Sosial

2025.11.20

Para peserta Glocal63 Expedition edisi K-Farm yang digelar pada tanggal 13 Juli 2025 di Eumseong-gun, Provinsi Chungcheongbuk, berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. (Glocal Town)

Para peserta Glocal63 Expedition edisi K-Farm yang digelar pada tanggal 13 Juli 2025 di Eumseong-gun, Provinsi Chungcheongbuk, berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. (Glocal Town)



Penulis: Kim Seon Ah

Perjalanan keliling dunia tanpa paspor tengah berlangsung di Eumseong-gun, Provinsi Chungcheongbuk.

Makanan yang dibuat para pemuda multinasional, serta tarian, musik, dan berbagai bahasa, berpadu secara alami dalam satu ruang, sementara warga lokal dapat merasakan budaya dari 63 negara tanpa harus keluar dari desa. Di tengah isu krisis daerah dan penurunan populasi yang menjadi tugas nasional, Glocal Town, desa pemuda di Eumseong-gun, menghadirkan perubahan yang tenang tetapi kuat sebagai sebuah eksperimen regional baru yang dibangun bersama para migran, pemuda, dan warga lokal.

Dari Agustus hingga November 2025, Glocal63 Culture Show menghadirkan ragam budaya dari 20 negara di seluruh dunia, mulai dari wisata kuliner Thailand dan pertunjukan membongkar buah tropis khas Vietnam, hingga tarian salsa Kolombia dan aktivitas yoga ashram dari India. Para peserta tidak hanya mencicipi makanan atau menonton pertunjukan, tetapi juga memasak, menari, dan berbagi kehidupan bersama para pemuda dari berbagai negara. Nilai yang diharapkan Lee Ahri, Direktur Glocal Town—yakni 'masyarakat yang menerima dan merangkul keberagaman'—mengalir secara alami dalam setiap program.

Para pemuda yang mengunjungi Glocal Town merekam keseharian daerah ini melalui lensa mereka. Dalam program pelatihan produksi video Glocal63 Expedition, mereka belajar pembuatan video pada pagi hari dan menjelajahi berbagai sudut Eumseong-gun pada sore hari untuk mendokumentasikan cerita-cerita lokal dalam bahasa mereka sendiri. Restoran Vietnam, toko roti yang didirikan pemuda, hingga studio kerja para pelaku usaha kecil—ruang-ruang sehari-hari ini lahir kembali melalui kamera mereka. Para pemuda tersebut mengatakan, "Tugas kami adalah menunjukkan daerah apa adanya." Mereka merekam wajah dan suara warga Eumseong untuk memperkenalkannya kepada dunia.

Reaksi warga juga berubah. Kim Kyungja, yang berpartisipasi dalam acara Culture Show edisi Mesir dan Peru, mengatakan, "Saya senang bisa mencicipi berbagai makanan dan berbicara langsung dengan para pemuda dari berbagai negara." Ia menambahkan, "Saya barharap Glocal Town dapat berkembang ke dunia."

Sementara itu, Bolor, warga asal Mongolia yang sebelumnya khawatir tentang hambatan bahasa, tersenyum cerah sambil mengatakan, "Semua orang menyambut saya dengan hangat. Bahasa sama sekali tidak menjadi masalah, dan sekarang saya berkomunikasi hampir setiap hari dengan teman-teman dari berbagai negara."

Glocal Town menarik perhatian bukan hanya karena keseruannya dalam menikmati beragam budaya multinasional. Lebih dari itu, di sinilah perubahan dimulai—ketika warga negara asing yang tinggal di daerah tidak lagi dipandang semata-mata sebagai 'tenaga kerja,' melainkan diterima sebagai tetangga dan rekan yang hidup bersama dalam komunitas.

Glocal Town Eumseong dibangun bersama para pemuda dari berbagai negara, dan diikuti dengan antusias oleh warga lokal sambil tumbuh bersama. Program ini menawarkan jalur baru yang belum dapat dijawab oleh kebijakan pemuda konvensional.

Sebuah ruang untuk menjelajahi dunia tanpa paspor, serta pengalaman memahami kembali sebuah daerah dengan belajar dari perbedaan satu sama lain. Eksperimen yang dimulai di Eumseong-gun, Provinsi Chungcheongbuk ini menunjukkan potensi untuk menjadi model baru bagi regenerasi wilayah.

sofiakim218@korea.kr

konten yang terkait