Wartawan Kehormatan

2025.05.19

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Fergi Nadira Bachruddin dari Indonesia
Foto: Fergi Nadira Bachruddin

Foto di atas menunjukkan empat lukisan untuk empat dari delapan prinsip moral Era Joseon. Dari kiri ke kanan: hyo, je, chung, dan shin.

Foto di atas menunjukkan empat lukisan untuk empat dari delapan prinsip moral Era Joseon. Dari kiri ke kanan: hyo, je, chung, dan shin.


Pada Jumat (16/05/2025), penulis berkesempatan mengikuti acara "Mengenal Benda-Benda Kehidupan Dinasti Joseon" yang diselenggarakan oleh Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) di Korea 360, Lotte Mall Jakarta.

Selain mengenalkan ruang sarangbang dan anbang, sesi yang paling membekas bagi penulis adalah penjelasan mengenai delapan kebajikan dalam ajaran Konfusianisme yang menjadi dasar moral masyarakat Korea tradisional, terutama bagi kaum laki-laki.

Manajer Umum KCCI Kim Hyun Joo menjelaskan bahwa delapan kebajikan ini tidak hanya diajarkan secara lisan, tetapi juga dituliskan dalam huruf hanja (karakter Tionghoa) dan dipadukan dengan lukisan bergaya minhwa (seni rakyat tradisional Korea).

Hasil dari perpaduan tersebut adalah karya indah yang menggabungkan pendidikan moral dan keindahan visual, seperti bunga, ikan, burung, atau gunung yang menyimbolkan masing-masing nilai.

Delapan nilai kebajikan tersebut adalah hyo (bakti kepada orang tua), je (menghormati dan menyayangi saudara), chung (kesetiaan terhadap negara), shin (menjaga kepercayaan dan kejujuran), ye (etika dan tata krama), ui (keadilan dan kebenaran dalam relasi sosial), yeom (integritas dan pengendalian diri dari nafsu), serta chi (rasa malu terhadap perilaku yang tidak pantas).

Foto di atas menunjukkan empat lukisan untuk empat dari delapan prinsip moral Era Joseon. Dari kiri ke kanan: ye, ui, yeom, dan chi.

Foto di atas menunjukkan empat lukisan untuk empat dari delapan prinsip moral Era Joseon. Dari kiri ke kanan: ye, ui, yeom, dan chi.


"Nilai-nilai ini dipelajari sepanjang hayat oleh pria Joseon, mulai dari kecil di rumah hingga dewasa di ruang sarangbang. Mereka diharapkan hidup dengan standar moral yang tinggi," ujar Kim. Ia menambahkan bahwa semua ini masih relevan dalam kehidupan masyarakat Korea masa kini.

Karin, salah satu peserta, merasa nilai-nilai tersebut seperti hidup kembali saat dijelaskan. "Rasanya seperti menonton drama sejarah Korea, tetapi kali ini saya benar-benar tahu makna di balik sikap para tokoh," ujarnya.

Sebagai penonton drama seperti The Tale of Nokdu dan My Dearest, penulis pribadi merasa pengetahuan ini memberi makna baru terhadap cerita-cerita berlatar era Joseon (1392-1910). Penulis mulai memahami alasan tokoh-tokoh drama begitu menjunjung tinggi kehormatan, menghindari kebohongan, atau bahkan mempertaruhkan nyawa demi kesetiaan.

Acara ini bukan hanya memperkenalkan budaya Korea, tetapi juga menyentuh nilai-nilai kemanusiaan yang universal tentang keluarga, kejujuran, etika, dan tanggung jawab sosial. Melalui lukisan, simbol, dan cerita di baliknya pun penulis merasa telah menyentuh lapisan budaya Korea yang lebih dalam yang tak selalu terlihat di layar, tetapi terasa begitu nyata setelah dijelaskan.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait