Wartawan Kehormatan

2025.05.21

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian
Penulis: Wartawan Kehormatan Pujianti Bejahida dari Indonesia
Foto: Pujianti Bejahida

Pada hari Jumat akhir pekan lalu, penulis bersama 27 orang teman lainnya — semuanya adalah warga asing dari berbagai negara yang belajar dan bekerja di Korea — berangkat dari Stasiun Seoul pukul 06.53 pagi menuju Sunchang, sebuah daerah di Provinsi Jeonbuk yang dikenal sebagai rumah gocujang, pasta cabai khas Korea yang melegenda. Tujuan utama kami adalah “Sunchang Gochujang Village”, tempat di mana tradisi ratusan tahun dalam pembuatan gocujang masih dijaga dengan penuh dedikasi. Desa ini bukan hanya tempat produksi, tetapi juga merupakan pusat edukasi tentang makanan tradisional Korea. Sebagai penggemar budaya Korea dan pecinta kuliner, penulis sangat menantikan kunjungan ini sejak lama.

Sambutan dari Instruktur Lokal sekaligus mengenalkan gocujang dari Sunchang yang terkenal.

Sambutan dari Instruktur Lokal sekaligus mengenalkan gocujang dari Sunchang yang terkenal.


Sesampainya kami di Traditional Food Centre, kami disambut hangat oleh instruktur lokal yang memperkenalkan bahan-bahan utama pembuatan gocujang, seperti bubuk cabai, garam, kedelai fermentasi, dan sirup beras. Proses awalnya terasa sederhana — mencampur bahan-bahan tersebut sesuai takaran. Namun, penulis menyadari bahwa di balik kesederhanaan ini tersembunyi ilmu fermentasi yang kompleks serta kearifan lokal yang kaya makna.

Bahan-bahan untuk membuat gocujang yang telah disediakan di meja pelatihan masing-masing peserta (Kiri). Penulis belajar langsung cara mencampur bahan-bahan untuk membuat gocujang (Kanan).

Bahan-bahan untuk membuat gocujang yang telah disediakan di meja pelatihan masing-masing peserta (Kiri). Penulis belajar langsung cara mencampur bahan-bahan untuk membuat gocujang (Kanan).


Saat mulai unjuk kerja, kami mengenakan celemek dan mulai meracik dengan antusiasme sekaligus rasa hormat terhadap tradisi yang sedang kami pelajari. Gocujang yang kami buat masih harus difermentasi selama enam bulan untuk mencapai cita rasa yang kaya dan kualitas terbaik. Ada rasa bangga tersendiri dalam hati penulis karena telah mencicipi bagian dari proses panjang ini. Namun, hari itu tidak hanya diisi dengan teori dan praktik. Kami juga menggunakan gocujang buatan kami untuk memasak rabokki, hidangan kombinasi ramyeon dan tteokbokki yang menggugah selera. Rasanya pedas, manis, dan sungguh menghangatkan — apalagi hari itu sedang turun hujan ringan.

Pengenalan cara memasak tteokbokki (Kiri). Foto penulis saat memasak tteokbokki dengan gocujang (Kanan).

Pengenalan cara memasak tteokbokki (Kiri). Foto penulis saat memasak tteokbokki dengan gocujang (Kanan).


Hal yang membuat pengalaman ini semakin istimewa adalah interaksi antar peserta. Meskipun kami semua berasal dari negara yang berbeda, belajar dan tertawa bersama membuat semuanya terasa lebih dekat. Sebelum pulang, kami diberikan suvenir berupa satu toples kecil gocujang hasil fermentasi dari pusat produksi sebagai kenang-kenangan, sekaligus harapan bahwa enam bulan lagi, gocujang buatan kami sendiri akan siap dinikmati.

Setiap peserta membawa pulang satu toples gocujang sebagai kenang-kenangan.

Setiap peserta membawa pulang satu toples gocujang sebagai kenang-kenangan.


Perjalanan ini bukan sekadar wisata kuliner. Bagi penulis, ini adalah pengalaman lintas budaya yang memperkaya pengetahuan. Penulis belajar bahwa makanan tradisional bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang warisan, kesabaran, dan nilai-nilai yang diwariskan turun-temurun.

Sunchang dengan pesonanya yang tenang dan kehangatan penduduk lokalnya telah memberikan penulis pelajaran yang berharga tentang bagaimana sebuah budaya bisa terus hidup dan dibagikan dengan cinta kepada banyak orang. Penulis berharap akan lebih banyak lagi orang yang bisa merasakan pengalaman serupa — belajar langsung dari sumbernya, dengan cara yang otentik dan penuh makna.

sofiakim218@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait