ji
Foto: Min Yea-ji
Pulau Jeju

Korea.net berjalan memasuki pagar tradisional Jeju yang dikelilingi oleh dinding berbatu yang dibangun dari batu basal. Dunia yang berada di belakang dinding tersebut sungguh berbeda. Setelah melewati pintu masuk, terlihat rumah tradisional Jeju kecil dengan tempat menaruh tempayan tradisional. Kami bisa melihat alat distilasi soju dan tungku perapian.

Ini adalah tempat pembuatan minuman tradisional Jeju yang sudah membuat minuman beralkohol tradisional Jeju selama empat generasi berturut-turut di Seongeup-ri, Pyoseon-myeon, Kota Seogwipo, Jeju. Tempat ini adalah Jeju Island Brewery (JIB).

CEO JIB Kim Hee-sook mengatakan, "Di rumah yang dulu ditinggali oleh ibu saya ini, kami membuat minuman beralkohol tradisional secara turun temurun dengan cara yang sama dengan yang digunakan pada masa Tamna (nama kerajaan di Jeju sebelum bersatu dengan Joseon)." Saat itulah kami paham dengan keindahan tempat ini.

Korea.net tidak bisa berpaling dari keindahan rumah tradisional ini karena JIB tidak menggunakan pabrik maupun mesin besar untuk membuat minumannya. Kim sendiri telah dikukuhkan menjadi pakar makanan tradisional Korea pada bidang minuman beralkohol tradisional pada tahun 2018. Hal ini berkat perannya dalam menjaga dan menyebarkan pengetahuan tentang gosorisul, Warisan Budaya Takbenda No. 11 Jeju.

Aktivitas sehari-harinya dimulai pada jam tiga pagi. Kim mengatakan bahwa ia bisa fokus dalam membuat minuman beralkohol pada saat suasana masih sunyi dan semua orang masih tidur. Hanya ada suara minuman yang sedang dibuat dan Kim yang sedang bekerja.

Ia mengungkapkan, "Rasa minuman bisa berubah apabila ada terlalu banyak orang lalu lalang atau suasana hati saya sedang tidak enak. Oleh karena itu, saya harus fokus memberikan sepenuh hati saya untuk bekerja pada saat suasana sekitar sedang sunyi, sejuk, dan hari baru saja dimulai."

Minuman yang bisa ditemukan di sini adalah Omegi Malgeunsul yang merupakan cheongju (minuman beralkohol berwarna jernih) tradisional dan gosorisul yang merupakan soju tradisional Jeju. Omegi berarti jawawut dan gosori berarti alat distilasi soju. Kedua kosakata itu merupakan kosakata yang ada di dalam dialek Jeju.

Tanah di Jeju sangat tandus sehingga teknik penanaman padi tidak berkembang. Masyarakat lebih memilih untuk menanam jawawut. Oleh karena itu, bahan yang digunakan untuk membuat minuman beralkohol pun jawawut, bukan beras.

Pertama-tama, jawawut diolah hingga menjadi omegi tteok (penganan tradisional yang berbentuk bulat). Setelah itu tambahan jawawut dan barli dimasukkan lalu dimasak dengan sedikit air sehingga menjadi agak keras. Setelah itu, adonan dipakai untuk membuat minuman beralkohol. Setelah difermentasi selama 15-20 hari, maka adonan itu menjadi matang. Lalu cairan yang berada di bagian atas tersebut diambil, kemudian dimatangkan kembali. Cairan itulah yang menjadi cheongju tradisional Jeju, Omegi Malgeunsul.

Omegi Malgeunsul berwarna kuning muda dan jernih sehingga sebelum meminumnya pun sudah terasa segar. Minuman ini terbuat dari jawawut sehingga rasa asamnya sangat khas.

Omegi Malgeunsul memiliki kadar alkohol 16%. Saat diminum, minuman ini terasa segar dan manis dengan wangi buah-buahan. Karakteristik seperti inilah yang membuat Omegi Malgeunsul terpilih sebagai minuman beralkohol pendamping makan malam KTT Korea Selatan dan Cile pada April 2019.

Jeju Omegi Malgeunsul mendapatkan pengharagaan utama pada bidang Minuman Beralkohol Tradisional dan Cheongju pada Korea Wine and Spirits Awards pada tahun 2017 dan 2021.



Pemandangan JIB yang terletak di Pyoseon-myeon, Kota Seogwipo, Jeju. Minuman beralkohol yang diproduksi di tempat ini tidak menggunakan bahan kimia tambahan. Bahan yang digunakan adalah ragi tapai dan biji-bijian yang diproses secara alami.

Pemandangan JIB yang terletak di Pyoseon-myeon, Kota Seogwipo, Jeju. Minuman beralkohol yang diproduksi di tempat ini tidak menggunakan bahan kimia tambahan. Bahan yang digunakan adalah ragi tapai dan biji-bijian yang diproses secara alami.


