Makanan/Pariwisata

2022.08.25

Soju merupakan minuman beralkohol yang dibuat dengan cara mendistilasi hasil fermentasi biji-bijian atau dengan mengencerkan alkohol.

Soju merupakan minuman beralkohol yang dibuat dengan cara mendistilasi hasil fermentasi biji-bijian atau dengan mengencerkan alkohol. (Kim Sunjoo)

Soju merupakan minuman beralkohol yang dibuat dengan cara mendistilasi hasil fermentasi biji-bijian atau dengan mengencerkan alkohol. (Kim Sunjoo)



oleh Jung Joo-ri

Video: Lee Jun Young

Tokoh Park Sae-roy (Park Seo-joon) yang ada di dalam drama Itaewon Class yang populer tahun 2020 membuka restoran bar. Ia menjual minuman beralkohol yang disimpan di dalam botol berwarna hijau.

Soju adalah minuman beralkohol yang selalu muncul di hampir semua drama dan film Korea Selatan. Inilah minuman beralkohol khas Korea yang paling banyak diketahui oleh masyarakat dunia.

Soju merupakan minuman beralkohol yang paling dicintai oleh semua kalangan di Korea Selatan karena harganya yang murah. Sebotol soju berisi 360 ml berharga hanya 2.000 won (sekitar 22.400 rupiah) saja. Selain itu, meminum soju tidak membuat peminumnya mabuk dan sakit kepala keesokan harinya.

Soju juga cocok untuk diminum sebagai pendamping berbagai jenis makanan, mulai dari samgyeopsal hingga sasyimi. Tak hanya itu, soju juga bisa dinikmati dengan campuran bir atau minuman bersoda lainnya.

Menurut laporan statistik tahunan dari Badan Pajak Korea Selatan, jumlah penjualan soju yang dibuat dengan cara diencerkan mencapai 3,7 triliun won (sekitar 41,5 triliun rupiah) tahun lalu. Selain itu, proporsi konsumsi soju mencapai 42,1% dari total konsumsi minuman beralkohol di Korea Selatan.


Tiga merek soju ternama Korea: Jinro, Chamisul, Chum Churum (Kim Sunjoo)

Tiga merek soju ternama Korea: Jinro, Chamisul, Chum Churum (Kim Sunjoo)



Soju yang dijual di dalam botol berwarna hijau adalah soju yang dibuat dengan cara diencerkan. Beberapa bahan dasar yang dipakai untuk membuat soju ini adalah ubi jalar, molase, dan singkong.

Jenis soju yang diencerkan lebih mudah diproduksi massal dan biaya produksinya pun murah. Oleh karena itu, soju jenis ini lebih banyak beredar di pasaran dibanding dengan soju yang diproduksi dengan cara distilasi dari biji-bijian yang sudah difermentasi.

Pada tahap pembuatan soju, berbagai macam rasa dan wangi sebisa mungkin dihilangkan. Oleh karena itu, hasil akhir soju ini biasanya tidak memiliki wangi apa pun dan memiliki rasa yang segar.

Beberapa bahan tambahan juga diberikan untuk mengurangi rasa pahit serta memberikan rasa yang ringan dan sedikit wangi alkohol. Oleh karena itu, rasa akhir soju ini menjadi sedikit manis.

Soju yang dibuat dengan cara diencerkan menjadi populer sejak tahun 1965. Saat itu pemerintah melarang pembuatan soju dengan cara distilasi karena bahan utamanya menggunakan biji-bijian. Saat itu, Korea sedang kekurangan pangan sehingga pemerintah melarang penggunaan bahan pangan untuk membuat minuman beralkohol.

Merek soju yang terkenal adalah Chamisul, Chum Churum, dan Good Day, tetapi yang memiliki sejarah panjang adalah Jinro. Jinro pertama kali diluncurkan di Korea pada tahun 1924 dan terkenal di Korea dengan logo kodok.

