Penulis: Wartawan Kehormatan Rizka Anjani dari Indonesia
Pada Minggu, 21 Mei 2023, penulis berpartisipasi dalam kegiatan Language Exchange Meetup yang diselenggarakan oleh Polyglot Indonesia Chapter Bandung di Coffee Toffee Bandung Siliwangi. Polyglot Indonesia Chapter Bandung adalah salah satu cabang dari komunitas terkait bahasa dan budaya yang bernama Polyglot Indonesia. Meetup merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap satu atau dua bulan sekali dengan topik diskusi yang berbeda di tiap pertemuannya. Para partisipan berasal dari anggota PI maupun khalayak umum, tetapi PI Bandung biasanya melaksanakan Meetup hanya untuk para anggota. Penulis sendiri bergabung sebagai anggota sejak tahun 2020.
Pada pertemuan ini, topik utama yang dipilih adalah “How is it going?” atau “Bagaimana kabar kalian?” karena PI Bandung sudah lama tidak mengadakan pertemuan reguler. Para anggota harus memilih satu meja bahasa atau language table lalu berkomunikasi dengan bahasa tersebut selama acara berlangsung. Pemilihan satu bahasa untuk digunakan bertujuan agar para partisipan dapat fokus melatih bahasa tersebut. Bahasa yang dipilih dapat sama atau berbeda di pertemuan berikutnya.
Acara dimulai dengan perkenalan para partisipan dalam bahasa Inggris dan bahasa yang dikuasai. Setelah sesi berakhir, penulis dan empat teman yang berbahasa Korea mulai mendiskusikan topik yang diberikan. Hal ini agak sulit dilakukan mengingat kami tidak boleh menggunakan bahasa asing lain dan belum terlalu mahir berbahasa Korea. Penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa lokal juga dilarang. Apabila kami mengucapkan satu kata di luar bahasa Korea, maka akan diberi hukuman atau fun-ishment (permainan kata dari fun yang berarti seru dan punishment yang berarti hukuman) di akhir acara. Ketua di setiap meja bahasa bertugas mengawasi dan mencatat orang yang melanggar aturan, lalu menentukan hukuman.
Meskipun sudah lama tidak berbahasa Korea, kami saling membantu dengan berbagi kosakata yang diketahui. Misalnya, penulis mendapatkan kosakata baru, yaitu daehwa (berdialog) dan gyeolgwa (hasil). Penulis juga membagi kosakata ajeom (istilah slang bermakna sarapan siang) yang baru dipelajari berkat membaca webzine KOREA. Secara keseluruhan, kosakata yang digunakan berkaitan dengan kabar, pekerjaan, minat, dan perjalanan mempelajari bahasa karena topik utama diskusi dibagi lagi ke dalam tujuh pertanyaan terkait hal tersebut. Saat membahas aktivitas yang dilakukan, kami sempat salah paham dengan teman yang bekerja sebagai wedding organizer dan malah antusias mengucapkan selamat karena menganggapnya akan menikah. Hal ini disebabkan kami hanya mengenali kata gyeolhon (pernikahan) dari ucapan teman kami itu. Untungnya, kesalahpahaman tersebut tidak berlangsung lama.
Setelah diskusi selesai, tiap meja bahasa mempresentasikan hasilnya menggunakan bahasa Inggris dan bahasa yang dipilih. Pada pertemuan ini terdapat tujuh meja bahasa, yaitu bahasa Inggris, bahasa Korea, bahasa Jepang, bahasa Jerman, bahasa Spanyol, bahasa Turki, dan bahasa Rusia. Saat menyampaikan hasil diskusi, penulis sempat melakukan kesalahan karena gugup, tetapi tetap melanjutkan presentasi setelah mengoreksinya. Teman-teman yang berbahasa Korea juga ikut presentasi. Dari topik yang diberikan, kami menyimpulkan bahwa kehidupan kami berjalan biasa saja dan ada momen-momen di mana kami merasa gugup seperti saat menghadiri Meetup yang diikuti banyak orang. Terkait minat belajar bahasa terutama bahasa Korea, kami menyebutkan berbagai hal yang menjadi alasan mempelajarinya seperti budaya, drama, makanan, dan musik Korea. Kami juga menjelaskan kalimat terkait menanyakan kabar termasuk penggunaan jondaemal (bentuk formal atau kesopanan) dan banmal (bentuk informal atau akrab). Selain melakukan presentasi, kami juga memperhatikan presentasi diskusi dari meja bahasa lain.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi fun-ishment, salah satu hukumannya adalah melakukan tantangan lagu “Kawaikute Gomen” yang terkenal di media sosial. Lalu ada sesi foto bersama dan mengucapkan yel-yel PI Bandung yang dipandu satu orang. Saat pemandu menyerukan “Polyglot Indonesia” sisanya akan menanggapi dengan seruan “Speak Up!” Untuk PI Bandung, yel-yel ditambahkan dengan seruan “PI Bandung” yang disambung seruan “Maungkeun!” sambil kedua tangan berpose bak cakar harimau (bermakna maung dalam bahasa Sunda). Acara diakhiri dengan pengumuman terkait Meetup selanjutnya.
Penulis merasa senang dapat berpartisipasi dalam kegiatan Meetup ini. Berkat PI, penulis dapat bertemu orang-orang dengan minat yang sama dan melatih kemampuan berbahasa, misalnya bahasa Korea. Sebagai pembelajar yang belum mahir, penulis cukup kesulitan saat berdiskusi dengan bahasa Korea sepenuhnya namun suasana suportif yang diciptakan para anggota PI membantu penulis dan anggota lainnya tetap percaya diri melatih dan mengembangkan kemampuan berbahasa.
margareth@korea.kr
*Artikel ini ditulis oleh Wartawan Kehormatan Korea.net. Wartawan Kehormatan merupakan komunitas masyarakat dunia yang menyukai Korea dan membagikan minat mereka terhadap Korea dalam bentuk tulisan.