Institut Ilmu Kehutanan Nasional Korea (NIFS) di bawah Dinas Kehutanan Korea telah menandatangani perjanjian kerja sama global dengan Akademi Ilmu Kehutanan Tiongkok. (iClickArt) *Reproduksi dan pendistribusian ulang foto di atas secara tidak sah, dilarang berdasarkan Undang-undang Hak Cipta.
Penulis: Koh Hyunjeong
Korea dan Tiongkok akan menjalankan proyek penelitian bersama untuk mencegah desertifikasi di Asia Timur Laut serta mengurangi badai pasir dan debu di kawasan tersebut.
Institut Ilmu Kehutanan Nasional Korea (NIFS) di bawah Dinas Kehutanan Korea pada 12 Mei 2025 mengumumkan bahwa institut tersebut menandatangani perjanjian kerja sama global dengan Akademi Ilmu Kehutanan Tiongkok pada 8 Mei 2025 di Beijing. Mongolia juga akan dilibatkan untuk membentuk kerangka kerja sama trilateral di bidang kehutanan.
Melalui perjanjian ini, kedua institusi akan melakukan penelitian di lokasi proyek penghijauan di Tiongkok dan Mongolia serta membangun sistem untuk mengevaluasi efektivitas proyek penghijauan.
Mereka juga akan menanggapi perjanjian dan organisasi internasional seperti Konvensi PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) untuk Memerangi Desertifikasi dan Jaringan Asia Timur Laut untuk Deforestasi, Degradasi Lahan, dan Kekeringan.
Sejak tahun 2017 hingga 2024, Kedua institut telah melakukan berbagai penelitian bersama, termasuk survei vegetasi dan analisis citra satelit di lebih dari 10 lokasi proyek penghijauan.
Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen pohon yang ditanam tumbuh dengan sehat sehingga kondisi lingkungan masyarakat membaik dan perekonomian lokal turut terdongkrak.
Laporan World Land Outlook dari Konvensi PBB untuk Memerangi Desertifikasi telah memperkenalkan proyek ini sebagai contoh kolaborasi internasional yang sukses.
Direktur Divisi Ekologi Hutan NIFS mengatakan, "Untuk mengatasi desertifikasi, diperlukan teknologi penghijauan berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek ekologi sekaligus konteks sosial budaya."
Ia menambahkan, "Kami akan terus bekerja bersama peneliti di lapangan untuk merespons krisis iklim dan kekeringan secara ilmiah."
hjkoh@korea.kr