Penulis: Wartawan Kehormatan Monthi Rosselini dari Indonesia
Foto: Monthi Rosselini
Pameran "Gelombang Suara Sains: Menjelajahi Sains Musik Korea" digelar di KCC UK.
Pada tanggal 27 Juni 2025 penulis berkunjung ke KCC UK (Korean Cultural Center Inggris) untuk meliput pameran yang bertajuk "Gelombang Suara Sains: Menjelajahi Sains Musik Korea." Pameran ini diselenggarakan atas kerja sama KCC UK dengan Museum Sains Nasional Korea (NSM Korea).
Pameran ini terbagi menjadi tiga tema. Tema pertama menampilkan fondasi ilmiah tentang pembuatan instrumen pada masa Dinasti Joseon yang menjelaskan secara detail standardisasi nada oleh Raja Sejong yang menggunakan yulgwan (pipa nada) dan pyeongyeong (lonceng batu) untuk membuat nada dasar musik Korea.
Pengunjung dapat mengenal pyeongyeong (lonceng batu) dan yulgwan (pipa nada) lewat perangkat audio yang disediakan di ruang pameran.
Pada tema kedua, pameran ini membahas ilmu fisika di balik bunyi alat musik taepyeongso, daegeum, gayageum, dan jing dengan berfokus pada akustik unik instrumen tradisional Korea melalui eksplorasi material, resonansi, dan frekuensi.
Tema ketiga membahas tentang tradisi Korea melalui Jongmyo Jeryeak, yaitu musik ritual dan tarian yang ditampilkan di Kuil Jongmyo, tempat prasasti peringatan untuk raja dan permaisuri Dinasti Joseon diabadikan.
Terdapat pula penjelasan mengenai daechwita, yaitu genre musik tradisional Korea yang terdiri dari musik militer yang dimainkan dengan alat musik tiup dan perkusi.
Bagian pameran yang paling banyak menarik perhatian pengunjung saat itu adalah pembahasan tentang bagaimana tradisi bertemu dengan inovasi yang dicontohkan melalui video musik Agust D "Daechwita" milik salah satu anggota BTS, Min Yoongi.
Video tersebut merupakan salah satu contoh interpretasi ulang modern terhadap musik tradisional Korea karena lagu tersebut terinspirasi dari musik militer tradisional di era Dinasti Joseon.
Bagi penulis, yang paling menarik di pameran ini adalah mengenal Akhak Gwebeom, yaitu buku kuno yang membahas tentang musik yang ditulis di Korea pada abad ke-15.
Buku itu ditulis tangan dalam aksara Hanja yang menggambarkan sebagian besar alat musik yang digunakan pada masa itu, lengkap dengan deskripsi dan penempatan jari yang detail.
Alat musik tersebut meliputi gayageum (dawai tradisional Korea, dengan 12 senar) dan geomungo (dawai tradisional Korea yang senarnya dipetik dengan tongkat bambu).
Beragam instrumen tradisional Korea dipamerkan di ruang pameran KCC UK dan beberapa di antaranya diperbolehkan untuk dicoba dimainkan pengunjung.
Di pameran "Gelombang Suara Sains: Menjelajahi Sains Musik Korea," penulis tidak hanya menikmati dan mempelajari apa yang dipamerkan, tetapi juga dapat mencoba secara langsung memainkan instrumen musik tradisional Korea.
Salah satu alat musik yang penulis coba adalah janggu, yaitu drum berbentuk jam pasir yang telah digunakan selama lebih dari seribu tahun.
Pada abad ke-20, janggu menjadi instrumen populer dalam musik Korea modern, termasuk pansori dan samullori. Janggu hingga kini tetap menjadi simbol penting warisan musik Korea dan terus digunakan dalam pertunjukan tradisional maupun kontemporer.
Bagi penulis, pameran ini merupakan salah satu pameran terbaik yang diselenggarakan KCC UK yang pernah penulis kunjungi, karena tidak hanya memberikan penulis perspektif baru tentang musik tradisional Korea, tetapi juga memberikan kesempatan untuk mencoba secara langsung cara memainkannya.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.