Wartawan Kehormatan

2024.07.03

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Ribkha Jordaniari Hasibuan Tobing dari Indonesia

Musim panas di Korea dan di negara-negara lain dengan empat musim di berbagai belahan dunia identik dengan cuaca panas, kelembapan tinggi, dan sinar matahari yang melimpah. Sebagai orang Indonesia yang terbiasa dengan iklim tropis dan hanya dua musim, penulis merasa tertarik mengalami musim panas di Korea untuk beristirahat dan berlibur. Akan tetapi, musim panas di Korea terkadang menyimpan kejutan berupa hujan tiba-tiba di tengah musim panas yang dikenal sebagai jangma.

Kota Seoul di kala mendung. (Jeon Han dari Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata)

Kota Seoul di kala mendung. (Jeon Han dari Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata)


Para wisatawan yang membawa anak tidak perlu khawatir jika mengalami jangma pada saat menikmati musim panas di Korea. Ada Seoul Children’s Museum di Gwangjin-gu, Kota Seoul yang sangat bernilai untuk anak-anak mendapatkan pendidikan dan pengalaman belajar yang menyenangkan selama berlibur di Korea.

Biaya masuk ke museum adalah 4.000 won per orang untuk orang dewasa dan anak berusia lebih dari 36 bulan. Jam operasional museum sendiri adalah mulai dari pukul 10.00 sampai dengan pukul 18.00, dan museum ditutup setiap hari Senin, Tahun Baru Masehi, Seollal, Chuseok, serta selama masa renovasi dan perawatan berkala.

Permainan Ball Splash yang bisa dinikmati anak-anak di dalam Seoul Children’s Museum. (Facebook resmi Seoul Children’s Museum)

Permainan Ball Splash yang bisa dinikmati anak-anak di dalam Seoul Children’s Museum. (Facebook resmi Seoul Children’s Museum)


Seoul Children’s Museum terdiri atas empat lantai dan menghadirkan Eksibisi Permanen dan Eksibisi Spesial. Eksibisi Permanen terdiri dari eksibisi Science Play, Happy Lounge, Culture Play, Toddler Playground, Physical*Imagination Play, Sensitivity Development Play, Nature Play, Art Play, dan Space Play. Setiap beberapa bulan sekali, museum ini juga membuka pameran khusus dengan berbagai tema baru.

Di lantai satu ada eksibisi Nature Play dan Art Play yang membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk dieksplorasi. Di eksibisi Nature Play, penulis dan keluarga mempelajari relasi di antara manusia dan hewan melalui pembelajaran sejarah dan percobaan menggambar beberapa hewan yang hadir dalam berbagai mitos baik di dunia Timur dan di dunia Barat, seperti kucing dan kelelawar.

Percobaan menggambar kelelawar, binatang yang muncul di berbagai mitos di dunia Barat dan Timur dengan makna yang berbeda-beda. (Ribkha Jordaniari Hasibuan Tobing)

Percobaan menggambar kelelawar, binatang yang muncul di berbagai mitos di dunia Barat dan Timur dengan makna yang berbeda-beda. (Ribkha Jordaniari Hasibuan Tobing)


Di Art Play, penulis dan keluarga menikmati pengalaman menciptakan seni dan berbagai macam permainan. Alat peraga yang paling berkesan bagi penulis adalah sebuah panel raksasa di mana para pengunjung bisa menambahkan gambar dari gawai mereka yang akan langsung ditampilkan di layar beserta proses penyuntingannya.

Pada eksibisi ini penulis dan keluarga mendapat pelajaran bahwa seni diciptakan melalui interaksi di antara para pembuat karya seni. Penulis kerap menambahkan atau menghapus elemen dari gambar yang sedang penulis kerjakan setelah melihat harmonisasi dengan gambar yang diciptakan oleh pengunjung lain, demikian pula sebaliknya. Selain itu, eksibisi ini juga mendorong komunikasi menyenangkan di antara anak-anak meskipun mereka menuturkan bahasa yang berbeda-beda (Korea, Inggris, dan Indonesia).

Para pengunjung museum menggambar di gawai dan berinteraksi di layar lebar yang diisi dan dihias bersama-sama. (Ribkha Jordaniari Hasibuan Tobing)

Para pengunjung museum menggambar di gawai dan berinteraksi di layar lebar yang diisi dan dihias bersama-sama. (Ribkha Jordaniari Hasibuan Tobing)


Eksibisi yang paling lama penulis dan keluarga datangi adalah eksibisi Physical*Imagination Play di lantai 2 dan eksibisi Science Play di lantai 3. Ada berbagai eksperimen sains dan rekayasa yang menarik minat dan keingintahuan anak untuk berkreasi sehingga waktu berjalan cepat dan tidak terasa jam kunjungan museum sudah berakhir.

Eksibisi Physical*Imagination Play mendorong anak-anak ‘menciptakan’ energi untuk memecahkan masalah lingkungan melalui berbagai aktivitas yang lazim dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kita ketahui bersama, energi tidak dapat diciptakan dan hanya dapat berubah bentuk. Akan tetapi, berbagai bentuk permainan merangsang imajinasi anak untuk menemukan ‘energi’ baru yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia.

Salah satu permainan favorit penulis adalah Dance Energy Floor karena mengubah energi yang dikeluarkan saat menari mengikuti musik K-Pop menjadi energi listrik yang menyalakan lantai dansa dengan berbagai lampu meriah. Selain itu, Poo Powered Bus juga menghadirkan ide unik karena mengubah ekskresi manusia menjadi biogas yang bisa menjalankan bus dan kendaraan bermotor lainnya. Mengingat aktivitas ekskresi manusia adalah sebuah kegiatan yang berjalan natural dan tidak memerlukan usaha tertentu, ide Poo Powered Bus ini berpotensi dikembangkan menjadi solusi energi di masa depan.

Mesin yang memfermentasi hasil ekskresi manusia dan mengubahnya menjadi biogas. (Ribkha Jordaniari Hasibuan Tobing)

Mesin yang memfermentasi hasil ekskresi manusia dan mengubahnya menjadi biogas. (Ribkha Jordaniari Hasibuan Tobing)


Pengalaman paling mengasyikkan adalah di eksibisi Science Play. Penulis dan keluarga memulai eksplorasi di area Water Wonder Play. Anak-anak dipersilakan menggunakan rompi tahan air dalam warna biru, merah muda, atau kuning untuk mencegah baju mereka basah saat memainkan berbagai permainan yang mengajarkan tentang berbagai karakteristik air, seperti air selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, air memiliki tekanan, bentuk air mengikuti bentuk wadahnya, air dapat berinteraksi dengan cahaya, dan sebagainya.

Selain area Water Wonder Play, di eksibisi Science Play ada berbagai eksperimen yang mengeksplorasi karakteristik udara, angin, dan bunyi untuk menghasilkan energi. Penulis dan keluarga bersenang-senang saat memainkan alat peraga yang mendorong kompetisi di antara para pemainnya.

Keluarga penulis memainkan berbagai permainan yang memanfaatkan karakteristik udara, angin, dan bunyi. (Ribkha Jordaniari Hasibuan Tobing)

Keluarga penulis memainkan berbagai permainan yang memanfaatkan karakteristik udara, angin, dan bunyi. (Ribkha Jordaniari Hasibuan Tobing)


Sebagai museum yang menempati area seluas 6.600 meter persegi dengan berbagai eksibisi menarik, Seoul Children’s Museum lebih baik dikunjungi dalam dua hari atau lebih. Penulis dan keluarga menghabiskan waktu mulai dari museum buka sampai tutup dan tetap tidak bisa menjalani semua eksibisi yang disediakan di semua lantai. Ada berbagai macam alat peraga yang sangat memancing rasa ingin tahu dan membutuhkan waktu untuk memainkannya.

Akhir kata, musim panas di Korea dapat dinikmati pada saat cuaca bagus dan matahari bersinar cerah, ataupun pada saat cuaca tiba-tiba berubah ekstrim menjadi mendung dan turun hujan deras di tengah musim panas. Seoul Children’s Museum selalu ada untuk memberikan pengalaman berlibur yang tak akan terlupakan bagi wisatawan keluarga dan anak-anak. Seoul Children’s Museum dapat diakses dengan kereta bawah tanah line 5 dan 7 serta bus. Tersedia juga lahan parkir bagi pengunjung yang membawa kendaraan sendiri. Jika mengunjungi Kota Seoul, maka sempatkanlah mengunjungi juga Seoul Children’s Museum.


margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait