Penulis: Wartawan Kehormatan Chrismanto Pangihutan Purba dari Indonesia
Foto: Chrismanto Pangihutan Purba
"Dear Chrismanto. Hi! How are you! I was very happy to receive your name and address from I.P.F . My name is Jung-a Kim. I am 17 years old and my birthday on January 26, 1977." (Jung a-kim, 6 Mei 1994)
Sekarang, penulis telah menemukan suratnya. Jung-a Kim adalah perempuan Korea pertama yang penulis kenal. Seorang sahabat pena. Dari dialah penulis mengenal Korea dalam momen hidup keseharian. Surat itu dikirim oleh Jung-a Kim pada tanggal 6 Mei 1994 sehingga surat tersebut telah berusia hampir 30 tahun.
Waktu itu, usia penulis masih 19 tahun, sedangkan Jung-a Kim 17 tahun. Pada situasi kala itu, Indonesia, Korea maupun dunia belum seperti saat ini. Belum ada masa-masa Internet of Things (IoT), termasuk dengan beragam aplikasi sosial media seperti saat ini. Dunia belum berputar sangat cepat. Bahkan, istilah globalisasi pun masih sayup-sayup terdengar. Jarak dan waktu sepertinya masih terbentang luas. Salah satu cara komunikasi adalah melalui tulisan, dilakukan dengan cara korespondensi. Surat-menyurat. Semua dimulai dengan menulis surat, mengirimkan, menunggu kiriman balasan, dan membalas kembali surat yang telah diterima. Proses itu membutuhkan waktu yang tidak singkat. Terutama bila kita menunggu datangnya surat balasan. Rasanya, lama sekali. Syukur-syukur bila surat kita dibalas, semoga kita juga tidak salah menuliskan alamat. Penulis sendiri tak begitu ingat, pada tanggal berapa penulis menerima surat dari Jung-a Kim. Bisa saja, sebulan setelahnya, bulan Juni 1994, atau lebih lama lagi. Situasi dan teknologi pada saat itu, sangat berbeda.
Surat Jung-a Kim. (1994)
Pada saat Jung-a Kim mengirimkan surat pertamanya, saat itu penulis menjadi anggota sebuah lembaga korespondensi internasional, namanya International Pen Friends (IPF) yang berkantor pusat di Dublin, Irlandia. Sebuah lembaga untuk wadah komunitas sahabat pena international. Keanggotaan ini berbayar dan dapat diperpanjang setiap tahunnya. Seorang teman sekolah dan tetangga di lingkungan rumah, menyarankan penulis agar mendaftar sebagai anggota. Penulis pun tertarik dan mengisi formulir, serta memilih negara-negara dari sahabat pena yang penulis inginkan.
Setelah menjadi anggota, penulis pun mendapat kiriman surat dari negara-negara yang telah penulis pilih. Selain itu, penulis juga menerima surat dari negara lainnya. Pada formulir IPF, penulis memang menuliskan bersedia bila ada anggota lainnnya ingin memiliki sahabat pena dari Indonesia. Penulis pun ingat pernah menerima surat dari Prancis, Swedia, Ukrania, Slovenia, Kroasia, Srilanka, India, Taiwan, dan Korea. Sebagian besar dari sahabat pena menyatakan, "Pasti menyenangkan tinggal di Indonesia, pulau-pulaunya banyak, sampai ribuan. Mataharinya cerah. Pasti kamu tidak pernah bosan tinggal di Indonesia"
Pada tahun 2023, penulis terpilih sebagai Wartawan Kehormatan Korea 2023 dari Dinas Kebudayaan dan Informasi Korea (KOCIS) di bawah naungan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea. Penulis pun kembali mengingat pernah memiliki sahabat pena dari Korea pada tahun 1990-an. Namun, saat itu penulis belum menemukan suratnya:
"Sahabat pena dari Korea, seorang perempuan seusia saya. Saya cukup rutin menulis surat, menceritakan keluarga masing-masing, sampai bertukar foto satu sama lain. Misalnya, bila ada keluarga yang ulang tahun, apa saja acara yang dilakukan, berdoa, makan bersama. dan lainnya. Saya pun sering menanyakan tentang Korea yang tertulis di
Buku Pintar. Dari surat-menyurat inilah saya semakin mengenal Korea. Sampai suatu ketika, saya pindah rumah dari satu kota ke kota lainnya, dari satu pulau ke pulau lainnya. Saya ingat membawa semua surat-surat dari sahabat pena, tetapi masih mencari suratnya dan mencoba menemukan namanya di media sosial. Melalui dialah saya mengenal kekeluargaan dan masyarakat Korea."
Pada Agustus 2023, akhirnya penulis menemukan surat pertama dari Jung-a Kim. Pada surat pertamanya, Jung-a Kim menulis bahwa ia berasal dari keluarga sederhana. Kakaknya seorang perempuan dan ia juga memiliki adik laki-laki. Orang tuanya bekerja di perusahaan penyedia makanan (katering). Usia kami berdua memang tak terpaut jauh, hanya berbeda dua tahun. Kami berdua dilahirkan pada tahun 1970-an, penulis lahir pada tahun 1975, sedangkan Jung-a Kim dilahirkan pada tahun 1977.
Penulis ingat, sebelum menerima surat ini, Korea yang penulis ketahui sebatas sebagai negara yang merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945. Cukup mudah mengingatnya karena hanya 2 hari sebelum Indonesia merdeka. Ibu kotanya Seoul dan presiden pada saat itu adalah Roh Tae-woo.
Membaca kembali suratnya ternyata mengembalikan ingatan ketika melakukan korespondensi pada waktu itu. Pada tahun 1994, penulis masih sekolah di jenjang SMA. Tahun 1994 adalah masa-masa penulis mempersiapkan ujian akhir kelulusan sekolah dan mengikuti bimbingan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) di Medan. Pada situasi itulah, penulis menerima surat dari Jung-a Kim. Surat pertama darinya sudah penulis kirim balasannya. Namun, setelah itu penulis pindah ke Jakarta untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi.
(bersambung)
sofiakim218@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.