Wartawan Kehormatan

2025.12.01

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Amanda Larasati dari Indonesia
Foto: Amanda Larasati

Untuk memperkenalkan tradisi pernikahan tradisional Korea, Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) menyelenggarakan acara bertajuk "Peragaan Prosesi Pernikahan Tradisional Korea" pada tanggal 27 November 2025 di Multifunction Hall KCCI.

Acara tersebut merupakan bagian dari Seri Kuliah Budaya: Tradisi Pernikahan Tradisional Korea yang dilaksanakan pada tanggal 26-27 November 2025. Hari pertama diisi dengan kuliah khusus dan hari kedua diisi dengan peragaan prosesi pernikahan tradisional Korea.

Meja pernikahan dengan berbagai perlengkapannya dipasang di Multifunction Hall KCCI untuk memperkenalkan prosesi pernikahan tradisional Korea kepada masyarakat Indonesia.

Meja pernikahan dengan berbagai perlengkapannya dipasang di Multifunction Hall KCCI untuk memperkenalkan prosesi pernikahan tradisional Korea kepada masyarakat Indonesia.


Sebelum peragaan prosesi pernikahan dimulai, Manajer Umum KCCI, Kim Hyun Joo, memaparkan filosofi dan simbol penting dalam tradisi pernikahan tradisional Korea.

Kim mengungkapkan bahwa ada sebuah istilah dalam bahasa Korea yang bermakna janji pernikahan selama seratus tahun yang mencerminkan esensi pernikahan yang abadi serta harapan kepada pengantin baru agar pernikahan mereka dipenuhi dengan cinta dan kebahagiaan.

Manajer Umum KCCI, Kim Hyun Joo, menjelaskan simbol-simbol dalam pernikahan tradisional Korea.

Manajer Umum KCCI, Kim Hyun Joo, menjelaskan simbol-simbol dalam pernikahan tradisional Korea.


Kim juga menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis hewan yang menjadi simbol penting dalam tradisi pernikahan tradisional Korea.

Simbol pertama adalah angsa liar yang melambangkan kesetiaan dan keharmonisan dalam rumah tangga. Angsa liar dikenal sebagai hewan yang setia pada pasangannya sehingga mencerminkan harapan bagi suami istri agar selalu bersatu dan selaras dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Selanjutnya adalah burung mandarin yang merupakan simbol kesetiaan pasangan serta melambangkan doa agar pernikahan mereka senantiasa bahagia, kekal, dan rukun.

Ayam juga merupakan simbol penting dalam pernikahan tradisional Korea. Ayam jantan menjadi simbol perlindungan dari roh-roh jahat yang dapat menyusup di hari pernikahan, sedangkan ayam betina melambangkan kesuburan dan harapan agar pengantin wanita dikaruniai banyak keturunan. Biasanya ayam ini akan dibungkus kain warna biru dan warna merah, lalu diletakkan di atas atau bawah meja pernikahan.

Yeonji-geonji adalah riasan wajah pengantin wanita Korea yang berupa titik berwarna merah di pipi dan dahi untuk melindungi pengantin wanita dari roh jahat.

Yeonji-geonji adalah riasan wajah pengantin wanita Korea yang berupa titik berwarna merah di pipi dan dahi untuk melindungi pengantin wanita dari roh jahat.


Kim menambahkan bahwa di wajah pengantin wanita ada riasan berupa titik-titik berwarna merah yang disebut yeonji-gonji.

"Dua titik merah yang ada di pipi dinamakan yeonji. Sedangkan satu titik merah yang ada di dahi disebut gonji. Riasan ini dipercaya dapat melindungi pengantin wanita dari roh-roh jahat. Warna merah melambangkan kekuatan dan perlindungan. Namun, riasan yeonji-gonji hanya dapat digunakan untuk pernikahan pertama," ujar Kim.

Calon pengantin pria memberikan patung angsa liar kepada calon ibu mertua sebagai simbol kesetiaan.

Calon pengantin pria memberikan patung angsa liar kepada calon ibu mertua sebagai simbol kesetiaan.


Peragaan prosesi pernikahan tradisional Korea dimulai dengan jeonanrye, yaitu penyerahan patung angsa liar oleh calon pengantin pria kepada ibu calon pengantin wanita sebagai simbol kesetiaan dan komitmen bagi calon pengantin pria untuk membina rumah tangga.

Calon pengantin pria datang ke tempat upacara pernikahan dengan menaiki kuda, sedangkan calon pengantin wanita diantar bersama rombongannya dengan sebuah tandu tradisional.

Calon pengantin pria datang ke tempat upacara pernikahan dengan menaiki kuda, sedangkan calon pengantin wanita diantar bersama rombongannya dengan sebuah tandu tradisional.


Tahap selanjutnya adalah kedatangan calon pengantin pria ke tempat upacara pernikahan dengan menaiki kuda. Setelah itu disusul dengan calon pengantin dengan sebuah tandu tradisional

Setelah tiba di tempat upacara pernikahan, calon pengantin pria dan wanita memberikan hormat kepada tamu undangan yang hadir.

Prosesi selanjutnya adalah gyobaerye, yaitu calon pengantin pria dan wanita saling memberikan hormat kepada satu sama lain.

Kemudian, calon pengantin pria dan wanita meminum air dari cerek. Prosesi ini dikenal dengan hapgeunrye. Prosesi ini menandakan bahwa mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Calon pengantin pria dan wanita meminum anggur atau arak dari cerek untuk menandai bahwa mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri.

Calon pengantin pria dan wanita meminum anggur atau arak dari cerek untuk menandai bahwa mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri.


Setelah upacara adat selesai, pengantin wanita mengunjungi rumah keluarga pengantin pria. Pengantin wanita memberikan hormat kepada keluarga suaminya. Lalu, perwakilan dari keluarga suami memberikan nasihat tentang pernikahan kepada kedua pengantin.

Selanjutnya, keluarga pengantin pria melemparkan kurma dan kastanye kepada pengantin pria dan wanita. Pengantin pria dan wanita harus menangkapnya dengan sebuah kain. Semakin banyak kurma dan kastanye yang mereka tangkap, semakin banyak anak yang akan mereka miliki.

Kurma melambangkan kesuburan dan harapan agar memiliki banyak keturunan. Sedangkan kastanye merupakan simbol kelangsungan dan pertumbuhan keturunan.

Semakin banyak kurma dan kastanye yang ditangkap oleh pengantin, semakin banyak keturunan yang akan mereka miliki.

Semakin banyak kurma dan kastanye yang ditangkap oleh pengantin, semakin banyak keturunan yang akan mereka miliki.


Setelah prosesi pernikahan selesai, peserta menikmati jamuan pernikahan khas Korea yang telah disiapkan seperti mi, tok, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Menyantap mi di pernikahan Korea diyakini dapat memberikan kebahagiaan, keberkahan, dan umur panjang.

Pada acara peragaan pernikahan tradisional Korea ini, peserta juga dapat melihat berbagai lukisan dengan tema pernikahan di era Dinasti Joseon.

Salah satu lukisan pernikahan yang menggambarkan prosesi pernikahan pada masa Dinasti Joseon (1392-1910).

Salah satu lukisan pernikahan yang menggambarkan prosesi pernikahan pada masa Dinasti Joseon (1392-1910).


Bagi penulis, acara ini dapat memperkaya pengetahuan penulis tentang kekayaan budaya dan tradisi Korea, terutama tentang tradisi pernikahan tradisional Korea.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait