Sci/Tekno

2025.08.07

Perangkat Korea Superconducting Tokamak Advanced Research (KSTAR) yang dijuluki sebagai matahari buatan. (Yonhap News)

Perangkat Korea Superconducting Tokamak Advanced Research (KSTAR) yang dijuluki sebagai matahari buatan. (Yonhap News)



Penulis: Koh Hyunjeong

Korea dan Amerika Serikat mengembangkan teknologi inti untuk komersialisasi energi fusi nuklir.

Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi pada tanggal 6 Agustus 2025 bahwa tim peneliti gabungan dari Korea Institute of Fusion Energy (KFE) dan Princeton Plasma Physics Laboratory (PPPL) di Amerika Serikat telah berhasil mengembangkan teknologi inti untuk meningkatkan stabilitas operasi plasma yang merupakan kunci dalam komersialisasi energi fusi nuklir.

Penelitian tersebut dilakukan melalui kerja sama pada perangkat Korea Superconducting Tokamak Advanced Research (KSTAR) yang dijuluki sebagai matahari buatan.

Dinding bagian dalam reaktor ini harus cukup tahan panas untuk menahan plasma bersuhu sangat tinggi, yakni lebih dari 100 juta derajat Celsius. Belakangan ini, tungsten yang tahan panas telah menarik perhatian sebagai bahan generasi berikutnya untuk dinding dalam reaktor fusi.

Namun, tantangannya adalah adanya kotoran (impuritas) dari tungsten yang muncul selama proses operasi. Jika kotoran ini masuk ke dalam plasma, maka dapat berdampak negatif terhadap stabilitas operasi reaktor serta performa plasma itu sendiri. Oleh karena itu, pengendalian kotoran tersebut menjadi salah satu tantangan utama dalam mewujudkan energi fusi sebagai sumber energi komersial.

Tim peneliti Korea-AS menemukan bahwa penyuntikan bubuk boron ke dalam reaktor dapat secara signifikan mengurangi kotoran tungsten yang berasal dari dinding dalam. Penemuan ini menjadi terobosan penting dalam mengatasi hambatan teknis terkait stabilitas operasi plasma.

Hasil penelitian ini telah diterbitkan pada tanggal 25 Juli 2025 di jurnal akademik internasional Nuclear Fusion.

Jung Taek-Ryeol, Direktur Jenderal Kebijakan R&D untuk Energi Masa Depan dan Konvergensi Publik di Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi, menyatakan, "Kami akan secara aktif mendukung percepatan realisasi energi fusi nuklir."

Ia menambahkan, "Kami juga akan mendorong perolehan teknologi inti agar dapat memperkuat peran kepemimpinan Korea dalam penelitian fusi di masa depan."

hjkoh@korea.kr

konten yang terkait