oleh Min Yea-ji
Foto: Kim Sunjoo
Video: Lee Jun Young
Paju, Provinsi Gyeonggi-do
Gamhongno, sebuah nama minuman alkohol yang melegenda selama ratusan tahun. Minuman ini terasa seperti embun manis yang berwarna kemerahan dan disimpan di dalam botol porselen cantik yang berbentuk seperti rok hanbok.
Gamhongno merupakan minuman pemikat yang digunakan penyu untuk memikat kelinci di dalam kisah populer Tokkijeon (Kisah Kelinci) agar sang kelinci mau memberikan hatinya untuk raja naga yang sedang sakit.
Gamhongno juga disebut di dalam Kisah Chunhyang sebagai minuman yang dipakai oleh Chunhyang untuk meminta Mongryong agar tidak pergi meninggalkannya ke Hanyang.
Bahkan gamhongno juga dipakai oleh Hwang Jini, seorang gisaeng (seniman sekaligus penghibur pada jaman Joseon) yang paling populer di abad ke-16, sebagai penggambaran dirinya yang mencintai Seo Hwa-dam.
Gamhongno merupakan minuman beralkohol yang sangat melegenda selama ratusan tahun sehingga muncul di berbagai novel dan arsip bersejarah Dinasti Joseon, bahkan ada pula peribahasa Korea yang menggunakannya.
Tokkijeon dan Kisah Chunhyang merupakan contoh kisah yang menggunakan Gamhongno untuk menyampaikan pesannya. Kedua kisah ini juga merupakan novel klasik yang menjadi dasar untuk pertunjukan tradisional Pansori.
Gamhongno bahkan diperkenalkan sebagai salah satu dari minuman beralkohol terbaik pada masa Dinasti Joseon di dalam buku Gyeongdo Japji (Majalah Ibukota) yang ditulis oleh Yi Deok-gong (1748-1807) dan Joseon Sangsik Mundap (Pertanyaan dan Jawaban Mengenai Pengetahuan Umum Dinasti Joseon) yang ditulis oleh Choi Nam-seon (1890-1957).
Ada peribahasa Korea "Bahkan ada gamhongno di dalam tembikar yang tidak dilapisi" yang berarti sesuatu yang terlihat jelek di luar bisa terlihat indah dan bagus di dalamnya.
Korea.net mengunjungi tempat pembuatan gamhongno yang ada di Paju, Provinsi Gyeonggi-do. Di sana kami bertemu dengan Lee Ki Sook, seseorang yang ahli dalam membuat alkohol. Lee bekerja keras untuk mempertahankan eksistensi gamhongno yang sempat hampir punah.
Kami bisa mencium wangi alkohol yang hampir matang dan wewangian bahan obat-obatan tradisional Korea. Wewangian itulah yang membuat gamhongno menjadi minuman yang khas.
Pembuatan gamhongno memerlukan waktu yang cukup panjang. Pertama-tama, beras dan milet harus dicampur dengan rasio 7:3 lalu dikukus. Setelah itu, ragi dan air ditambahkan, lalu campuran tersebut difermentasikan selama 15 hari untuk mendapatkan alkohol dasar.
Alkohol dasar tersebut lalu didistilasi sebanyak dua kali untuk mendapatkan wangi dan rasa yang kuat, kemudian 7 jenis bahan obat-obatan tradisional Korea (lengkeng, kulit kayu manis, kulit jeruk kering, cengkih, jahe, akar manis, dan lithospermi radix) ditambahkan.
Setelah itu, semua bahan-bahan tersebut disaring dan kemudian didiamkan kembali selama satu setengah hingga dua tahun hingga sari alkohol tersebut matang dan menjadi gamhongno.
Sebelumnya, juga menggunakan tumbuhan obat-obatan yang disebut bangpung (siler divacarita), akan tetapi tumbuhan tersebut saat ini masuk ke dalam klasifikasi tanaman obat sehingga tidak bisa lagi digunakan sebagai bahan untuk membuat minuman beralkohol.
Lee dan suaminya, Lee Min Hyung, yang menjalankan tempat pembuatan alkohol ini bersama, memberikan kami lengkeng untuk kami coba. Lengkeng memiliki rasa manis yang lembut dan membuat pencernaan menjadi hangat, seperti buah ara.
Kulit jeruk kering memberikan tambahan vitamin untuk gamhongno. Cengkih yang merupakan salah satu jenis rempah-rempah, mampu memberikan tambahan energi bagi tubuh.
Sejak zaman dahulu, lithospermi radix telah dikenal sebagai bahan obat-obatan yang mampu menyaingi ginseng liar sebagai bahan obat-obatan yang baik untuk tubuh, dipakai untuk membuat gamhongno agar warnanya menjadi merah.
