Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Foto: Hanum Nur Aprilia
Belajar bahasa Korea bukan hanya tren sesaat di tengah tingginya popularitas K-pop dan drama Korea. Semakin banyak yang tertarik mempelajarinya secara serius, termasuk melalui lembaga resmi seperti King Sejong Institute (KSI). Lembaga ini tidak hanya menawarkan kelas bahasa yang terstruktur, tetapi juga pengalaman budaya yang memperkaya pemahaman peserta.
King Sejong Institute (KSI) menjadi pilihan utama untuk belajar bahasa Korea karena menawarkan kelas terstruktur serta pengalaman budaya yang terpadu baik secara daring maupun luring di berbagai kota di Indonesia.
Kelas Bahasa Korea Level 2B di KSI Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) menjadi titik awal penulis yang sebelumnya hanya belajar secara otodidak. Meski seluruh kelas diselenggarakan secara daring karena saat itu masih dalam masa Pandemi Covid-19, program ini tetap menawarkan struktur pembelajaran yang sistematis.
Materi disampaikan melalui pertemuan video langsung, lembar kerja digital, dan tugas terstruktur. Interaksi antara pengajar dan peserta tetap terjaga meskipun terbatas pada layar.
Kehadiran pengajar yang merupakan penutur asli Korea menambah tingkat kesulitan, terutama bagi pemula. Namun, kelas daring membuka peluang bagi peserta dari berbagai daerah untuk belajar bersama dalam satu ruang virtual.
Setelah pandemi selesai, kesempatan belajar secara luring akhirnya datang dan penulis pun mengikuti kelas Level 4A di KSI KCCI. Berbeda dari pengalaman kelas daring, kelas tatap muka memberikan atmosfer belajar yang jauh lebih interaktif dan dinamis.
Aktivitas kelompok yang dilakukan secara langsung menjadi nilai tambah yang sulit tergantikan oleh pembelajaran jarak jauh.
Salah satu momen paling berkesan terjadi saat kelas bertepatan dengan pekan perayaan Chuseok. Pengajar datang mengenakan hanbok dan membagikan songpyeon (kue khas Chuseok) kepada seluruh murid.
Sentuhan budaya yang sederhana itu meninggalkan kesan mendalam sekaligus membuktikan bahwa belajar bahasa juga berarti menyelami kebudayaan yang melingkupinya.
Saat perayaan Chuseok di kelas KSI KCCI, pengajar mengenakan hanbok dan membagikan songpyeon kepada peserta sehingga menunjukkan bahwa pengalaman budaya langsung dapat memperkaya pemahaman bahasa Korea.
Tak hanya kelas reguler, penulis juga sempat mengikuti kelas khusus yang diadakan saat jeda semester. KSI Jakarta menyelenggarakan kelas bedah buku yang mengajak peserta untuk menelusuri makna di balik karya sastra Korea.
Melalui proses diskusi, peserta dibimbing untuk memahami arti kata demi kata serta menangkap konteks budaya, gaya bahasa, hingga emosi yang terkandung dalam teks. Kemampuan membaca diasah bersamaan dengan cara berpikir dan kepekaan terhadap budaya Korea.
Selain memperkuat kemampuan bahasa, peserta KSI juga mendapatkan kesempatan mengikuti berbagai program budaya. Salah satunya adalah seminar K-beauty yang menghadirkan langsung perias profesional dari Korea. Peserta bisa mempelajari filosofi kecantikan Korea serta teknik merias wajah yang populer di kalangan masyarakat Korea.
Program menarik lainnya adalah kelas memasak yang dipandu oleh koki asal Korea. Peserta dikenalkan secara mendalam mengenai bahan-bahan, teknik memasak, hingga nilai budaya yang terkandung dalam hidangan khas Korea seperti kimbab dan topoki.
Melalui kegiatan luar kelas, peserta KSI dapat merasakan pengalaman langsung menyiapkan makanan Korea bersama koki profesional sambil mengenal bahan, teknik, dan cerita di balik hidangan tersebut.
Saat ini pendaftaran untuk kelas KSI sesi 2 tahun 2025 telah dibuka di beberapa lokasi. Dengan cabang yang tersebar di berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, pembaca bisa memilih dan mendaftar di KSI terdekat. Ini adalah kesempatan yang baik untuk mulai belajar bahasa Korea sambil menyerap budaya langsung dari sumbernya, baik secara daring maupun luring.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.