Tim peneliti KAIST berhasil memproduksi benzena, toluena, etilbenzena, dan paraxilena (BTEX) dari bahan baku bio, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh melalui proses penyulingan minyak bumi. Foto di atas menunjukkan deretan minuman dalam botol PET yang dipajang di sebuah minimarket di Jongno-gu, Seoul, pada tanggal 13 Oktober 2025. (Kim Seon Ah)
Penulis: Kim Seon Ah
Tim peneliti KAIST berhasil memproduksi benzena, toluena, etilbenzena, dan paraxilena (BTEX) dari bahan baku bio, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh melalui proses penyulingan minyak bumi.
Pencapaian ini dinilai membuka kemungkinan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi serta memproduksi bahan baku plastik ramah lingkungan melalui proses bio.
KAIST pada tanggal 12 Oktober 2025 mengungkapkan bahwa tim peneliti gabungan yang dipimpin oleh Lee Sang-Yup dari Departemen Teknik Biokimia dan Han Soon-Kyu dari Departemen Kimia berhasil mengembangkan proses produksi BTEX dari bahan baku bio terbarukan, termasuk glukosa dan gliserol, dengan menggabungkan proses fermentasi mikroba dan reaksi kimia organik.
Tim peneliti menjelaskan bahwa mikroba menghasilkan senyawa antara yang mengandung oksigen, seperti fenol dan benzil alkohol, dari glukosa dan gliserol, kemudian oksigen dihilangkan melalui reaksi kimia untuk memperoleh BTEX.
BTEX merupakan bahan baku utama yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk untuk pembuatan botol PET, styrofoam, dan nilon. Namun hingga kini, BTEX hanya dapat diperoleh melalui penyulingan minyak bumi yang menimbulkan beban lingkungan. Selain itu, karena struktur kimianya yang kompleks, produksi BTEX berbasis tumbuhan dianggap sebagai tantangan besar.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan pada tanggal 2 Oktober 2025 di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
sofiakim218@korea.kr