Wartawan Kehormatan

2025.05.29

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Hanum Nur Aprilia dari Indonesia
Foto: Hanum Nur Aprilia

Pada Rabu (28/05/2025), Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) menggelar acara bulanan Korean Cultural Day di CULTURE Zone, COLLECT Town KOREA 360, Jakarta. Tema yang diangkat kali ini adalah "Cheoyongmu," salah satu warisan budaya takbenda Korea yang telah diakui UNESCO.

KCCI mengadakan acara Korean Cultural Day pada Rabu (28/05/2025) di Jakarta untuk mengenalkan tarian tradisional Cheoyongmu kepada masyarakat Indonesia.

KCCI mengadakan acara Korean Cultural Day pada Rabu (28/05/2025) di Jakarta untuk mengenalkan tarian tradisional Cheoyongmu kepada masyarakat Indonesia.


Acara dibuka dengan sesi membuat replika penari Cheoyongmu dari kertas. Peserta diajak untuk memotong pola yang sudah disediakan menjadi dua bagian, yaitu kepala dan tubuh penari. Kemudian peserta merakitnya menjadi boneka kertas tiga dimensi.

Untuk menyempurnakan detail, tisu ditempelkan di bagian tangan menyerupai lengan panjang putih khas kostum Cheoyongmu. Sedotan kecil ditambahkan sebagai penyangga agar boneka mudah digerakkan. Suasana berlangsung hangat dan penuh tawa. Para peserta tampak antusias, saling membantu, dan menikmati proses kreatif ini bersama.

Peserta Korean Cultural Day dengan antusias membuat boneka kertas berbentuk penari Cheoyongmu sebagai bagian dari aktivitas budaya yang interaktif.

Peserta Korean Cultural Day dengan antusias membuat boneka kertas berbentuk penari Cheoyongmu sebagai bagian dari aktivitas budaya yang interaktif.


Setelah sesi aktivitas, Debora dari KCCI membawakan penjelasan mengenai latar belakang Cheoyongmu.

Tarian ini berasal dari cerita rakyat masa Kerajaan Silla (57 SM–935 M) tentang Cheoyong, putra Dewa Naga Laut Timur yang menikahi wanita dari Silla. Suatu hari Cheoyong memergoki istrinya berselingkuh, tetapi menanggapinya dengan menari dan menyanyi.

Selingkuhannya yang ternyata adalah roh wabah, kagum atas kemurahan hati Cheoyong dan bersumpah tidak akan masuk ke rumah yang memiliki gambarnya. Tradisi menggantung gambar Cheoyong pun dimulai sebagai cara mengusir bala dan wabah.

Hingga akhir Dinasti Goryeo (918–1392), Cheoyongmu ditampilkan oleh satu penari sebagai ritual pengusir roh jahat. Pada masa Dinasti Joseon, terutama era Raja Sejong (1418–1450), tarian ini dipadukan dengan tari bangau dan tari teratai, lalu berkembang menjadi bentuk yang dikenal saat ini. Tari yang biasa ditampilkan adalah tari Cheoyong lima arah (obang Cheoyongmu) yang dibawakan oleh lima penari di istana maupun kantor pemerintahan.

Tarian ini sarat simbolisme filosofi Timur, seperti prinsip yin-yang dan lima elemen. Setiap penari mewakili arah tertentu melalui warna kostum, yaitu biru (timur), merah (selatan), kuning (pusat), putih (barat), dan hitam (utara).

Debora, staf KCCI, memberikan penjelasan mendalam tentang sejarah dan makna filosofis tarian Cheoyongmu kepada para peserta acara.

Debora, staf KCCI, memberikan penjelasan mendalam tentang sejarah dan makna filosofis tarian Cheoyongmu kepada para peserta acara.


Cheoyongmu menjadi satu-satunya tarian istana Korea yang menggunakan topeng dengan gerakan megah dan penuh kekuatan. Warna merah pada topeng dipercaya mampu mengusir roh jahat, sementara sepatu dan lengan putih melambangkan harapan akan terang yang membimbing dunia.

Musik pengiringnya tidak kalah istimewa. Tarian ini diiringi oleh gabungan alat musik tradisional seperti piri (seruling kecil), daegeum (seruling bambu besar), haegeum (kecapi dua senar), janggu (drum dua sisi), jwago (drum gantung besar), dan bak (alat tepuk kayu). Alat-alat musik tersebut menciptakan suasana agung yang membedakannya dari ensambel perjamuan istana lainnya.

Meski sempat menghilang menjelang akhir Dinasti Joseon (1392-1910), Cheoyongmu berhasil dihidupkan kembali oleh Konservatori Keluarga Kerajaan Yi pada masa penjajahan Jepang (1910-1945). Pada tahun 1971, tarian ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Korea dan pada tahun 2009 diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia.

Setelah menerima penjelasan mendalam tentang sejarah dan filosofi Cheoyongmu, peserta acara menonton video pertunjukan tarian tersebut, dan menggerakkan boneka kertas Cheoyong mengikuti gerakan penari di video.

Setelah menerima penjelasan mendalam tentang sejarah dan filosofi Cheoyongmu, peserta acara menonton video pertunjukan tarian tersebut, dan menggerakkan boneka kertas Cheoyong mengikuti gerakan penari di video.


Setelah mendapatkan pemaparan sejarah dan filosofi yang mendalam, peserta diajak menonton video penjelasan lanjutan serta penampilan profesional tari Cheoyongmu. Terpukau oleh gerak tari yang anggun dan penuh energi, beberapa peserta bahkan menggerakkan boneka buatan mereka mengikuti irama video.

Sebelum menutup acara, Debora kembali mengingatkan bahwa Korean Cultural Day merupakan program rutin yang diadakan setiap bulan oleh KCCI. Setiap edisi mengangkat tema budaya Korea yang berbeda dan biasanya digelar pada minggu terakhir setiap bulan. Bagi warga yang ingin mengikuti kegiatan serupa, informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui media sosial dan situs resmi KCCI (https://id.korean-culture.org/id).

250529_Cheoyongmu_5

Setelah acara berakhir, peserta memamerkan boneka Cheoyongmu buatan mereka dan berfoto bersama.


Melalui kegiatan ini, peserta tak hanya mengenal lebih dekat tarian tradisional Korea, tetapi juga memahami makna dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Cheoyongmu bukan sekadar pertunjukan artistik, melainkan representasi dari nilai spiritual, estetika, dan sejarah panjang peradaban Korea yang terus dijaga keberlanjutannya hingga kini.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait