Penulis: Aisylu Akhmetzianova
Pemerintah Korea mendorong masyarakatnya untuk berpacaran dan menikah dengan berbagai dukungan yang tidak pernah terpikir sebelumnya, mulai dari mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk melakukan kencan buta di kuil, menggelar pesta pernikahan di museum atau taman, hingga membayar sewa rumah bulanan hanya sebesar 10 ribu won saja.
Berdasarkan survei jumlah penduduk Korea pada tahun 2023, jumlah penduduk Korea tidak termasuk WNA (warga negara asing) menurun sebesar 101.000 jiwa (0,2%) dibanding tahun 2022 menjadi 49,8 juta jiwa. Jumlah penduduk Korea terus menurun setiap tahunnya sejak tahun 2021.
Angka kelahiran pada tahun 2023 mencapai titik terendah dengan 0,72. Angka ini turun 0,06 dibanding tahun 2022 yang mencapai 0,78. Jumlah pernikahan tahun 2023 bahkan hanya mencapai 194 ribu pasang. Jumlah ini berkurang 40% dalam sepuluh tahun terakhir.
Banyak orang Korea yang menyerah untuk berpacaran, bahkan untuk menikah. Oleh karena itu, krisis penduduk tidak bisa dihindari. Permasalahan kelahiran rendah ini menjadi permasalahan sosial yang sudah lama ada. Bahkan presiden sampai turun tangan dengan menyatakan keadaan darurat nasional.
Tak hanya pemerintah pusat yang turun tangan membentuk lembaga khusus untuk meningkatkan kelahiran, pemerintah daerah dan berbagai organisasi swasta pun bergandengan tangan untuk menanggapi keadaan tersebut.
Berbagai pihak mencoba untuk membuat program dan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan penduduk, salah satunya adalah melalui kencan buta. Organisasi agama pun ikut turun tangan untuk mendorong masyarakat Korea agar bisa berpacaran.
Seorang pria yang berasal dari Dangjin di Provinsi Chungcheongnam dan seorang wanita yang berasal dari Gwanak-gu di Kota Seoul jatuh cinta satu sama lain setelah bertemu di sebuah kuil pada tanggal 9 Agustus 2024. Mereka berhasil bertemu satu sama lain melalui program Naneun Jeollo yang dioperasikan oleh Yayasan Buddha Korea untuk Kesejahteraan Sosial.
Program Naneun Jeollo memberikan kesempatan kepada wanita dan pria lajang berusia 20-an hingga 30-an tahun untuk bertemu satu sama lain di kuil Buddha. Para peserta bisa mengenal satu sama lain melalui berbagai aktivitas yang diselenggarakan di kuil Buddha selama dua hari satu malam. Berkat program ini, beberapa pasangan pun lahir.
Program Naneun Jeollo belakangan ini sangat populer hingga memecahkan rekor jumlah pendaftar sebesar 1.510 orang pada sesi kelima yang diselenggarakan 9-10 Agustus 2024. Setelah sesi kelima tersebut selesai, enam pasangan baru lahir dari 20 orang peserta yang terpilih.
Program Naneun Jeollo bahkan sempat mendapatkan penghargaan presiden pada Hari Penduduk yang jatuh pada tanggal 11 Juli 2024 berkat kontribusinya untuk meningkatkan jumlah kelahiran di Korea.
Pemerintah Kota Busan juga mendorong warga mudanya untuk berpacaran. Distrik Saha-gu akan menyelenggarakan Hari Pertemuan Wanita dan Pria Lajang pada bulan Oktober 2024. Warga negara Korea maupun asing bisa mendaftar untuk berpartisipasi dengan mengirimkan dokumen pendaftaran yang diperlukan.
Peserta akan bisa mendapatkan kesempatan untuk melakukan kencan buta, kemudian mendapatkan 500 ribu won apabila berhasil menjadi pasangan. Lalu, pemerintah distrik tersebut akan memberikan tambahan sejuta won per orang apabila pasangan tersebut berhasil melakukan pertemuan antar orang tua untuk mempersiapkan pernikahan.
Pasangan yang berhasil sampai ke jenjang pernikahan akan mendapatkan uang ucapan selamat sebesar 20 juta won. Pasangan tersebut juga bisa mendapatkan bantuan pinjaman jeonse (sewa rumah dengan uang deposit yang cukup besar) sebesar 30 juta won atau sewa rumah bulanan sebesar 800 ribu won (maksimal lima tahun).
Pemerintah Kota Seoul membuka 28 buah fasilitas umumnya untuk digunakan sebagai tempat resepsi pernikahan karena biaya penyewaan aula pernikahan swasta saat ini sudah terlalu tinggi.
22 tempat tersebut bisa digunakan oleh penduduk kota dengan gratis, seperti contohnya di Museum Sejarah Seoul, Sejong Center, Seoul Water Recycling Corporation (Taman Maru), dan Alun-alun Magok.
Enam dari tempat tersebut berada di dalam ruangan dan sisanya berada di luar ruangan. Calon pengantin juga bisa menerima dana bantuan maksimal sejuta won untuk pengeluaran terkait aksesori resepsi pernikahan.
Salah satu beban bagi para pengantin baru adalah rumah sehingga berbagai pemerintah daerah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengurangi beban biaya sewa rumah untuk pengantin baru.
Pemerintah Kota Incheon akan menyediakan Perumahan Seribu Won bagi seribu pasangan baru setiap tahunnya. Pasangan suami istri dengan usia pernikahan maksimal tujuh tahun bisa mendaftarkan dirinya untuk mengikuti program ini. Mereka bisa tinggal dengan membayar sewa sebesar seribu won setiap harinya selama maksimal enam tahun.
Pemerintah Hwasun-gun di Provinsi Jeollanam malah menyediakan Perumahan Sewa 10 Ribu Won yang lebih murah dibanding Pemerintah Kota Incheon. Pemerintah Hwasun-gun meminjamkan biaya jeonse kepada para pengantin baru yang sudah tinggal di apartemen sewaan. Kemudian mereka tinggal membayar sewa apartemen sebesar sepuluh ribu won per bulan kepada Pemerintah Hwasun-gun.
Pemerintah Provinsi Jeollanam serta beberapa kabupaten juga berencana untuk mengadopsi program Perumahan Sewa 10 Ribu Won tersebut, terutama di daerah-daerah yang terus mengalami penyusutan penduduk, seperti Goheung-gun, Boseong-gun, Jindo-gun, dan Sinan-gun.
aisylu@korea.kr