Penulis: Wartawan Kehormatan Loudia Mahartika dari Indonesia
Foto: Loudia Mahartika
Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) bersama KOCCA, KOREA 360, serta Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Gadjah Mada baru saja sukses berkolaborasi di Yogyakarta. Kolaborasi ini menghasilkan "Kuliah Umum tentang Budaya Korea" di UGM. Penulis dan masyarakat umum lainnya berkesempatan untuk hadir pada hari Jumat (08/03/24) lalu.
Rangkaian kuliah umum dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama yaitu "Hallyu Kini dan Masa Depan" oleh Suray Agung Nugroho dari Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM. Sesi kedua adalah "Temu Penerjemah Buku Sastra Korea" oleh Dwita Rizki, penerjemah buku sastra Korea termasuk penerjemah novel The Vegetarian. Sesi ketiga dibawakan oleh Kim Young Soo, Direktur Korea Creative Content Agency (KOCCA) Indonesia dengan judul "Hallyu in the World, the Leader of the Creative Economy (Focusing on the case of Korea 360)."
Sebelum penyampaian materi dimulai, acara dibuka dengan sambutan Direktur KCCI Kim Yong Woon. Ia menyampaikan antusiasme masyarakat untuk budaya Korea di Yogyakarta, termasuk K-culture, K-food, K-drama, dan K-beauty. Hal tersebut yang membuat acara ini digelar di Yogyakarta.
Usai sambutan, acara dilanjutkan dengan penampilan samullori oleh mahasiswa prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM. Samullori adalah permainan alat musik perkusi tradisional Korea.
Para pemain tampak mengenakan baju tradisional Korea. Mereka memainkan perkusi dengan dinamis, energik, dan cepat. Menurut sejarah, permainan alat musik itu dianggap merepresentasikan sifat orang Korea.
Pembicara pertama adalah oleh Suray Agung Nugroho dari Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM. Ia menyampaikan materi bertajuk "Hallyu Kini dan Masa Depan."
Dosen dari Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea UGM ini juga menjelaskan jika hallyu kini telah merambah di seluruh dunia, bahkan hingga ke Amerika Serikat yang dikenal sebagai pusat pasar global.
Meski begitu, ia enggan menyebut jika hallyu sudah berada di 'puncak'. Ia yakin akan ada fenomena baru, seperti misalnya penggunaan metamesta untuk promosi budaya Korea.
Pembicara kedua adalah Dwita Rizki. ia menjelaskan bahwa menjadi penerjemah harus bisa mengklasifikasi kesulitan menerjemahkan buku. Tingkat kesulitan penerjemahan berbeda-beda tergantung isi dan jenis buku, misalnya komik dan webtun bisa dianggap cukup ringan. Novel bergenre fantasi berada di level menengah, sedangkan novel sastra atau buku bertema khusus memiliki tingkat kesulitan penerjemahan yang cukup berat.
Pembicara terakhir adalah Kim Young Soo, Direktur Korea Creative Content Agency (KOCCA). Ia menyampaikan bahwa KOCCA yang didirikan sejak 2009 telah menjadi wadah para konten kreator untuk memperkenalkan budaya Korea. K-content tersebut mencakup bidang penyiaran, video permainan, musik, mode, animasi, karakter, komik, dan teknologi.
Kim Young Soo juga memperkenalkan KOREA 360 sebagai one stop Korean experience yang menarik bagi masyarakat untuk mengenal budaya Korea. Lewat KOREA 360, para peminat bisa merasakan wisata, budaya, kuliner, konten, kehidupan, and gaya hidup Korea dengan cara yang baru dan menyenangkan.
Acara semakin seru dengan adanya kuis untuk para peserta yang hadir setelah semua materi kuliah umum disampaikan. Beberapa pemenang berhasil mendapatkan hadiah menarik dari KCCI dan KOCCA.
Di penghujung kuliah umum, ON THE K:O ditayangkan. Lewat layar besar, para peserta bisa meyaksikan beberapa penampilan dari grup favorit, seperti SECRET NUMBER, ONF, THE BOYZ, dan SHINee Taemin.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.