Kebijakan

2023.07.20

Presiden Yoon Suk Yeol memberikan kata sambutan sebelum menaiki SSBN-737, salah satu kapal selam bertenaga nuklir yang membawa rudal balistik (SSBN). Kapal selam ini sedang berlabuh di Busan dan Presiden Yoon mengunjunginya pada tanggal 19 Juli di Pangkalan Angkatan Laut Busan, Angkatan Laut Republik Korea, Nam-gu, Busan.

Presiden Yoon Suk Yeol memberikan kata sambutan sebelum menaiki SSBN-737, salah satu kapal selam bertenaga nuklir yang membawa rudal balistik (SSBN). Kapal selam ini sedang berlabuh di Busan dan Presiden Yoon mengunjunginya pada tanggal 19 Juli di Pangkalan Angkatan Laut Busan, Angkatan Laut Republik Korea, Nam-gu, Busan.



Penulis: Park Hye Ri
Foto: Kantor Kepresidenan Republik Korea

Presiden Yoon Suk Yeol mengunjungi SSBN-737 pada tanggal 19 Juli di Pangkalan Angkatan Laut Busan, Angkatan Laut Republik Korea, Nam-gu, Busan. Kapal ini adalah salah satu kapal selam bertenaga nuklir yang membawa rudal balistik (SSBN) milik Amerika Serikat yang sedang berlabuh di Busan.

Kapal selam bertenaga nuklir AS terakhir kali berlabuh di Korea pada tahun 1981. Kunjungan kali ini merupakan tindak lanjut dari Deklarasi Washington yang disepakati oleh Presiden Yoon dan Presiden Joe Biden pada bulan April lalu.

Juru Bicara Kantor Kepresidenan Lee Do-woon dalam pengarahan tertulis mengungkapkan, "Presiden Yoon menjadi presiden negara sahabat AS pertama yang mengunjungi SSBN. Hal ini sudah direncanakan oleh Presiden Yoon dengan tekad untuk mewujudkan perdamaian berbasis kekuatan yang berdasarkan pada aliansi Korea-AS yang kuat."

Dalam kata sambutannya, Presiden Yoon berkata, "Rapat pertama NCG (Grup Konsultasi Nuklir) sudah diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Washington yang sudah disepakati oleh saya dan Presiden Biden pada bulan April lalu. Korea dan AS telah mendiskusikan rencana dan pelaksanaan strategi nuklir yang mencakup aset nuklir dan non nuklir."

Presiden Yoon melanjutkan, "Korea dan AS akan menjawab dengan tegas dan kuat terkait ancaman nuklir dan peluru kendali AS melalui beberapa strategi, seperti NCG dan SSBN."

Pemimpin ROK/US Combined Forces Command, Jenderal Paul LaCamera dalam kata sambutannya menyebutkan, "SSBN Kentucky merupakan kekuatan yang penting dalam kebijakan nonproliferasi AS. Kunjungan SSBN pertama ke Korea dalam 40 tahun ini menunjukkan tekad AS dalam janji kami membantu pertahanan Korea."



Presiden Yoon Suk Yeol dan Ibu Negara Kim Keon Hee naik ke atas SSBN-737, salah satu kapal selam bertenaga nuklir yang membawa rudal balistik (SSBN). Kapal selam ini sedang berlabuh di Busan dan Presiden Yoon mengunjunginya pada tanggal 19 Juli di Pangkalan Angkatan Laut Busan, Angkatan Laut Republik Korea, Nam-gu, Busan.

Presiden Yoon Suk Yeol dan Ibu Negara Kim Keon Hee naik ke atas SSBN-737, salah satu kapal selam bertenaga nuklir yang membawa rudal balistik (SSBN). Kapal selam ini sedang berlabuh di Busan dan Presiden Yoon mengunjunginya pada tanggal 19 Juli di Pangkalan Angkatan Laut Busan, Angkatan Laut Republik Korea, Nam-gu, Busan.



Setelah menyelesaikan kata sambutannya, Presiden Yoon naik dan menginspeksi SSBN tersebut bersama Ibu Negara Kim Keon Hee dan Jenderal LaCamera. Setelah selesai menginspeksi SSBN selama 30 menit, Presiden Yoon menyemangati para kru kapal.

Presiden Yoon kemudian mengunjungi Angkatan Laut Republik Korea dan menyemangati para prajurit di sana. Kemudian Presiden Yoon menerima laporan di Pusat Komando dan Kontrol mengenai kondisi terkini persiapan strategi Angkatan Laut Republik Korea.

Presiden Yoon berkata, "Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para prajurit Korea yang telah berusaha sangat keras untuk menjaga tanah Korea dari seluruh penjuru Korea serta karena telah membantu menjaga nyawa dan aset masyarakat Korea di lokasi bencana alam. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para prajurit AS di Korea atas dedikasinya dalam menjaga keamanan dan kestabilan Semenanjung Korea."

Presiden Yoon juga memohon agar para prajurit mendukung kerja sama erat Korea dan AS dalam menjaga keamanan bersama. Presiden Yoon menutup, "Perdamaian tidak diberikan secara gratis. Perdamaian yang sebenarnya dapat dipastikan melalui kekuatan aliansi Korea dan AS yang kuat dan tegas."


hrhr@korea.kr

konten yang terkait