Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Empat nama dari Indonesia dipanggil di panggung penghargaan K-Wave Festival yang digelar oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata pada tanggal 8 November 2025 di CKL, Jung-gu, Seoul. Di antara gemuruh tepuk tangan dan sorot lampu yang terasa hangat, ada rasa bangga yang sulit disembunyikan.
Bagi penulis yang juga menjadi salah satu penerima penghargaan, momen itu bukan hanya selebrasi pribadi. Ada kebahagiaan yang jauh lebih besar, yakni berbagi panggung yang sama dengan tiga rekan senegara yang membawa kisah, usaha, dan kecintaannya pada Korea lewat cara yang beragam.
Tiga sosok lain yang mewakili Indonesia di antara para penerima penghargaan adalah Vina Aulia Zakiah Sodikin (Juara 1 Talk Talk Korea kategori 80th Liberation Day), Citra Auly Maulida Rizka (Juara 1 Talk Talk Korea kategori Promotion Video), dan Maulidya Putri Aji (pemenang penghargaan K-influencer terbaik). Berikut adalah petikan kisah dari mereka.
Empat orang yang berasal dari Indonesia berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata pada K-Wave Festival yang diselenggarakan pada tanggal 8 November 2025 di Seoul. (Lee Jeong Woo dari Korea.net)
Bagaimana awal ketertarikan Anda dengan budaya Korea?
Vina: Saya sudah mengenal budaya Korea sejak duduk di bangku sekolah dasar. Awalnya, ketertarikan itu sebatas hiburan. Namun, saya mulai bertanya pada diri sendiri, "Bagaimana caranya menjadikan hiburan ini sebagai sesuatu yang bernilai dan bermanfaat, bahkan dapat memberikan dampak?"
Citra: Pada tahun 2018, saat masih sekolah dasar, saya pertama kali mengenal musik dan konten visual Korea. Ketertarikan sederhana itu akhirnya mendorong saya untuk mengenal Korea lebih dalam dan mencoba berpartisipasi dalam Talk Talk Korea 2025.
Maulidya: Saya mulai tertarik dengan Korea sejak sekolah dasar sekitar tahun 2009 ketika lagu "Gee" dirilis.
Hal apa yang membuat Anda mengikuti program ini?
Vina: Salah satu yang sudah lama saya impikan adalah mengunjungi Korea lewat prestasi. Saya tidak ingin hanya sekedar ikut lomba, tetapi juga membawa cerita dan sudut pandang saya sendiri tentang Korea.
Citra: Secara sederhana, tema video saya "My Korea Story" merangkum perjalanan pribadi saya sejak pertama mengenal musik Korea pada 2018 hingga kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari saya.
Maulidya: Saat ikut K-Influencer, saya sebenarnya tidak menargetkan kemenangan. Saya hanya ingin melatih diri agar konsisten membuat konten.
Citra Auly Maulida Rizka (kiri), Maulidya Putri Aji (tengah), dan Vina Aulia Zakiah Sodikin (kanan) merupakan kreator Indonesia yang berhasil membawa perspektif unik dalam membuat konten halyu. (Maulidya Putri Aji)
Konsep apa yang diusung dalam karya Anda?
Vina: Saya memilih kategori baru Talk Talk Korea 2025 yang dibuat untuk memperingati 80 tahun Kemerdekaan Korea. Konsep yang saya angkat adalah GWANGBOK, sebuah akronim kreatif yang terinspirasi dari gaya penyajian program ragam Korea. Elemen terkuat karya saya adalah pendekatan akronim yang jarang digunakan dalam kompetisi bertema sejarah.
Citra: Video promosi saya berjudul "Hello!" menggunakan rangkaian gambar yang dikonsep seperti potongan momen dan narasi visual. Ide utamanya adalah menangkap kehangatan budaya Korea dari sudut pandang personal dan emosional.
Maulidya: Saya mengusung konsep "Korea Ramah Muslim." Sebagai kreator gaya hidup muslimah, saya memadukan budaya Korea dengan nilai-nilai Islam agar tetap sesuai dengan identitas saya.
Apa yang paling menantang saat mempersiapkan karya?
Vina: Tantangan terbesar adalah menulis naskah. Secara teknis, tema kemerdekaan bukanlah hal yang mudah karena harus menyeimbangkan akurasi sejarah, kekuatan pesan, dan penceritaan yang tetap menarik.
Citra: Tantangan terbesar adalah memastikan setiap potongan adegan memiliki emosi dan makna sehingga pesan dalam video dapat tersampaikan dengan jelas.
Maulidya: Mencari ide dan membuat papan suasana bisa memakan waktu berhari-hari. Pengambilan gambar sering membuat saya harus keluar rumah dan proses penyuntingan membutuhkan suasana hati yang baik.
Adakah momen ketika Anda merasa ragu?
Vina: Saya hampir tidak ikut kompetisi ini dan baru memutuskan dua hari sebelum penutupan. Semua proses saya lakukan sendiri, mulai dari pengambilan gambar hingga penyuntingan. Tekanan waktu, kelelahan fisik, dan kekhawatiran soal kualitas membuat saya ragu.
