Wartawan Kehormatan

2024.07.05

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian
Penulis: Binar Candra Auni dari Indonesia


Penerjemahan memiliki peran vital dalam penyebaran produk budaya Korea atau yang dikenal sebagai K-culture. Dalam era globalisasi saat ini, produk budaya Korea seperti K-pop, K-drama, film, dan karya sastra telah berhasil menarik perhatian masyarakat internasional.

K-pop adalah produk budaya Korea yang diminati banyak penggemar (Korea.net DB)

K-pop adalah produk budaya Korea yang diminati banyak penggemar (Korea.net DB)


Keberhasilan ini tak lepas dari peran para penerjemah yang mampu menyampaikan pesan dan nuansa produk budaya Korea melalui banyak bahasa di seluruh dunia. Oleh karena itu, pendidikan dan pengajaran penerjemah menjadi krusial untuk memastikan bahwa terjemahan yang dihasilkan akurat.

Peranan penting pendidikan dan pengajaran penerjemah tersebut dibahas pada simposium bertema "Masa Depan Pendidikan dan Pengajaran Penerjemah untuk Masa Depan K-Culture" tanggal 28 Juni 2024. Acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Republik Korea bersama The Literature Translation Institute of Korea (LTI Korea) ini menghadirkan para ahli bidang penerjemahan dari berbagai instansi pendidikan dan penelitian. Dalam simposium, dibahas pentingnya pendidikan dan pengajaran penerjemah, pengalaman dan peluang di Akademi Penerjemahan, serta kolaborasi antar institusi untuk memperluas penyebaran K-culture di luar negeri.

Pendidikan dan Pengajaran Penerjemah untuk Keberlanjutan K-Culture

Kim Hyun-taek, Profesor Emeritus Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) menekankan pentingnya pendidikan penerjemah dalam mendukung keberlanjutan dan penyebaran K-culture. Bukti nyata dari pentingnya pendidikan itu adalah seiring banyaknya program pendidikan bahasa Korea untuk penerjemah, banyak juga jumlah karya sastra Korea yang diterjemahkan dengan baik dan diterima secara positif oleh pembaca internasional.

Kiri: Simposium diselenggarakan di Seoul. Kanan: Prof. Kim Hyun-taek sedang memberikan presentasi (Akun Instagram LTI Korea)

Kiri: Simposium diselenggarakan di Seoul. Kanan: Prof. Kim Hyun-taek sedang memberikan presentasi (Akun Instagram LTI Korea)


Choi Ae-young, profesor di Akademi Penerjemahan LTI Korea, juga menyampaikan pendirian sekolah pascasarjana penerjemahan produk budaya Korea. Pendirian sekolah pascasarjana ini diharapkan dapat memberikan kurikulum yang komprehensif, termasuk pelatihan praktis dan teori, serta penggunaan teknologi terbaru dalam penerjemahan.

Pengalaman dan Peluang dalam Pendidikan Penerjemah

Kang Bang-hwa, profesor di Akademi Penerjemahan LTI Korea, membahas keberhasilan dan tantangan yang dihadapi dalam mengelola Akademi Penerjemahan. Dalam setiap sesi kelas, ia mengatakan siswa tidak hanya perlu belajar untuk mengevaluasi terjemahan mereka sendiri, tetapi juga untuk memahami kekuatan dan kelemahan dari karya terjemahan rekan-rekan mereka.

Proses ini membantu mereka mengembangkan kemampuan analisis yang kritis dan objektif. Ia juga menyebutkan bahwa berdasarkan pengalamannya, program akademi penerjemahan telah menghasilkan banyak penerjemah berkualitas yang kini bekerja di berbagai bidang, dari penerbitan hingga media digital. Prestasi dan kemajuan mereka seringkali membawa kebahagiaan tersendiri bagi para pendidik. Pada akhirnya, hal yang paling diharapkan dari para siswa adalah kemampuan untuk terus belajar dan berkembang, serta semangat untuk menyerap pengetahuan baru.

