Penulis: Wartawan Kehormatan Maulia Resta Mardaningtias dari Indonesia
Foto: Maulia Resta Mardaningtias
Pada hari Jumat (16/05/2025), penulis berkesempatan menghadiri kuliah khusus "Mengenal Benda-Benda Kehidupan Dinasti Joseon" yang diselenggarakan oleh Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) di Zona K-Culture, KOREA 360.
Acara tersebut menarik minat berbagai kalangan yang ingin memahami lebih dalam kehidupan masyarakat Dinasti Joseon (1392-1910) melalui benda-benda yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kelas ini menjadi pengalaman yang memperkaya pemahaman penulis akan budaya Korea.
Penulis berfoto menggunakan jeongjagwan, yaitu topi era Dinasti Joseon yang dikenakan oleh kaum pria di dalam rumah untuk menampakkan status sosialnya sebagai seorang bangsawan maupun orang terpandang.
Kelas ini terbagi menjadi dua sesi utama, yaitu pengenalan benda-benda yang digunakan oleh kaum pria di ruangan sarangbang serta benda-benda yang identik dengan perempuan di anbang.
Sarangbang merupakan ruangan khusus yang diperuntukkan bagi pria dalam rumah tradisional Korea untuk tempat mereka belajar, membaca, menulis, atau menerima tamu. Meskipun bagi masyarakat Indonesia kata "sarang" sering dikaitkan dengan cinta, dalam konteks sarangbang, kata ini merujuk pada kaum pria.
Sarangbang dihiasi berbagai benda yang mencerminkan intelektualitas dan status sosial pria pada masa itu. Salah satunya adalah "Chaekgado Byeongpung," yaitu lukisan layar lipat yang menggambarkan rak buku dan alat tulis untuk melambangkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan.
Terdapat pula munbangsawoo, empat benda esensial bagi kaum pria dalam proses belajar, yaitu kuas, batangan tinta, kertas hanji, dan batu tinta.
Rupa "Chaekgado Byeongpung" dan munbangsawoo pada sarangbang yang dapat dilihat dalam kotak budaya yang terletak di sebelah kanan kelas ini berlangsung.
Tidak hanya benda dekoratif, kelas ini juga memperkenalkan sistem ujian nasional di Dinasti Joseon yang disebut sebagai gwageosiheom. Ujian ini menjadi jalur utama bagi pria untuk memperoleh pekerjaan sebagai pegawai negeri dengan dua kategori utama, yaitu mungwa, ujian untuk calon pejabat administratif, serta mugwa, ujian bagi calon pejabat militer.
Para pria yang lulus ujian akan mengenakan pakaian resmi dengan simbol tertentu yang menunjukkan pangkat mereka, seperti gambar burung bangau untuk menteri tinggi dan harimau untuk pejabat administrasi.
Sepasang patung angsa berleher pendek bisa ditemukan di dalam sarangbang. Selain itu, terdapat pula pipa tembakau yang biasa digunakan untuk merokok.
Sebagai seorang cendekiawan, pria Joseon diwajibkan menjalankan delapan prinsip kehidupan, yang mencakup sikap hormat kepada orang tua, cinta terhadap saudara, kesetiaan terhadap negara, menjaga kepercayaan, sopan santun. loyalitas terhadap pasangan dan teman, keseimbangan mental dan sikap hidup sederhana, serta memiliki rasa malu atas kesalahan yang diperbuat.
Selain itu, para pria juga diwajibkan mempelajari berbagai bidang, termasuk etika, kaligrafi, ilmu pengetahuan, memanah, berkuda, dan musik, yang mencerminkan tanggung jawab pria dalam pendidikan yang komprehensif pada masa itu.
Rupa benda-benda era Dinasti Joseon yang dapat ditemukan dalam anbang dapat dilihat oleh para peserta pada kotak budaya yang terletak di sebelah kiri tempat kelas berlangsung.
Anbang merupakan ruangan yang diperuntukkan bagi perempuan dalam rumah tradisional Korea. Berbeda dengan sarangbang yang terbuka bagi tamu pria, anbang bersifat lebih pribadi dan menjadi tempat bagi perempuan untuk menjalankan berbagai aktivitas seperti menjahit, mendidik anak, serta mengurus rumah tangga.
Berbagai benda khas menghiasi ruangan ini, seperti "Hwajodo Byeongpung," yaitu lukisan burung dan bunga dalam layar lipat. Selain itu, terdapat gyeongdae, yaitu cermin tradisional yang digunakan perempuan untuk bersolek, serta banjitgori, yaitu wadah khusus berisi peralatan menjahit yang menjadi perlengkapan wajib bagi perempuan Joseon.
Penulis berfoto-foto dengan benda-benda dalam anbang, seperti banjitgori (kiri), gyeongdae (tengah depan), dan "Hwajodo Byeongpung" (belakang).
Perempuan Joseon pun memiliki tujuh benda wajib yang dikenal sebagai gyujungchilwoo, yang mencakup benang, jarum, bantalan untuk benang dan jarum, gunting, penggaris, pelindung jari, serta alat setrika.
Selain itu, terdapat norigae, aksesoris yang dikenakan perempuan sebagai pelengkap hanbok, serta jogakbo, kain yang terbuat dari beragam potongan kain bekas yang dijahit ulang untuk menciptakan pola abstrak yang indah.
Kehidupan perempuan Joseon sangat berbeda dengan pria dan kelas ini memperkenalkan sebuah fakta menarik bahwa perempuan pada masa itu juga tidak diperkenankan menyebutkan nama mereka secara langsung ketika bertemu dengan seseorang.
Binyeo (kiri) dan norigae (kanan) dapat menunjukkan status sosial seorang perempuan yang mengenakannya melalui bahan yang digunakan, seperti emas, perak, atau bahan biasa.
Pada sesi terakhir, para peserta diperkenalkan dengan kehidupan perempuan yang suaminya telah meninggal. Umumnya mereka akan mengenakan pakaian putih dan tinggal sendiri di sebuah ruangan untuk menjaga altar penghormatan bagi suami yang telah meninggal atau bahkan memilih untuk mengikuti kematian suaminya yang dahulu dianggap sebagai bentuk kesetiaan tertinggi seorang perempuan terhadap suaminya.
Manajer Umum KCCI Kim Hyun Joo yang menjadi pemandu kelas, berfoto bersama para peserta kelas di akhir acara.
Walaupun kelas ini berlangsung hanya satu jam, bagi penulis, kelas ini memberikan wawasan mendalam mengenai kehidupan di era Dinasti Joseon, terutama dari sudut pandang benda-benda yang digunakan oleh pria dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya penulis, hal serupa juga dirasakan oleh Restu dan Karina, dua orang peserta kelas lainnya.
Karina mengungkapkan, "Kelas ini sangat penting untuk diikuti karena bisa membantu untuk lebih memahami unsur budaya yang terkandung dalam drama Korea sehingga ketika menonton, kita bisa melihat seluk beluk budayanya juga."
Restu berkata, "Norigae adalah benda yang paling menarik perhatian saya. Akan tetapi selain itu, saya juga tertarik dengan binyeo dan namugireogi."
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.