Jinro mencetak rekor penjualan pada tahun 1975 dengan mampu menjual sejuta krat soju per bulan. Jinro menguasai pasar soju Korea dengan pangsa pasar 42% dan menjadi soju nasional Korea hingga Chamisul muncul pada tahun 1998. Pada tahun 2019, Jinro meluncurkan botol dengan desain yang sama dengan desain tahun 1970 dengan moto "Jinro is back".


Iklan Jinro di koran pada tahun 1970-an. Jinro adalah merek soju yang memiliki sejarah paling panjang di Korea.

Iklan Jinro di koran pada tahun 1970-an. Jinro adalah merek soju yang memiliki sejarah paling panjang di Korea. (Hite Jinro)


Kadar alkohol soju yang dibuat dengan cara diencerkan adalah 30% pada tahun 1965 tetapi angkanya terus menurun. Soju pada tahun 1999 memiliki kadar alkohol 23% dan pada tahun 2006 mencapai kadar alkohol 20%.

Bahkan akhir-akhir ini ada soju yang memiliki kadar alkohol 15%. Kadar alkohol yang rendah membuat rasa pahit soju berkurang dan membuat rasa manisnya lebih terasa.

Soju yang memiliki rasa dan wangi buah seperti buah yuzu, limau gedang, dan anggur diluncurkan pada tahun 2015. Soju yang mengandung bahan tambahan sari buah tersebut mulai memimpin pasar.

Hal ini menunjukkan bahwa soju dengan kadar alkohol yang rendah mampu memimpin pasar karena dapat diminum sebagai teman makanan apapun. Soju jenis ini juga tidak memiliki wangi alkohol yang kuat sehingga berbeda dengan soju yang memiliki kadar alkohol tinggi pada masa lalu.



Soju yang dibuat dengan cara distilasi berbeda dengan soju yang dibuat dengan cara diencerkan. Salah satunya adalah memiliki rasa dan wangi yang khas. Selain itu, soju distilasi memiliki harga yang lebih tinggi dibanding dengan soju yang diencerkan sehingga harganya bisa terasa sedikit membebani.

Salah satu merek soju distilasi yang paling memegang pangsa pasar nasional adalah Hwayo. Soju ini tidak menggunakan bahan tambahan serta hanya menggunakan beras produksi dalam negeri dan air bersih yang diambil dari bebatuan yang berada 150 meter di bawah tanah. Hwayo memiliki rasa dan wangi yang kaya karena melalui proses fermentasi, distilasi, dan pematangan.

Pada bulan April lalu, tim Korea.net mengunjungi pabrik Hwayo yang terdapat di Kota Icheon, Provinsi Gyeonggi-do. Hal yang paling membekas di ingatan kami saat memasuki pabrik tersebut adalah wanginya. Sesaat setelah kami memasuki pintu masuk, wangi beras yang difermentasi dan yang sudah matang memenuhi seluruh ruangan.

Wangi terasa lebih pekat saat Korea.net memasuki ruangan pematangan. Di sana terdapat berbagai tempayan setinggi orang dewasa. Uniknya, terdengar alunan musik klasik di dalam ruangan tersebut.

Manajer umum bidang produksi Hwayo, Park Jun Sung, mengatakan bahwa mereka sudah mencoba berbagai hal untuk meningkatkan rasa alkohol agar lebih enak. "Salah satunya adalah dengan memperdengarkan musik klasik," katanya.



Hwayo memproduksi lima lini, yaitu empat lini yang dimatangkan dengan menggunakan tempayan, dan satu lini yang dimatangkan dengan menggunakan tong dari kayu ek. (Kim Sunjoo)

Hwayo memproduksi lima lini, yaitu empat lini yang dimatangkan dengan menggunakan tempayan, dan satu lini yang dimatangkan dengan menggunakan tong dari kayu ek. (Kim Sunjoo)


Park menjelaskan cara pembuatan soju ala Hwayo, yaitu dengan memfermentasi dengan menggunakan kultur mikroorganisme. "Kami menggunakan cara distilasi vakum, yaitu dengan memberikan tekanan di bawah suhu yang rendah. Dengan cara ini, kami bisa menghilangkan bau tidak enak dari alkohol distilasi. Lalu kami mematangkannya di dalam tempayan selama 3 bulan hingga wangi dan rasa yang enak dari beras bisa muncul," katanya.