Apabila takju (minuman beralkohol kental) menjadi pelepas dahaga bagi masyarakat biasa, terutama petani, cheongju memiliki fungsi yang berbeda. Cheongju biasanya dipakai pada saat melakukan upacara ritual kepada leluhur. Selain karena artinya adalah minuman beralkohol yang berwarna jernih, warna cheongju juga bermakna bahwa minuman tersebut bersih dan suci. Oleh karena itu, wanginya yang lembut dan indah sangat cocok untuk dipersembahkan kepada para leluhur yang sudah wafat. Bahkan wangi cheongju disebut sebagai wangi kaum bangsawan.

Masyarakat yang kurang mampu pun harus membuat cheongju pada masa lalu sebagai persembahan bagi leluhur atau merayakan hari raya. Mereka biasanya membuatnya dengan beras ketan atau jenis beras lainnya.

Takju biasanya diminum cepat dengan gelas besar karena berfungsi untuk memuaskan dahaga peminumnya. Akan tetapi, cheongju harus diminum sedikit demi sedikit di dalam gelas kecil untuk dinikmati.


Bagian dalam JIB

Bagian dalam JIB


Jeju merupakan pulau yang sering terkena bencana alam seperti angin topan. Oleh karena itu, kepercayaan adat di daerah ini sangat kuat sehingga ada pepatah yang mengatakan, "Ada 500 kuil adat dan 500 kuil Buddha (di Pulau Jeju)."

Minuman beralkohol diperlukan untuk melakukan ritual kepada leluhur (jesa). Pembuatan minuman beralkohol ini menjadi tanggung jawab para ibu.

Gosorisul khas Jeju disebut sebagai minuman beralkohol yang mengeluarkan aroma tubuh ibu sehingga dalam bahasa Korea juga disebut sebagai mohyangju. Selain itu, minuman ini juga disebut sebagai samoju yang berarti "teringat akan ibu yang membuat minuman sepanjang malam."

Kita bisa merasakan kisah para ibu yang bekerja keras bahkan di tanah yang tandus dan keadaan yang miskin. CEO Kim mengatakan, "Minuman beralkohol tradisional selalu mengandung bahan dasar dan kisah yang terkandung di dalam daerah tersebut."

Ia melanjutkan, "Apabila Anda mengunjungi Jeju, mudah-mudahan Anda bisa merasakan bahwa menikmati minuman beralkohol yang dibuat dari milet dan barli juga merupakan bagian dari pariwisata."

Ia lalu menambahkan, "Apabila Anda bisa merasakan minuman beralkohol yang di dalamnya mengandung kebahagiaan, kesedihan, dan jejak pembuatnya dalam periode yang panjang, maka Anda juga bisa merasakan makna dan warisan kebudayaan yang dimiliki oleh Korea Selatan."



CEO Jeju Island Brewery (JIB) sekaligus pakar makanan tradisional Korea pada bidang minuman beralkohol Kim Hee-sook.

CEO Jeju Island Brewery (JIB) sekaligus pakar makanan tradisional Korea pada bidang minuman beralkohol Kim Hee-sook.


Cheongju, minuman beralkohol berwarna jernih, dan yakju
Cheongju tradisional Korea memiliki sejarah yang menyakitkan. Pada masa penjajahan Jepang, nama cheongju direbut karena kebijakan penghapusan kebudayaan tradisional Korea pada masa itu. Jepang memiliki istilah yang disebut sebagai seishu (minuman beralkohol berwarna jernih ala Jepang) dan istilah ini memiliki tulisan hanja (aksara Tionghoa dalam bahasa Korea) yang sama. Oleh karena itu, pada tahun 1916, pemerintah kolonial Jepang mengeluarkan kebijakan terkait minuman beralkohol. Seishu dilabeli sebagai cheongju. Lalu cheongju asli Korea dilabeli sebagai yakju.

Pada Undang-undang Minuman Beralkohol, masih tersisa definisi cheongju yang dibuat pada masa penjajahan Jepang, yaitu "Minuman beralkohol yang dibuat dengan rasio beras dan ragi tapai seratus dibanding satu, atau lebih rendah." Sebetulnya, untuk membuat cheongju, diperlukan ragi tapai dengan persentase 10%. Akan tetapi pada seishu, jenis ragi yang digunakan berbeda dengan cheongju. Oleh karena itu, walaupun ragi tradisional Jepang ditambahkan hingga persentase 10%, maka minuman itu bisa disebut sebagai seishu. Akan tetapi, cheongju tradisional Korea tidak bisa disebut cheongju, sehingga namanya diganti menjadi yakju. Menurut Undang-undang Minuman Beralkohol saat ini, minuman beralkohol yang bisa disebut sebagai cheongju, tetap harus disebut sebagai yakju karena masih mengikuti istilah yang dibuat pada masa penjajahan Jepang. Hal ini membuat cheongju ditekankan sebagai minuman beralkohol ala Jepang. Ini juga yang membuat Jeju Omegi Malgeunsul tidak bisa disebut sebagai cheongju, tetapi yakju. Para pakar terus berusaha hingga sekarang agar undang-undang tersebut bisa diamendemen agar definisi cheongju bisa kembali ke definisi awal, minuman beralkohol berwarna jernih yang merupakan minuman tradisional Korea.


jesimin@korea.kr

konten yang terkait