Wartawan Kehormatan

2024.10.11

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Frenky Ramiro de Jesus dari Timor-Leste
Foto: Frenky Ramiro de Jesus

Literasi merupakan salah satu faktor utama perkembangan pengetahuan, potensi diri, serta keterampilan saat melakukan kegiatan atau aktivitas membaca dan menulis.

Di Korea terdapat banyak perpustakaan yang memfasilitasi semua orang untuk dapat membaca melalui buku yang disediakan. Beberapa perpustakaan yang sudah tidak asing lagi adalah Starfield yang terletak di pusat COEX Mall Seoul dan yang terbaru adalah Perpustakaan Starfield yang terletak di Suwon.

Tidak kalah dari kedua perpustakaan tersebut, salah satu perpustakaan yang menarik adalah Paju Book City, yang terletak di Kota Paju, Provinsi Gyeonggi.

Paju Book City atau yang dikenal juga dengan nama resminya Taman Industri Nasional, Informasi, dan Penerbitan Paju ini menjadi salah satu tempat yang tepat untuk dikunjungi bagi semua kalangan pecinta karya tulis.

Pasalnya, tempat yang dioperasikan oleh Bookcity Culture Foundation ini memiliki koleksi lebih dari 500.000 jilid buku dan karya tulis lainnya yang disumbangkan oleh para cendekiawan, intelektual, pusat penelitian, serta perusahaan penerbitan.

Tampak Forest of Wisdom yang berada di dalam Paju Book City.

Tampak Forest of Wisdom yang berada di dalam Paju Book City.


Salah satu kompleks perpustakaan yang penulis telusuri adalah Forest of Wisdom. Menjadi tujuan yang paling banyak dikunjungi oleh para pengunjung, kompleks ini menyediakan berbagai referensi buku di segala bidang mulai dari sastra, sejarah, filsafat, ilmu sosial, ilmu alam, seni, serta buku untuk anak-anak.

Terletak di lantai pertama Pusat Informasi & Budaya Publikasi Asia, Forest of Wisdom merupakan kompleks ruang budaya yang didirikan pada tahun 2014 di bawah naungan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata.

Salah satu perbedaan yang penulis amati dari perpustakan ini adalah distribusi buku-bukunya. Dari sebagian perpustakaan yang pernah penulis kunjungi, sebagian besar buku-bukunya disusun berdasarkan judul, genre, atau nama pengarang. Sedangkan pendistribusian buku-buku di Forest of Wisdom disusun berdasarkan donatur atau penerbit.

Salah satu pegawai perpustakaan mengatakan bahwa perpustakaan ini tidak saja menjadi tempat membaca, tetapi juga memfasilitasi berbagai program dan aktivitas, seperti Book City Tour, Festival Buku Anak-anak, Forum Publikasi Internasional, hingga Book City Humanities Class.

Salah satu kelas yang difasilitasi adalah kelas seni liberal. Di bawah naungan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata serta Badan Promosi Industri Penerbit & Budaya Korea, Sekolah Seni Liberal merupakan salah satu program kursus humaniora terbesar yang direncanakan dan dioperasikan di Paju serta Seoul.

Tampak logam karakter hangeul dan hanja yang tersusun sangat rapi pada dinding Book City Letterpress Museum.

Tampak logam karakter hangeul dan hanja yang tersusun sangat rapi pada dinding Book City Letterpress Museum.


Bergegas dari perpustakaan ini, penulis pun mengunjungi Book City Letterpress Museum yang bersebelahan dengan perpustakaan. Museum ini menyimpan berbagai koleksi peralatan percetakan tradisional, termasuk lebih dari 35 juta blok logam karakter hangeul dan hanja (aksara Tiongkok-Korea).

Memasuki museum ini, penulis terkesima dengan pajangan karakter hangeul dan hanja yang tersusun sangat rapi di setiap dinding museum.

Museum ini terbagi menjadi lima ruangan yang menampilkan berbagai sejarah, mulai dari percetakan tradisional hingga ruangan yang disediakan bagi para pengunjung yang ingin merasakan secara langsung pengalaman mencetak buku.

Penulis menggunakan lup untuk mencari logam karakter hangeul dan hanja.

Penulis menggunakan lup untuk mencari logam karakter hangeul dan hanja.


Penulis pun diberi kesempatan untuk mencetak buku dengan menggunakan logam karakter hangeul sesuai dengan nama penulis dalam bahasa Korea.

Yang sangat penulis sukai adalah tatanan logam karakter hangeul dan hanja yang disusun dengan sangat rapi dan tidak susah mendapatkan karakter yang kita inginkan.

Dari kiri ke kanan: Hasil akhir cetakan penulis dengan menggunakan logam karakter hangeul, tulisan surat dalam bentuk logam karakter hangeul, dan salah satu alat percetakan tradisional Korea.

Dari kiri ke kanan: Hasil akhir cetakan penulis dengan menggunakan logam karakter hangeul, tulisan surat dalam bentuk logam karakter hangeul, dan salah satu alat percetakan tradisional Korea.


Setelah mencetak tulisan tersebut, penulis pun melakukan tur singkat di dalam museum serta mempelajari sejarah pendiriannya.

Selain percetakan tradisional, museum ini pun mengoleksi berbagai buku lama, termasuk edisi pertama buku Hemingway yang berjudul The Torrents of Spring serta Alkitab Luther.

Kunjungan kali ini ke Paju menjadi suatu pengalaman tersendiri bagi penulis. Tidak saja untuk pertama kalinya mengunjungi kota ini, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi destinasi sejarah dan pariwisata yang menambah pengetahuan dan pengalaman penulis.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait