Wartawan Kehormatan

2024.05.24

Membaca artikel ini dalam bahasa yang lain
  • 한국어
  • English
  • 日本語
  • 中文
  • العربية
  • Español
  • Français
  • Deutsch
  • Pусский
  • Tiếng Việt
  • Indonesian

Penulis: Wartawan Kehormatan Frenky Ramiro de Jesus dari Timor-Leste

Setelah dilantik menjadi kreator konten budaya Korea pada 30 April lalu, sekitar 40 orang Wartawan Kehormatan (HR) dan K-influencer melakukan tur pertama menuju Namhae-gun yang terletak di ujung selatan Semenanjung Korea. Tur ini merupakan undangan dari Pemerintah Namhae-gun untuk menghadiri Festival Ikan Teri Namhae pada tanggal 11-12 Mei 2024.

Walaupun letaknya sangat jauh di bagian paling selatan, tetapi Namhae ini memiliki daya tarik wisata yang indah dan sangatlah direkomendasikan sebagai tempat pelepas penat dari keramaian kota. Perjalanan ini menempuh waktu sekitar lima jam dari Seoul. Melalui artikel ini, penulis menyoroti beberapa tempat wisata dan kegiatan utama saat menghadiri Festival Ikan Teri Namhae.


Jukbangnyeom di Selat Jijok, Namhae

Kiri: Alat penangkapan ikan tradisional bernama jukbangnyeom. Tengah atas: Rombongan terlihat sedang mengamati dan melihat lebih dekat alat penangkapan ikan. Kanan: penjelasan langkah-langkah pembuatan alat untuk pertama kalinya. (Frenky Ramiro de Jesus dan Misun Jeon)

Kiri: Alat penangkapan ikan tradisional bernama jukbangnyeom. Tengah atas: Rombongan terlihat sedang mengamati dan melihat lebih dekat alat penangkapan ikan. Kanan: penjelasan langkah-langkah pembuatan alat untuk pertama kalinya. (Frenky Ramiro de Jesus dan Misun Jeon)


Aktivitas pertama rombongan tur setelah sampai di Namhae adalah mengunjungi jukbangnyeom. Tempat ini merupakan fasilitas pemancingan tradisional yang terbuat dari kayu oak dan anyaman bambu dengan dipasangkan jaring untuk menangkap ikan. Jukbangnyeom terletak di Selat Jijok yang memisahkan Pulau Namhaedo dan Changseondo.

Untuk mencapai alat penangkapan ikan yang berbentuk lingkaran tersebut, para rombongan harus melewati jembatan yang berbentuk huruf L. Setelah tiba di lokasi, penulis membaca langkah-langkah pembuatan alat yang dipajang di area pengamatan.

Untuk mendapatkan jukbangnyeom yang sempurna, diperlukan waktu yang lama, teknik pembuatan yang rumit, dan dedikasi yang tinggi. Terdapat sekitar 23 jukbangnyeom yang terdiri dari tiga ratus lebih kayu oak yang dipasang di selat tersebut.

Aktivitas penangkapan ikan biasanya dilakukan dari bulan Mei hingga Juli. Adapun beragam ikan yang ditangkap seperti ikan teri, ikan layur, ikan halfbeak, ikan flounder, dan flathead grey mullet.

Sebagai pengakuan atas keindahan alam selat dan nilai budaya dari pelestarian metode penangkapan ikan tradisional, kawasan ini ditetapkan sebagai Situs Pemandangan pada tahun 2010.


Sinheung Haebari dan Namhae Topia Land

Atas: terlihat para kreator konten sedang mendengarkan penjelasan dari pendiri Haebari. Pada bagian kanan atas terlihat kantong hasil isian balok pinus kecil. Bawah: penulis berfoto dengan latar belakang pemandangan laut Namhae yang indah. (Frenky Ramiro de Jesus)

Atas: terlihat para kreator konten sedang mendengarkan penjelasan dari pendiri Haebari. Pada bagian kanan atas terlihat kantong hasil isian balok pinus kecil. Bawah: penulis berfoto dengan latar belakang pemandangan laut Namhae yang indah. (Frenky Ramiro de Jesus)


Beranjak dari jukbangnyeom, para rombongan dibawa menuju Sinheung Haebari. Pada kesempatan ini, penulis berkesempatan untuk belajar metode relaksasi tradisional dengan menggunakan kayu pinus yang dibuat berbentuk balok kecil dengan aroma yang harum.

Rombongan dibagi per kelompok yang terdiri dari dua orang dan diberikan masing-masing satu kantong untuk mengisi sebanyak mungkin balok kecil kayu pinus.

Pendiri dari Haebari mengatakan bahwa metode relaksasi ini diciptakan sebagai salah satu ciri khas dari Haebari selain pertanian dan perikanan yang sudah berjalan sejak lama.

Setelah itu, rombongan berjalan menuju Namhae Topia Land yang berada di puncak gunung. Sang pendiri Haebari secara langsung menjadi pemandu untuk rombongan tur. Sesampainya ditempat tersebut, tidak saja penulis, namun semua orang terkesima dengan berbagai bentuk semak-semak yang ditata menyerupai binatang. Tempat tersebut sangatlah indah dan rapi.

Terlihat semua orang mengambil foto dan video di setiap sudut taman.

Yang paling penulis sukai adalah pemandangan indah laut Namhae yang terlihat jelas dari puncak Taman Topia. Duduk di kursi taman sambil menikmati kopi, penulis tidak sedikit pun mengalihkan pandangan dari birunya laut Namhae yang mengelilingi Pulau Changseondo.

Pada bagian atas terdapat beberapa kursi gantung yang dibuat sedemikian rupa di bawah pohon pinus yang dapat digunakan sebagai tempat beristirahat.


Festival Ikan Teri Namhae di Pelabuhan Mijo

Rangkuman foto Festival Ikan Teri Namhae. (Frenky Ramiro de Jesus)

Rangkuman foto Festival Ikan Teri Namhae. (Frenky Ramiro de Jesus)


Tepat pada jam empat sore, rombongan beralih menuju ke program utama yaitu menghadiri pembukaan Festival Ikan teri Namhae di Pelabuhan Mijo. Tahun ini merupakan perayaan ke-18 yang diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan Namhae-gun.

Mengusung tema "Membuka Cita Rasa Baru Gastronomi Namhae," festival ini bertujuan untuk mempromosikan berbagai hidangan laut dan memuaskan para wisatawan melalui kuliner Namhae yang lezat.

Adapun berbagai pertunjukan yang dapat dinikmati oleh para pengunjung antara lain adalah pertunjukan sulap bertemakan makanan laut, pertunjukan dansa, kompetisi menangkap ikan di dalam kolam buatan, serta pertunjukan nyanyi di panggung utama.

Selain atraksi, di berbagai stan terdapat pula berbagai pameran seperti buku-buku bertemakan memancing, suvenir lokal, dan jualan kemasan ikan teri kering.

Terkenal dengan kuliner hidangan lautnya, penulis mengunjungi beberapa stan untuk mencobanya. Pertama, penulis mencoba ikan teri tepung goreng. Rasanya yang renyah dengan ikan terinya yang lembut membuat penulis ketagihan untuk terus ingin mencobanya.

Berpindah ke stan lainnya, penulis pun mencoba makanan ciri khas Namhae yaitu myeolchi ssambap (ikan teri rebus) dan didampingi oleh makgeolli (alkohol fermentasi susu beras). Suatu kombinasi sempurna sambil mendengarkan lantunan musik trot Korea yang dikenal karena penggunaan ritme berulangnya.

Semua warga lokal dan peserta tur pun terlihat sangat menikmati festival ini.


German Village

240524_Namhae_4

Tampak pada foto diatas German Village yang terletak di Dogil-ro, Namhae-gun, Gyeongsangnam-do. (Frenky Ramiro de Jesus)


Destinasi pertama di hari kedua adalah German Village. Walaupun cuacanya hujan, hal ini tidak mematahkan semangat para rombongan untuk berkunjung. German Village dikenal sebagai perumahan yang dibangun oleh warga Korea yang telah pensiun sebagai penambang dan perawat di Jerman pada tahun 1960-an.

Memasuki pintu utama, penulis berasa berada di Eropa, pasalnya semua bangunan didesain begitu mirip dengan bangunan khas Eropa. Melewati alun-alun, penulis langsung menuju ke tempat pengamatan untuk melihat perumahan yang dibangun berjajar dengan kombinasi warna putih dan oranye.

Tidak hanya perumahan saja yang khas Jerman, tetapi beberapa toko dan restoran pun menjual barang dan makanan asal Jerman.


Pasar Tradisional dan Jembatan Namhae

Pasar Tradisional Namhae. (Frenky Ramiro de Jesus)

Pasar Tradisional Namhae. (Frenky Ramiro de Jesus)


Mengakhiri tur di hari kedua, rombongan mengunjungi pasar tradisional yang terletak di jantung Kota Namhae. Walaupun terlihat kecil, tetapi pasar ini menjadi tempat perbelanjaan terlaris makanan laut. Mayoritas dari penjual di pasar ini adalah para wanita lanjut usia.

Destinasi terakhir tur adalah Jembatan Namhae. Terletak di Geumnam-myeon, jembatan dengan panjang 660 meter ini menghubungkan Namhae-gun dan Hadong-gun.

Melihat jembatan ini, sekejap penulis membayangkan Jembatan Golden Gate yang terletak di Kalifornia, Amerika Serikat karena warna dan bentuknya sangat menyerupai jembatan yang menghubungkan San Francisco dengan Kota Marin ini.

Tepat di depan jembatan, terdapat museum dan kedai kopi yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Sembari menunggu waktu untuk kembali ke Seoul, penulis pun berbincang-bincang dengan salah satu K-influencer asal Pakistan, Ibadullah dan Wartawan Kehormatan asal Tajikistan, Mehrubon Qayumov.

240524_Namhae_6

Para kreator konten berfoto bersama dengan latar belakang Jembatan Namhae. (Frenky Ramiro de Jesus dan Misun Jeon)


Ibadullah mengatakan bahwa ia sangat menikmati tur ini karena semuanya terjadwal dengan sangat baik. "Semua orang yang saya temui disini sangatlah ramah dan bersahabat. Mulai dari makanan hingga pemandangan sangatlah indah hingga saya tidak berhenti untuk mengabadikan momen selama berada di Namhae. Ini merupakan perjalanan yang tak akan terlupakan," jelasnya.

Lain halnya dengan Mehrubon yang menceritakan kisahnya bertemu dengan seorang nenek di pasar tradisional Namhae. "Saya sempat berbincang dengan seorang nenek dan sangat tersentuh dengan ceritanya. Sang nenek yang berusia hampir 80 tahun ini harus menjual barang jualannya untuk mencari nafkah. Dia sangat baik dan juga meminta saya untuk mengunjungi Namhae lagi tahun depan. Saya pasti akan kembali untuk mengunjunginya dan yakin dia akan tetap mengenali saya," ujarnya.

Melalui tur ini banyak pengalaman yang penulis dapatkan. Tidak saja dapat mengeksplorasi tempat wisata baru dan mencoba keunikan kuliner serta budayanya, tetapi juga menjadi momen silaturahmi dan bertukar pengalaman antara kreator konten serta dapat mendengarkan berbagai cerita inspiratif dari rekan Wartawan Kehormatan dan K-influencer.

240524_Namhae_7

Dari kiri ke kanan: Mehrubon Qayumov, Ibadullah, dan penulis. Keduanya baru pertama kali bergabung menjadi bagian dari Wartawan Kehormatan dan K-influencer 2024. (Frenky Ramiro de Jesus)



margareth@korea.kr

*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.

konten yang terkait