Oleh Min Yea-Ji dan Yoon Hee Young
Foto: Kim Sunjoo
Video: Lee Jun Young
Gangneung, Provinsi Gangwon-do, dan Pulau Jeju
Saat masuk ke dalam ruangan, terlihat kasau di langit-langit serta atap berbentuk khas hanok, rumah tradisional Korea. Dinding ruangan terbuat dari semen yang terasa kasar saat dipegang. Yang terlihat dari kaca jendela adalah alat untuk membuat bir dan juga drum yang terbuat dari kayu ek. Ini adalah pemandangan yang bisa dilihat pengunjung di Budnamu Brewery, Kota Gangneung, Provinsi Gangwon-do.
Budnamu Brewery baru pertama kali dibuka pada September 2015. Sebelum menjadi tempat pembuatan bir, tempat ini adalah sebuah pabrik pembuatan takju (minuman beralkohol kental) dari tahun 1926 hingga 2014 yang bernama Gangneung Takju Factory.
Saat ini, Budnamu Factory sudah menjadi tempat tujuan wisata populer di Gangneung berkat promosi dari mulut ke mulut mengenai rasa khas birnya. Pengunjung bisa menemukan bir yang dibuat di tempat dengan harmoni masa lalu dan masa kini, timur dan barat, serta kehangatan dan kesejukan. Bahkan, Budnamu Factory sudah menerima sekitar 460 ribu orang pengunjung hingga Juli lalu.
Bir yang dibuat di Budnamu Factory dibuat dari berbagai macam bahan seperti beras, Acorus, Phyllostachys, gandum kuda, serunai, Zanthoxylum schinifolium, daun pinus, kentang, jagung manis, kesemek, dan stroberi. Seluruh bahan tersebut didapatkan dari perkebunan lokal Korea.
CEO Budnamu Brewery Lee Chang-ho menjelaskan, "Kami menggunakan bahan-bahan yang digunakan oleh pengrajin minuman tradisional Korea serta hasil pertanian dan perkebunan lokal Korea. Hal ini didasarkan pada tujuan kami, yaitu membuat local beer yang sesuai dengan rasa khas Korea. Kata kunci kami adalah 'pencarian bahan khas'."
Korea.net datang mengunjungi Budnamu Brewery pada 28 Agustus lalu. Lee memperkenalkan salah satu bir musiman yang hanya bisa diminum pada musim gugur saja. "Sekarang adalah saat yang tepat untuk Anda mencoba bir yang dibuat dari Humulus lupulus yang dipanen pada musim panas," ungkapnya.
Bir yang diperkenalkan oleh Lee adalah bir yang menggunakan Humulus lupulus yang mulai diproduksi sejak tahun 2016 di Sacheon-myeon, Gangneung. Bir ini merupakan bir yang bisa dinikmati pada saat Chuseok (hari raya panen Korea) karena menggunakan bahan yang dipanen pada musim panas. Bir ini unik karena beraroma seperti daun Humulus lupulus segar.
Budnamu Brewery merupakan salah satu dari tempat pembuatan 'bir pengrajin' yang sedang populer di Korea. Ungkapan 'bir pengrajin' berarti bir yang dibuat dalam skala kecil oleh para pakar pengrajin bir. Ungkapan itu merupakan terjemahan langsung dari ungkapan craft beer yang digunakan di Amerika Serikat yang berarti "bir yang dibuat dengan sepenuh hati agar menghasilkan bir berkualitas tinggi."
Lee menambahkan, "Sudah sepuluh tahun berlalu semenjak ada wartawan berita asing yang melaporkan bahwa bir Korea tidak seenak bir Daedonggang dari Korea Utara. Saat ini tempat pembuatan craft beer sudah berkembang hingga mampu menghasilkan lebih dari dua ribu jenis bir dari 160 tempat di seluruh Korea."
Merek bir yang saat ini sedang memegang pasar craft beer di Korea adalah Jeju Beer Company yang didirikan pada tahun 2015. Perusahaan ini memegang pangsa craft beer terbesar di Korea dengan persentase 28,4% dari pasar craft beer Korea pada tahun 2020. Bahkan Jeju Beer Company merupakan perusahaan craft beer pertama yang bisa masuk ke dalam KOSDAQ (bursa saham Korea).
