Presiden Lee Jae Myung (kanan) terlihat sedang berdialog dengan Michael Sandel pada tanggal 18 September 2025 di Kantor Kepresidenan Republik Korea, Yongsan-gu, Kota Seoul. (Kantor Kepresidenan Republik Korea)
Penulis: Jeon Misun
Presiden Lee Jae Myung mengungkapkan bahwa ia akan berada bersama Amerika Serikat, tetapi juga akan tetap menjaga hubungan stabil dengan Tiongkok.
Presiden Lee mengungkapkan hal tersebut dalam wawancara eksklusif dengan TIME yang dirilis pada tanggal 18 September 2025.
Presiden Lee mengatakan, "Korea akan berdiri bersama Amerika Serikat dalam tatanan global yang baru serta dalam rantai pasok yang berpusat pada Amerika Serikat, tetapi Korea perlu mengelola hubungan dengan Tiongkok agar tidak memicu permusuhan."
Jika tidak melakukan hal seperti itu, Presiden Lee mengakui bahwa ada 'risiko Korea bisa menjadi garis depan dalam pertempuran antara dua blok yang berbeda'.
Presiden Lee menekankan bahwa Korea bisa berperan baik menjadi jembatan pertukaran dan kerja sama di wilayah yang memiliki hubungan kokoh dengan AS.
Terkait pengembangan nuklir di Korea Utara, Presiden Lee menganjurkan perundingan untuk sebagian melonggarkan atau mencabut sanksi terhadap Korea Utara dengan tiga tahap, yaitu penangguhan senjata, pengurangan, dan akhirnya denuklirisasi.
Presiden Lee mengungkapkan bahwa pencapaian terbesarnya setelah dilantik adalah berhasil menstabilkan keadaan politik Korea.
TIME pun menilai bahwa Presiden Lee memahami situasi genting di Korea dan berusaha untuk merombak Korea.
msjeon22@korea.kr