Kadar alkohol yang dihasilkan bervariasi mulai dari 17% hingga 53%. Ada pula produk wiski yang dihasilkan dari tong kayu ek. Produk Hwayo sudah diekspor ke dua puluh dua negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Konsumen asing menyukai produk Hwayo karena enak untuk dibuat sebagai highball atau koktail.


Won Soju diluncurkan pertama kali pada bulan Februari lalu. Terlihat desain logo yang menunjukkan simbol Taeguk di berbagai sisi. (Kim Sunjoo)

Won Soju diluncurkan pertama kali pada bulan Februari lalu. Terlihat desain logo yang menunjukkan simbol Taeguk di berbagai sisi. (Kim Sunjoo) 


Apabila Hwayo menyasar ke pasar kelas atas, ada merek soju lain yang menyasar ke pasar kelas menengah. Merek soju yang sangat Korea, tetapi juga tidak begitu Korea ini adalah Won Soju.

Won Soju merupakan soju distilasi yang dibuat dengan menggunakan fermentasi beras Tootomi yang berasal dari Kota Wonju, Provinsi Gangwon-do. Soju ini diproduksi oleh Won Spirits, sebuah perusahaan minuman beralkohol yang dipimpin oleh seorang artis kenamaan Korea, Jay Park.

Won Soju memiliki logo yang unik dan kadar alkohol yang rendah (22%). Selain itu, harga sebotol (375 ml) Won Soju sebesar 14.900 won cukup terjangkau untuk kalangan muda sehingga membuatnya sangat populer.

Won Soju pertama kali dijual pada bulan Februari lalu melalui dua kali pembukaan pop-up store. Won Soju mampu terjual hingga 20.000 botol sehingga membuka pop-up store daring sejak 31 Mei lalu.

Won Soju selalu habis terjual karena Won Soju tidak dijual secara bebas di pasar swalayan seperti merek soju lainnya. Oleh karena itu, konsumen berebut untuk mendapatkan Won Soju.

Pada 12 Juli lalu, Won Spirit meluncurkan produk baru yang memiliki kadar alkohol lebih tinggi 2% dibanding pendahulunya, yaitu Won Soju Spirit. Produk ini hanya dijual terbatas di GS25 dan GS The Fresh serta mampu mencatat rekor penjualan 200.000 botol yang habis dalam 18 hari.

Penanggung jawab komunikasi Won Spirits Jay Kim mengatakan, "alkohol kami memang sejak awal bertujuan untuk dieskpor dalam rangka mempromosikan pesona dari minuman beralkohol tradisional Korea. Alkohol kami juga sangat cocok untuk dijadikan dasar minuman koktail."

Saat ini, Won Spirits telah mendapatkan permintaan dari 60 negara terkait dengan ekspor Won Soju. Pihak Won Soju juga sedang mempersiapkan pemasaran yang terkait dengan pasar setempat agar Won Soju bisa lebih diterima oleh masyarakat dunia.

Saat ini, permintaan konsumen sedang berubah menuju minuman beralkohol yang lebih 'mewah'. Kepala Peneliti di bagian Penelitian Makanan Tradisional, Institut Penelitian Makanan Korea, Kim Tae Wan menjelaskan, "Saat ini pendapatan masyarakat semakin meningkat, sehingga anggaran pengeluaran untuk minuman beralkohol pun semakin meningkat. Oleh karena itu, berbagai macam minuman beralkohol berkualitas tinggi semakin memasuki pasar."

Ia menambahkan,"Permintaan untuk soju distilasi yang memiliki rasa dan wangi yang mewah saat ini semakin meningkat. Walaupun harganya memang lebih mahal, soju distilasi dinilai masyarakat lebih baik dibandingkan soju di dalam botol berwarna hijau yang murah dan hanya memiliki rasa yang biasa saja."


etoilejr@korea.kr