Jeju Beer Company terletak di Hallim-eup, Kota Jeju. Lantai pertama merupakan tempat untuk memproduksi bir, lantai dua merupakan ruang kebudayaan terpadu tempat pengunjung bisa menyaksikan proses produksi bir, dan lantai tiga merupakan pub tempat pengunjung bisa menikmati bir buatan Jeju Beer Company.
Pengunjung yang masuk ke lantai dua bisa langsung menghirup wangi cairan bir yang sedang difermentasi. Pengunjung bisa mengetahui cara pembuatan bir serta mencoba bir yang baru dibuat di dalam ruang aktivitas ini.
Kepala bidang pemasaran Jeju Beer Company Kwon JinJu menjelaskan, "Visi Jeju Beer Company adalah menciptakan 'budaya bir baru' di pasar bir Korea." Pengunjung yang datang bisa melihat di sekeliling tempat pembuatan bir serta melihat proses pembuatannya di lantai dua dengan konsep ruang aktivitas terpadu. Selain itu, pengunjung juga bisa menghirup wangi dan mencicipi rasa bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bir.
Tur Jeju Beer Company dibuka 7-8 kali per hari dengan peserta sebanyak 12 orang. Tur ini sangat populer sehingga persentase pelaksanannya mencapai 97-98%. Jumlah pengunjung tempat ini sudah mencapai 150 ribu orang hingga Mei 2022.
Penanggung jawab bidang pemasaran Jeon Bean mengatakan, "Jeju Beer Company menggunakan berbagai macam bahan dasar sehingga memberikan variasi dalam budaya bir di Korea, terutama di dalam pasar craft beer, dengan karakteristiknya."
Jeju Beer Company mampu memproduksi bir yang berbeda dengan bir produksi perusahaan besar. Bir di sini berbeda dengan bir yang hanya memberikan kesegaran karena soda, seperti bir-bir produksi massal di Korea. Bir di sini memiliki wangi dan rasa khas yang berbeda. Misalnya, konsumen bisa merasakan rasa bahan makanan lokal seperti kaktus atau kacang tanah khas Udo.
Kwon mengatakan, "Tujuan Jeju Beer Company adalah untuk mendorong terbentuknya 'Budaya Kuliner Bir'." Hal yang ingin dikejar oleh Jeju Beer Company adalah terbentuknya budaya untuk menikmati bir, seperti layaknya menikmati wine. Masyarakat diharapkan bisa memikirkan pasangan makanan yang cocok untuk dimakan bersama dengan minum bir.
Kwon menambahkan, "Kami mengembangkan produk bir kami dengan memikirkan makanan yang cocok terlebih dahulu. Kami ingin membuat bir Korea yang cocok dengan makanan khas Korea."
Kwon lalu melanjutkan, "Produk Jeju Wit Ale menggunakan kulit jeruk sehingga cocok untuk dinikmati bersama dengan makanan khas Jeju yang berminyak, seperti sasyimi makarel pasifik, daging dombe (daging babi yang disajikan di atas talenan), dan mi daging. Jeju Pellong Ale cocok untuk dimakan dengan makanan pedas seperti kimchijeon atau golbaengi muchim."
"Jeju Geomeong Ale lebih ringan dan lembut dibanding bir hitam pada umumnya sehingga sangat cocok untuk dimakan dengan makanan yang memiliki rasa kuat seperti daging," tutup Kwon.
Menurut Asosiasi Pengrajin Bir Korea, perusahaan craft beer Korea meningkat tiga kali lipat dari 54 perusahaan di tahun 2014 menjadi 163 perusahaan di tahun 2021. Angka penjualan pun meningkat pesat dari 930 juta won di tahun 2013 menjadi 152 miliar won di tahun 2021. Jumlah penjualan meningkat 15 kali lipat dalam delapan tahun. Pasar craft beer Korea diprediksi akan terus bertumbuh hingga mencapai angka penjualan 370 miliar won pada tahun 2023.
Lee menjelaskan, "Merek craft beer Korea memiliki rasa yang unik di tengah persaingan antara bir produksi perusahaan besar dan bir impor. Oleh karena itu, kami berusaha keras untuk memperluas skala industri kami. Ke depannya akan ada lebih banyak lagi craft beer khas Korea yang lebih enak dan menarik."
jesimin@korea.kr