Penulis: Wartawan Kehormatan Frenky Ramiro de Jesus dari Timor-Leste
Foto: Frenky Ramiro de Jesus
Tanggal 1 Maret merupakan hari yang bersejarah bagi Korea. Tepat pada hari itu 105 tahun yang lalu, lebih dari dua juta warga Korea berbondong-bondong turun ke jalanan untuk melakukan aksi unjuk rasa secara damai melawan kolonialisme Jepang. Demi memperjuangkan kemerdekaan, tidak sedikit yang meninggal dan terluka pada saat itu.
Untuk mengenang perjuangan tersebut, tanggal 1 Maret di Korea diberi nama Hari Gerakan Kemerdekaan atau Hari Gerakan Satu Maret dan ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Memperingati hari bersejarah ini, banyak kegiatan yang dilakukan oleh warga Korea, seperti mengikuti pawai bersama, mengunjungi tempat-tempat bersejarah, serta menyaksikan pertunjukan musik dan teater.
Di hari libur itu, penulis mengunjungi salah satu tempat bersejarah di Kota Daegu yang dikenal dengan nama Jalan Gerakan Kemerdekaan Satu Maret yang terletak di daerah Jung-gu. Jalan ini merupakan tempat yang digunakan oleh para pelajar saat itu untuk berkumpul dan mengikuti Gerakan Kemerdekaan Satu Maret pada tanggal 8 Maret 1919.
Tepat berada di Bukit Cheongna, gang ini menghubungi tempat tinggal para misionaris dari Amerika Serikat pada abad ke-19 dengan jalan utama menuju jalur Jalan Kebudayaan Modern.
Sepanjang Jalan Gerakan Kemerdekaan Satu Maret ini para pengunjung dapat melihat berbagai pajangan foto sejarah dari akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, seperti berdirinya gedung Ikatan Anak Muda Kristen (YMCA) Gyonam yang didirikan oleh Lee Manjip dan kawan-kawan serta beberapa foto unjuk rasa pada masa itu.
Gedung YMCA Gyonam selesai dibangun pada tahun 1914 dan merupakan tempat bersejarah yang digunakan oleh para pemimpin masyarakat setempat untuk mengadakan beberapa pertemuan penting, termasuk persiapan dan pelaksanaan gerakan kemerdekaan pada tahun 1919.
Pada tanggal 24 Februari 1919, Lee Gapseong yang merupakan salah satu dari 33 orang yang menandatangani Proklamasi Kemerdekaan 1 Maret, membawa surat perintah rahasia beserta surat susunan deklarasi kemerdekaan dari Seoul yang ditujukan kepada pemimpin gerakan kemerdekaan di Daegu.
Setelah menerima surat tersebut, pertemuan pun dilakukan secara rahasia dan dipimpin oleh Lee Manjip, Kim Taeryeon, dan Baek Namchae di Gereja Jeil Daegu. Tujuan dari pertemuan itu adalah untuk mendiskusikan persiapan dan pelaksaan unjuk rasa gerakan kemerdekaan pada tanggal 8 Maret 1919.
Berbagai persiapan dilakukan seperti memperbanyak surat proklamasi kemerdekaan dan bendera Korea, serta menggerakan massa untuk unjuk rasa tersebut.
Unjuk rasa tersebut didominasi oleh para pelajar dengan partisipasi sekitar lebih dari seribu orang dari Sekolah Gobo Daegu, Keisung, dan Sinyeong. Banyak dari mereka berkumpul di Bukit Cheongna untuk menghindari patroli polisi agar dapat mengikuti gerakan kemerdekaan tersebut. Sebagian lagi menyamar sebagai penjual di pintu pasar bagian barat yang sekarang dikenal dengan nama Pasar Seomun.
Proklamasi Kemerdekaan dibacakan oleh Lee Manjip yang merupakan ketua pendiri YMCA Gyongnam. Pada unjuk rasa tersebut, para pemimpin ditahan, disiksa, dan dimasukkan kedalam penjara oleh tantara militer Jepang. Semua siswa yang berpartisipasi juga dimasukkan ke dalam penjara selama enam bulan hingga satu tahun.
Setelah mengunjungi Jalan Gerakan Kemerdekaan Satu Maret, penulis pun mengunjungi gedung YMCA Gyonam yang berada di Namseong-ro, Jung-gu.
Selain sebagai tempat pertemuan persiapan gerakan kemerdekaan satu Maret, gedung YMCA Gyonam pun berfungsi sebagai tempat berbagai pertemuan oleh umat Kristen pada saat itu. Pertemuan yang dilakukan termasuk gerakan promosi produk Korea yang dikenal dengan nama Mulsan Jangnyeo Undong, gerakan rekonstruksi pedesaan umat Kristen, dan gerakan Ikatan Singanhoe.
Berhadapan dengan gedung YMCA Gyonam, terdapat Gereja Jeil Daegu yang digunakan sebagai tempat pertemuan para pemimpin gerakan kemerdekaan.
Selama sekitar dua jam lebih menelusuri tempat bersejarah ini, penulis dapat mengenal dan belajar sejarah warga Daegu dalam memperjuangkan kemerdekaan Korea. Dari sejarah tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan suatu kemerdekaan bukanlah hal yang mudah. Diperlukan kerja keras dan pengorbanan untuk bisa mendapatkannya..
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.