Dalam rangka memperingati Hari Dokdo yang jatuh pada tanggal 25 Oktober, Northeast Asian History Foundation mengundang Wartawan Kehormatan Korea.net untuk mengunjungi Ulleungdo dan Dokdo pada tanggal 1-4 November. Pulau Dokdo pertama kali ditetapkan sebagai bagian dari Ulleungdo oleh Kaisar Gojong pada tanggal 25 Oktober 1900 melalui Keputusan Kekaisaran No.41. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Dokdo pada tahun 2000 oleh organisasi swasta, A Party for Dokdo Protection.
Dokdo berada di ujung paling timur Korea Selatan. Ulleungdo merupakan pulau gunung berapi yang berada 87,4 km barat laut Dokdo. Ulleungdo mulai populer saat pandemi Covid-19 karena pariwisata bersih. Bahkan, jumlah wisatawan pada tahun ini sudah memecahkan rekor. Jumlah wisatawan dari bulan Januari hingga Oktober sudah mencapai 430.423 orang per 31 Oktober. Sebelumnya, rekor wisatawan 'hanya' mencapai 415.180 orang pada tahun 2013.
Kunjungan ke Ulleungdo dan Dokdo kali ini diikuti oleh tujuh orang Wartawan Kehormatan yang berasal dari tujuh negara, yaitu Amerika Serikat, Vietnam, Filipina, Ukraina, Kazakhstan, Pakistan, dan Iran. Korea.net dan Wartawan Kehormatan menyimpan keindahan Ulleungdo dan Dokdo yang kami nikmati selama empat hari dalam foto-foto berikut ini.
NEW SHIDAO PEARL yang sedang berlabuh pada tanggal 1 November di Pelabuhan Yeongil, Kota Pohang, Provinsi Gyeongsang Utara. Kapal seberat 19.988 ton ini bisa membawa 1.200 orang penumpang dari dan ke Pohang dan Ulleungdo. Kapal ini berangkat sekali sehari, jam 23:50 dari Pohang dan 12:30 dari Ulleungdo. Biayanya mulai dari 66.500 won per orang untuk kamar yang bisa diisi banyak orang, hingga 803.000 won untuk royal sweet room (harga dua orang).Terdapat total tiga kapal penumpang yang menghubungkan Pohang dan Ulleungdo dalam sehari, termasuk kapal ini. Saat menaiki kapal, penumpang harus menunjukkan kartu identitas. Korea.net dan Wartawan Kehormatan menaiki KTX dari Stasiun Seoul pada tanggal 1 November sore selama 2,5 jam hingga tiba di Stasiun Pohang. (Kim Seon Ah)
Wartawan Kehormatan terlihat sedang turun dari kapal di Pelabuhan Sadong, Ulleungdo pada jam 06.50 tanggal 2 November. (Kim Seon Ah)
Setelah tiba di Pelabuhan Sadong pada tanggal 2 November, Wartawan Kehormatan asal Ukraina, Iuliia Mogylko-Song terlihat sedang menikmati sarapan pagi di restoran dekat pelabuhan. Menu makanan pagi itu adalah sanchae bibimbap, atau nasi campur yang menggunakan sayuran yang tumbuh liar. Menu ini merupakan menu terkenal di Ulleungdo dan terdiri dari berbagai sayuran seperti Erysimum amurense, pakis, dan Aruncus dioicus yang hanya tumbuh di Ulleungdo. Aruncus dioicus yang tumbuh di Ulleungdo memiliki aroma yang khas dan mulai mengeluarkan pucuknya pada awal musim semi, setelah pulau ini diselimuti salju pada musim dingin. (Kim Seon Ah)
Batu Geobuk yang berada di Seo-myeon, Ulleungdo. Pengunjung bisa melihat seakan-akan ada 6-9 ekor kura-kura yang menaiki dan menuruni batu ini, sehingga batu ini disebut geobuk, atau kura-kura dalam bahasa Korea. (Kim Seon Ah)
