Tempat pembuatan minuman beralkohol bernama Soolawon yang terletak di Kota Yeoju, Provinsi Gyeonggi.
Oleh Min Yea-ji Foto : Kim Sunjoo
Video : Lee Jun Young
Kota Yeoju, Provinsi Gyeonggi
"Kami ingin mengembangkan minuman beralkohol yang bisa bertahan hingga 100-200 tahun ke depan. Kami tidak hanya mempertahankan tradisi yang sudah ada kemudian menurunkannya kepada generasi berikutnya, kami juga mencoba berbagai hal baru."
Hal tersebut diucapkan oleh Direktur Soolawon, Kang Jin Hee. Ia berhasil menghidupkan kembali gwahaju (minuman beralkohol herbal yang dicampur dengan soju), yang tadinya hanya bisa kita baca di dalam dokumen-dokumen sejarah.
Gwahaju dibuat dengan memberikan minuman beralkohol yang memiliki kadar alkohol yang tinggi ke makgeolli atau minuman beralkohol herbal. Hal ini bertujuan agar minuman tersebut bisa bertahan dan tidak rusak selama musim panas. Walaupun gwahaju memiliki kadar alkohol yang tinggi, rasanya cukup manis.
Saat Korea.net mengunjungi Soolawon, kami langsung tertarik melihat atap kemerahan dan gedung bernuansa Laut Mediterania. Saat melewati parkiran, terdapat ruangan di mana pengunjung bisa mencoba salah satu proses pembuatan minuman beralkohol dan mencicipinya. Di sebelahnya ada gedung dua lantai. Lantai pertama merupakan tempat untuk membuat minuman beralkohol dan lantai kedua merupakan laboratorium untuk menciptakan resep minuman beralkohol baru.
Kang tidak terlahir sebagai anak dari pemilik tempat pembuatan minuman beralkohol ataupun dari keluarga yang memiliki tradisi untuk membuat minuman beralkohol. Ia hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang menyukai alkohol. Ia lalu mempelajari cara untuk membuat minuman berakohol dan membuka tempat pembuatannya agar bisa membagikan pengetahuan tersebut kepada orang lain.
"Sayang sekali banyak jenis minuman beralkohol tradisional kita yang hilang. Oleh karena itu, saya mencoba menghidupkan kembali gwahaju yang dulu hilang dimakan oleh waktu. Saya membuat tempat ini karena ingin menghidupkan minuman-minuman yang sekarang hanya ada di dokumen-dokumen sejarah."
Foto di atas menunjukkan gwahaju, soju, bokbunja yakju, dan makgeolli yang diproduksi oleh Soolawon di Kota Yeoju, Provinsi Gyeonggi. Bokbunja yakju tidak memiliki kadar alkohol yang tinggi dan sulit untuk difermentasikan. Oleh karena itu Soolawon memilih untuk memfermentasikan beras telebih dahulu sebelum mencampurnya dengan tumbukan bokbunja (rasberi Korea).
Pasar minuman beralkohol Korea sempat dibuat heboh dengan peluncuran Won Soju. Ada seorang pakar soju yang merupakan guru Direktur Won Spirits, Jay Park. Ia adalah Kim Won-ho yang merupakan direktur Mowall, tempat pembuatan minuman beralkohol di Wonju, Provinsi Gangwon.
Soju yang dibuat oleh Mowall mendapatkan penghargaan presiden pada tahun 2020. Soju tersebut sangat istimewa karena dibuat dari beras khas Wonju bernama totomi yang harganya sepuluh kali lipat dari tapioka impor yang biasa dipakai dalam pembuatan soju pada umumnya.
Kim sebelumnya bekerja selama 20 tahun lebih sebagai seorang teknisi di sebuah perusahaan besar. Ia membuat sebuah tempat pembuatan minuman beralkohol pada tahun 2014 di kampung halamannya, Wonju.
Ia berkata, "Saya menggunakan teknologi fermentasi beras yang dikembangkan oleh Institut Nasional Korea untuk Teknologi Pangan. Kami juga menggunakan ragi tapai yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Makanan Korea. Oleh karena itu kami bisa mengurangi waktu fermentasi sekaligus menjaga kualitas rasa agar sesuai dengan standar yang ada."
Kim lalu melanjutkan caranya untuk menghilangkan bau ragi tapai yang muncul, "Setelah menyelesaikan proses pertama pembuatan minuman beralkohol, kami memulai proses kedua dalam pengolahannya. Kami mengecek terlebih dahulu jumlah mikoorganisme dalam proses pematangan ragi yang telah terbentuk. Jika masih sedikit, kami tambahkan ragi tapai kembali. Sebaliknya, jika bakterinya sudah banyak, maka kami tambahkan sedikit saja ragi. Oleh karena itu, kami selalu bisa mengatur jumlah ragi dan mikroorganisme dalam adonan."
Mowall In adalah minuman beralkohol produksi Mowall yang mendapatkan Penghargaan Presiden Tahun 2020 untuk kategori "Minuman Beralkohol Korea." (tangkapan layar situs resmi Mowall)
Di dalam pasar minuman beralkohol Korea, tidak sedikit orang seperti Kang maupun Kim yang awalnya menyukai minuman beralkohol, lalu terjun ke dalam dunia pembuatan minuman beralkohol. Mereka biasanya tidak terikat dengan cara pembuatan minuman beralkohol tradisional, melainkan mencoba berbagai cara untuk membuat minuman beralkohol baru dengan menggunakan hasil pertanian dari berbagai daerah di Korea.
Berbagai lembaga swasta di Korea membuka pelatihan pembuatan minuman beralkohol sejak tahun 2010, seperti Korea Studio Sool, Korea Liquor Lab, Susubori Academy, dan Makgeolli School. Siswa siswi lulusannya sudah memproduksi minuman beralkohol sendiri.
Mereka membuka tempat pembuatan minuman beralkohol yang berbeda dengan pendahulunya dengan tujuan untuk memproduksi minuman beralkohol berkualitas tinggi dengan menggunakan bahan berkualitas baik, tanpa melupakan dasar-dasar pembuatan minuman beralkohol tradisional. Inilah yang saat ini disebut sebagai 'Tempat Pembuatan Minuman Beralkohol Tradisional Premium.'
Para pengrajin minuman beralkohol tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat minuman beralkohol khas Korea yang berkualitas tinggi. Akan tetapi bahan yang digunakan, cara produksi beras, serta cara fermentasi mereka berbeda-beda sehingga minuman beralkohol yang dihasilkan sangat bervariasi.
Hal ini membuat perubahan besar pada pasar minuman beralkohol tradisional Korea. Saat ini berbagai merek minuman beralkohol yang sedang populer di kalangan pecinta minuman beralkohol diproduksi oleh para pengrajin tersebut. Beberapa merek tersebut antara lain adalah Pungjeongsagye, Cheonbihyang, Soolawon, Mowall, dan Mir.
Para pakar minuman beralkohol pun sudah mengakui keunggulan minuman beralkohol premium ini. Bahkan Pungjeongsagye Chun (2021), Mowall In (2020), dan Mir 40 (2018) telah mendapatkan Penghargaan Presiden pada Korean Sool Awards yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian, Pangan, dan Peternakan bersama dengan Korea Agro-Fisheries and Food Trade Corp.
Pungjeongsagye Chun yang mendapatkan Penghargaan Presiden pada Korean Sool Awards pada tahun 2021. (Tangkapan layar Facebook Pungjeongsagye)
Minuman beralkohol pertama Korea yang terbuat dari madu lebah, Honey Moon Wine, juga telah terpilih sebagai minuman pendamping makan malam pada saat Presiden Yoon Suk Yeol dilantik.
Minuman yang terpilih sebagai minuman untuk menyulang pada KTT Korsel-AS Mei lalu adalah Omy Rose, wine pertama di dunia yang terbuat dari omija (beri Korea). Minuman beralkohol tradisional Korea tidak dibuat melalui fermentasi di dalam tong ek, sehingga minuman ini dianggap sebagai penemuan baru.
Minuman yang terpilih untuk menyulang pada 2012 Nuclear Security Summit dan Makan Malam Bersama Para Diplomat di Cheong Wa Dae tahun 2013 adalah Boksoondoga Rice Wine. Minuman ini sangat populer di kalangan anak muda saat ini dan disebut-sebut sebagai champagne makgeolli.
Boksoondaga dibuat dengan ragi tapai yang dibuat sendiri lalu difermentasikan dalam waktu yang lama di dalam tempayan tradisional Korea. Soda alami yang muncul pada proses fermentasi inilah yang membuatnya menjadi tersasa seperti sampanye. Bahkan ungkapan sparkling makgeolli muncul berkat Boksoondaga.
Minuman beralkohol yang digunakan untuk menyulang pada KTT Korsel-AS pada 21 Mei lalu adalah Omy Rose yang terbuat dari omija dan diproduksi oleh Omy Nara yang terletak di Mungyeong, Provinsi Gyeongsang Utara. (Kantor Kepresidenan ke-20)
Menurut "Laporan Tren Pasar Minuman Beralkohol Tahun 2021" yang diterbitkan Kementerian Pertanian, Pangan, dan Peternakan, jumlah penjualan minuman beralkohol turun dari 9,2 triliun won pada tahun 2017 menjadi 8,8 triliun won pada tahun 2020. Akan tetapi, penjualan minuman beralkohol tradisional Korsel meningkat dari 40 miliar won pada tahun 2017 menjadi 62,7 miliar won pada tahun 2020.
Menurut analisis laporan tersebut, "Minuman beralkohol Korea memiliki daya saing yang cukup kuat. Peluang pasar minuman beralkohol tradisional premium Korea masih sangat besar."
Direktur Korea Studio Sool, Bak Rok-dam, mengatakan, "Saat ini semakin banyak anak muda berusia 20-30an tahun yang belajar mengenai cara pembuatan minuman beralkohol tradisional secara sistematis. Saya percaya bahwa 10-20 tahun lagi pasar minuman beralkohol tradisional Korea akan semakin berkembang."