Jahe dipakai untuk menyegarkan tubuh dan akar manis dipakai untuk menyatukan semua rasa agar menjadi suatu harmoni.
Setelah Lee menuangkan gamhongno untuk kami, wangi kulit jeruk yang kering langsung memenuhi ruangan. Setelah kami mencicipinya, kami bisa merasakan rasa manis dan rasa obat-obatan tradisional Korea yang kaya.
Gamhongno memiliki kadar alkohol yang tinggi, tetapi rasa dan wanginya enak.
Lee menjelaskan, "Minum minuman beralkohol dapat membuat pencernaan kita menjadi dingin sehingga kita bisa terserang penyakit. Akan tetapi, gamhongno dibuat dengan berbagai macam bahan yang digunakan untuk membuat obat-obatan tradisional Korea sehingga gamhongno bisa membuat pencernaan menjadi hangat."
Ia pun menambahkan, "Gamhongno bahkan dulu digunakan sebagai obat sehingga para tabib kerajaan menyebutnya sebagai obat kaum bangsawan."
Lee mengatakan bahwa ia mencampur gamhongno dan air hangat dengan rasio satu banding dua pada saat ia merasa letih. "Saya meminumnya pelan-pelan seperti meminum teh."
Gamhongno juga merupakan minuman beralkohol tradisional yang menjadi favorit untuk digunakan sebagai bahan dasar koktail. Bahkan gamhongno mendapatkan juara umum dan juara pertama pada Kompetisi Koktail untuk Ahli Kuliner Korea Selatan Pertama Tahun 2022 yang diadakan pada 8 Mei lalu.
Gamhongno affogato yang dibuat dengan meneteskan beberapa tetes gamhongno di atas es krim vanila juga direkomendasikan oleh Lee karena memiliki rasa yang unik dan menyegarkan. Hal itu berkat wangi kacang hazel dan cokelat dari gamhongno.
Lee juga menyarankan yakgwa, salah satu kue tradisional Korea, yang terasa manis seperti madu sebagai teman untuk menikmati gamhongno. Tak hanya itu, cokelat hitam dan gamhongno juga merupakan paduan yang baik untuk dinikmati.
Gamhongno juga masuk ke dalam katalog Ark of Taste yang diterbitkan oleh Slow Food Foundation for Biodiversity yang berdomisili di Italia. Gamhongno merupakan minuman beralkohol tradisional pertama yang masuk ke dalam daftar tersebut pada tahun 2014.
Ark of Taste merupakan sebuah proyek yang dibuat untuk mencatat dan melindungi bahan makanan serta kuliner yang terancam punah. Katalog dibuat dengan pertanyaan, "apabila manusia punah, maka jenis makanan apakah yang harus diselamatkan?"
Pada tahun 1950, pemerintah menerbitkan Undang-undang Pengawasan Pemakaian Biji-bijian yang membuat beras tidak boleh dipakai untuk membuat minuman beralkohol. Hal ini membuat banyak minuman beralkohol tradisional Korea punah.
Gamhongno juga termasuk salah satu minuma beralkohol yang hampir punah saat itu. Setelah 30 tahun berlalu, kebijakan pemerintah mengenai minuman beralkohol tradisional berubah karena pelaksanaan Olimpiade Seoul 1988. Saat itu, ayah Lee Ki Sook yang bernama Lee Gyeong-chan diangkat menjadi Warisan Budaya Takbenda Korea Selatan.
Lee Gyeong-chan mewariskan pengetahuannya mengenai cara pembuatan gamhongno kepada anak laki-laki dan perempuannya. Akan tetapi, kakak Lee Gyeong-chan tiba-tiba wafat pada tahun 2000 sehingga saat ini hanya Lee Ki Sook yang mengetahui bagaimana cara membuat gamhongno.
Lee mengatakan, "saat saya masih kecil, saya melihat ayah saya berusaha sangat keras untuk menjaga agar gamhongno tidak punah. Ayah saya diam-diam membuat gamhongno, bahkan hingga tertidur di sebelah tempayan untuk menjaga pengetahuan yang berharga itu. Saya tidak akan bisa melupakannya."
Lee meminta pembaca Korea.net untuk menikmati gamhongno dan memahami kisah yang ada di baliknya. "Saya berharap masyarakat internasional juga bisa mengenal gamhongno karena gamhongno baik untuk tubuh dan memberikan kehangatan bagi tubuh. Gamhongno yang juga merupakan minuman kesehatan ini memiliki wangi herbal yang enak untuk dihirup."
jesimin@korea.kr