Wartawan Kehormatan terlihat sedang berjalan di jalur pejalan kaki pinggir pantai yang terletak di Seo-myeon, Ulleungdo. Jalur ini didirikan persis di pinggir pantai dan memiliki panjang 637 meter. (Kang Haeeun)
Peneliti Northeast Asian History Foundation, Hong Seung Keun (pertama dari kiri) sedang menjelaskan mengenai Garnisun Relawan Dokdo kepada Wartawan Kehormatan di Dokdo Volunteer Forces Memorial Hall yang terletak di Buk-myeon, Ulleung-gun. Hong merupakan pakar Dokdo kelahiran Ulleungdo. Hong Sun-chil (1929-1986) yang merupakan mantan kepala Garnisun Relawan Dokdo pada tahun 1950-an adalah paman kandung Hong. (Kim Seon Ah)
Pada sudut 'Pertarungan 3 Tahun 8 Bulan' di lantai satu Dokdo Volunteer Forces Memorial Hall, digambarkan bagaimana para Garnisun Relawan Dokdo menjalani hidup mereka. Mereka berhasil menjaga Dokdo selama hampir empat tahun, mulai dari bulan April 1953 hingga Desember 1956. Setelah krisis tersebut selesai, mereka bekerja sebagai polisi. Foto di atas menunjukkan miniatur boneka yang menggambarkan cara Garnisun Relawan Dokdo menjalani hidup mereka di Dokdo. (Kim Seon Ah)
Pelabuhan Dodong yang dipotret pada tanggal 2 November jam 4 sore. Terlihat ada beberapa restoran dan toko suvenir, serta lembaga pemerintahan utama di sekitar pelabuhan. Foto di atas menunjukkan Pelabuhan Dodong dari atas jembatan menuju alun-alun pertemuan. (Kim Seon Ah)
Kapal Sea Star No. 11 yang sedang menunggu penumpang di Pelabuhan Sadong untuk pergi ke Dokdo pada tanggal 3 November jam 7 pagi. Perjalanan dari Ulleungdo ke Dokdo memakan waktu 1 jam 10 menit. Biaya perjalanan pulang pergi untuk orang biasa adalah 60.000 (kursi biasa) dan 66.000 (kursi eksekutif). Namun, ada biaya tambahan sebesar 10% pada akhir pekan atau tanggal merah. Kapal ini bisa berangkat 1-3 kali sehari, tergantung pada kondisi cuaca. (Kim Seon Ah)
Wartawan Kehormatan berpose dengan membentuk hati pada jari tangannya dan terlihat sangat menanti perjalanan menuju Dokdo. Foto dipotret di atas kapal pada tanggal 3 November jam 07:20. Dari kiri ke kanan Khan Muhammad Waqus dari Pakistan, Olga Kim dari Kazakhstan, dan Iuliia Mogylko-Song dari Ukraina. (Kim Seon Ah)
Wartawan Kehormatan Korea.net dan peneliti Northeast Asian History Foundation berfoto bersama setelah tiba di Dokdo pada tanggal 3 November jam 08:50. Perairan di antara Ulleungdo dan Dokdo memiliki ombak yang tinggi dan angin yang bertiup kencang sehingga Dokdo hanya bisa dikunjungi selama 40-45 hari saja dalam setahun. (Oh Hyunggun, Center Tour)
Wartawan Kehormatan sedang mendengarkan penjelasan dari kurator Museum Dokdo pada sore hari tanggal 3 November. Museum Dokdo terdiri dari empat ruang pameran yang menampilkan sejarah dan aktivitas penjagaan Dokdo. (Kim Seon Ah)
Pemandangan matahari tenggelam yang dipotret di atas kapal saat berjalan menuju Pohang pada tanggal 4 November. Farnaz Pirasteh yang berasal dari Iran berkata, "Semua pemandangannya indah. Saya sudah memperkirakan bahwa semuanya akan sangat indah, akan tetapi perjalanan ke Dokdo dan Ulleungdo ini lebih baik dari yang saya harapkan." Dao Le Dung yang berasal dari Vietnam menambahkan, "Saya jadi tahu lebih banyak mengenai Korea." (Kim Seon Ah)
sofiakim218@korea.kr