Oleh Lee Kyoung Mi
Presiden Yoon Suk Yeol mengunjungi Amerika Serikat pada 20 September (waktu setempat). Ia mengatakan," Pada saat masyarakat dunia atau sebuah negara mendapatkan ancaman untuk kebebasannya, saat itulah masyarakat internasional harus bahu membahu untuk menjaga kebebasan tersebut."
Presiden Yoon Suk Yeol memberikan pidato sebagai pembicara utama pada 20 September (waktu setempat) saat Sidang Majelis Umum (SMU) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ke-77 di New York, Amerika Serikat.
Ia menekankan kata kunci 'kebebasan' dan 'solidaritas' selama pidato berjudul "Kebebasan dan Solidaritas: Jawaban untuk Momen yang Menentukan."
Presiden Yoon merupakan pembicara kesepuluh di antara negara peserta SMU PBB yang naik ke podium. Ia menekankan solidaritas di antara masyarakat internasional.
Ia mengatakan, "Saat ini masyarakat internasional sedang mendapatkan ancaman karena senjata nuklir dan senjata pembunuh massal lainnya yang mengancam kehidupan dan hak asasi manusia. Saat ini kebebasan dan perdamaian masyarakat dunia sedang terancam."
Presiden Yoon lalu melanjutkan, "Kebebasan yang sejati bukan hanya berarti keluar dari batasan-batasan yang ada, tetapi juga memberikan kebebasan untuk mewujudkan kehidupan sebagai layaknya seorang manusia. Selain itu, perdamaian yang sejati adalah pondasi manusia agar bisa hidup dengan lebih makmur lagi."
Ia lalu menekankan, "Kebebasan yang nyata dapat terwujud apabila kita terbebas dari penyakit, kelaparan, buta huruf, serta kekurangan energi dan kebudayaan."
Di dalam pidatonya, Presiden Yoon juga menyebutkan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi dunia, seperti pandemi Covid-19, perbedaan digitalisasi, dan perubahan iklim.
Ia menekankan pentingnya kerja sama antar masyarakat internasional untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan ini. Selain itu, ia juga berjanji untuk memperbesar peran Korea Selatan yang merupakan bagian dari masyarakat internasional.
Presiden Yoon juga mengungkapkan bahwa Korea Selatan membantu menjaga dunia dari ancaman keamanan kesehatan global. Beberapa hal yang Korea lakukan adalah melakukan peneliitian untuk mengembangkan pengobatan dan vaksin Covid-19, memberikan kontribusi sebesar 300 juta dolar melalui ACT-A (The Access to COVID-19 Tools Accelerator), serta mengadakan rapat GHSA (Global Health Security Agenda) di Seoul pada bulan November untuk menjawab kemungkinan pandemi penyakit di masa depan.
Presiden Yoon lalu mengungkapkan usaha Korsel dalam menghadapi masalah perubahan iklim. "Kami sedang memperbesar skala ODA (Official Development Assistance) hijau untuk membantu negara-negara berkembang mengubah pemakaian energinya menjadi energi rendah karbon. Selain itu kami juga akan membagikan teknologi hijau inovatif kami kepada seluruh dunia," katanya.
Selama beberapa tahun terakhir, Korsel telah membagikan pengetahuannya terkait teknologi digital e-government kepada negara-negara berkembang. Presiden Yoon lalu berjanji untuk terus berusaha untuk berinvestasi pada pendidikan dan memberikan dukungan untuk berbagi data dan teknologi digital.
Pidato Presiden Yoon berlangsung selama sebelas menit dan ia menerima tujuh kali tepukan tangan selama pidato.
Kosakata yang paling banyak digunakan oleh Presiden Yoon dalam pidatonya adalah 'kebebasan' (21 kali), 'PBB' (20), dan 'masyarakat internasional' (13).
Kantor Kepresidenan memberikan penjelasan terkait dengan pidato presiden. "Ini merupakan pidato pertama Presiden Yoon Suk Yeol sebagai pembicara utama di SMU PBB. Presiden Yoon telah mengungkapkan visi diplomasi pemerintahannya, bagaimana Korea akan bekerja sama dengan masyarakat internasional, dan bagaimana pemerintah akan bahu membahu membantu masyarakat internasional ke depannya," ungkapnya.
km137426@korea.kr