Citra: Terdapat momen keraguan saat mengerjakan karya ini, terutama saat merasa konsep saya terlalu sederhana dibanding peserta lain. Apalagi saya baru mengetahui informasi terkait kompetisi itu lima hari sebelum ditutup.
Maulidya: Di bulan-bulan terakhir K-Influencer, saya tidak masuk 10 besar misi bulanan. Rasanya sedih, tetapi saya percaya tidak ada yang mustahil.
Para pemenang asal Indonesia mengikuti tur undangan ke Menara Namsan dan Istana Gyeongbokgung di Seoul untuk memahami budaya Korea secara lebih dalam sambil merayakan kemenangan mereka. (Hanum Nur Aprilia)
Momen apa yang Anda ingat pada hari pengumuman?
Vina: Rasanya campur aduk, rasanya seperti beban panjang yang akhirnya terlepas. Saya bahkan mengetahui kabar tersebut dari teman saya. Semua proses yang sebelumnya terasa berat seolah terbayar dalam satu momen itu.
Citra: Saya mengeceknya berkali-kali karena tidak percaya. Rasanya benar-benar seperti mimpi.
Maulidya: Saat pengumuman, saya sedang menginap di sekolah bersama para murid. Ketika melihat hasilnya, saya langsung berteriak dan menangis di masjid. Semua reaksi itu direkam dengan jelas oleh murid-murid saya.
Apa perubahan yang paling terasa setelah pengumuman tersebut?
Vina: Untuk diri saya sendiri, penghargaan ini meningkatkan kepercayaan diri dan semangat saya untuk berkarya. Saya merasa terdorong untuk melakukan lebih banyak hal dan terus berkembang.
Citra: Saya merasa lebih percaya diri dengan kreativitas saya. Pengakuan dari Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata memberikan dorongan besar bagi saya untuk terus memperdalam bidang visual kreatif.
Maulidya: Saya menjadi lebih bersemangat membuat konten, terutama tentang Korea. Saya juga berharap kemenangan ini bisa menjadi salah satu jalan agar saya diterima beasiswa Global Korea Scholarship (GKS) 2026.
Di atas panggung K-Wave Festival 2025, ketiga pemenang dari Indonesia menyampaikan pidato kemenangan mereka untuk membagikan rasa bangga dan inspirasi bagi generasi muda kreator. (Lee Jeong Woo dari Korea.net)
Menurut Anda, apa yang membuat talenta Indonesia semakin terlihat dan kompetitif di panggung K-culture global?
Vina: Menurut saya, masyarakat Indonesia memiliki kedekatan emosional dengan K-culture sejak lama. Kedekatan ini bukan hanya sebagai penonton, tapi berkembang menjadi kreativitas dan karya.
Citra: Saya percaya kreativitas anak muda Indonesia penuh warna dan memiliki perspektif unik. Ketika diberi ruang seperti Talk Talk Korea, mereka mampu bersaing dan berdiri sejajar di tingkat global.
Maulidya: Saya melihat satu kesamaan, yaitu karya yang dibuat dari hati pasti sampai ke hati. Banyak kreator Indonesia benar-benar mencintai Korea, dan ketulusan itu membuat karya mereka orisinal, mendalam, dan kreatif.
Apa yang ingin Anda sampaikan kepada anak muda Indonesia yang ingin mencoba kompetisi global seperti Talk Talk Korea dan program K-Influencer?
Vina: Saya hanya ingin bilang satu hal, "Coba dulu." Keraguan itu wajar karena semua orang pernah merasakannya, termasuk saya. Akan tetapi, kita tidak akan pernah tahu sejauh apa kemampuan kita berkembang kalau kita tidak mengambil langkah.
Citra: Jangan menunggu sempurna, mulai saja dari hal kecil yang dimiliki secara bertahap. Kita tidak pernah tahu seberapa jauh karya kecil dapat membawa kita nantinya.
Maulidya: Kita tidak akan tahu bisa atau tidak jika tidak mencoba. Jika kamu mencintai Korea, semoga tidak hanya menjadi penggemar pasif, tetapi juga aktif menyebarkan nilai positif dari kebudayaan korea.
Kemenangan para kreator Indonesia menegaskan halyu telah menjadi bagian dari identitas kreatif anak muda Indonesia di kancah internasional. (Vina Aulia Zakiah Sodikin)
Mendengarkan cerita tiga penerima penghargaan dari Indonesia membuat penulis kembali mengingat hangatnya momen ketika nama Indonesia dipanggil berkali-kali di panggung K-Wave Festival.
Korea dengan ekosistem budaya dan industri kreatifnya, memberikan kesempatan nyata bagi siapa pun yang berani menyampaikan gagasan melalui karya. Negara ini telah menjadi pusat budaya populer yang memungkinkan ide, imajinasi, dan kreativitas dari seluruh dunia bertemu dan berkembang.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.