An Yeon-seon, Profesor di Universitas Goethe, Frankfurt menyampaikan tentang berbagai inisiatif seperti lokakarya penerjemahan di tingkat internasional. Lokakarya tidak hanya meningkatkan kemampuan penerjemahan peserta tetapi juga memperdalam pemahaman mereka tentang sastra Korea. Lebih jauh, kolaborasi antara institusi Korea dan lembaga pendidikan melalui program-program seperti lokakarya penerjemahan dan kompetisi esai sastra membuka peluang bagi generasi baru penerjemah untuk bekerja sama dengan penerjemah senior. Hal ini menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan penerjemahan sastra Korea.

Kolaborasi Antar Institusi

Lee Jeong-hee, peneliti di Korean Culture and Tourism Institute (KCTI), menunjukkan berbagai jenis proyek penerjemahan yang dilakukan oleh lulusan Akademi Penerjemahan. Dari penelitiannya, penerjemahan di bidang seni dan budaya merupakan bidang yang paling banyak ditekuni oleh lulusan, diikuti oleh penerjemahan audiovisual dan penerjemahan webtun atau web novel, kemudian diikuti penerjemahan karya sastra.

Panelis Lee Jeong-hee sedang memberikan presentasi (Tangkapan layar zoom siaran LTI Korea)

Panelis Lee Jeong-hee sedang memberikan presentasi (Tangkapan layar zoom siaran LTI Korea)


Lee Jeong-hee pun menyampaikan tentang peran penting institusi pendidikan bahasa dan budaya Korea di luar negeri seperti King Sejong Institute (KSI). KSI menawarkan berbagai program pendidikan bahasa Korea, mulai dari tingkat pemula hingga lanjutan, serta kursus khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa lokal. Program-program ini memberikan landasan yang kuat bagi siswa untuk melanjutkan ke tahap yang lebih tinggi, seperti penerjemahan sastra dan produk budaya.

Untuk mendukung pengembangan lebih lanjut, perluasan program lokakarya dengan universitas yang menawarkan program studi Korea dapat menjadi peluang yang menjanjikan. Program ini dapat memperkuat kolaborasi dengan universitas-universitas yang memiliki program studi Korea. Selain itu, program ini juga dapat membantu mengidentifikasi dan membina bakat-bakat baru dalam bidang penerjemahan, sehingga memperkuat ekosistem penerjemahan sastra Korea di pasar global.

K-Culture dan Penerjemahan

Simposium ini menyoroti betapa pentingnya pendidikan dan pengajaran penerjemah dalam menjaga keberlanjutan K-culture di panggung global. Dengan meningkatnya minat internasional terhadap produk budaya Korea, kebutuhan akan penerjemah yang terampil dan berpengetahuan luas pun meningkat. Pendekatan holistik yang mencakup teori, praktik, dan pemahaman mendalam tentang budaya Korea dapat membuat penerjemah mampu menyampaikan pesan dan nuansa teks secara akurat.

Pendidikan penerjemah yang komprehensif juga memperluas peluang bagi penerjemah untuk bekerja di berbagai bidang, mulai dari penerbitan hingga media digital. Selain itu, kolaborasi antar institusi pendidikan dapat membuka jalan bagi pertukaran pengetahuan dan pengalaman yang berharga, dan menciptakan peluang baru bagi generasi penerjemah yang akan datang.

Sebagai seorang penerjemah, penulis melihat bahwa upaya untuk mengembangkan pendidikan penerjemah dan kolaborasi internasional adalah kunci untuk memperkuat posisi K-culture. Pendirian program-program pendidikan yang inovatif dan mendukung kolaborasi lintas budaya akan membawa manfaat jangka panjang tidak hanya bagi penerjemah, tetapi juga bagi penyebaran budaya Korea di seluruh dunia.

sofiakim218@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait