Park Joohee, wanita Korea pertama yang terpilih sebagai anggota Komite Eksekutif OCA, terlihat sedang diwawancarai oleh Korea.net pada tanggal 13 Juni 2025 di kantor Komite Strategi Olahraga Internasional, Gangnam-gu, Seoul. (Lee Jeong Woo)
Penulis: Kim Seon Ah
"Olahraga adalah alat diplomasi terbaik."
Park Joohee menjadi wanita Korea pertama yang menjadi anggota Komite Eksekutif Dewan Olimpiade Asia (OCA). Ia menjalankan kepemimpinan lunak dengan menjembatani perbedaan budaya di Asia dan menyuarakan suara atlet serta pihak-pihak terkait ke dalam kebijakan.
Korea.net mewawancarai Park di kantor Komite Strategi Olahraga Internasional yang terletak di Gangnam-gu, Seoul pada tanggal 13 Juni 2025. Berikut adalah tanya-jawab bersama Park.
- Apa peran utama Anda sebagai Ketua Komite Entourage dan anggota Komite Eksekutif OCA?
Komite Entourage mewakili suara tidak hanya atlet, tetapi juga semua orang di sekitar mereka seperti pelatih, manajer, dan staf medis. Tugas utamanya adalah bekerja sama secara langsung maupun tidak langsung dengan berbagai organisasi untuk membantu atlet dan pihak-pihak terkait dapat bekerja sama dengan baik. Fokusnya adalah memastikan suara-suara tersebut disampaikan dan tercermin dengan baik dalam kebijakan.
- Apa rencana atau strategi khusus yang bertujuan untuk mencerminkan suara atlet dan pihak-pihak terkait dalam kebijakan olahraga?
Kepala Komite Olahraga dan Olimpiade Korea Ryu Seung-min adalah mantan atlet sehingga beliau sering menyuarakan kepentingan para atlet. Saya bukan mantan atlet. Saya adalah seorang yang mengambil jurusan olahraga. Namun, saya telah bertemu banyak orang yang terlibat dalam bidang olahraga sehingga saya bisa lebih memahami peran mereka. Selain itu, sebagai seorang perempuan, saya berupaya untuk menangani isu-isu gender dengan lebih baik.
- Apa saja perbedaan budaya olahraga di Asia yang Anda alami selama bekerja? Prinsip utama apa yang Anda pegang untuk menjembatani perbedaan tersebut?
Meskipun Timur Tengah termasuk bagian dari Asia, budaya di sana terasa berbeda dan eksotis. Awalnya budaya tersebut terasa agak asing bagi saya, tetapi yang paling mendasar adalah bagaimana cara kita memahami mereka dan bagaimana mereka dapat memahami kita. Itulah yang paling penting. Saya berusaha menciptakan titik-titik temu dengan banyak bertemu dan berkomunikasi dengan banyak orang.
- Menurut Anda, di bidang apa Korea dapat berkontribusi dengan baik dalam diplomasi olahraga?
Daripada mencoba hal-hal baru, lebih baik merapikan dan mempromosikan hal-hal yang sudah Korea kuasai dengan baik sebagai kekuatan ke dunia. Korea memiliki teknologi yang baik dan sumber daya manusia yang luar biasa. Oleh karena itu, saya percaya bahwa Korea harus menyampaikan pengetahuannya kepada negara-negara berkembang dan melakukan pertukaran dengan negara-negara Asia, terutama wilayah yang kuat seperti Timur Tengah dan India.
- Olahraga memiliki makna yang lebih dari sekadar pertandingan. Menurut Anda, bagaimana peluang pertukaran olahraga antara Republik Korea dan Korea Utara serta peran olahraga dalam membangun perdamaian di Asia di masa depan?
Saya berpikir olahraga adalah alat diplomasi terbaik. Anda mungkin pernah mendengar tentang diplomasi ping pong di masa lalu. Dalam situasi apa pun selama Perang Dingin, setiap isu atau kesempatan yang tercipta bisa menjadi titik balik. Kita harus melakukan pendekatan yang lebih lembut, seperti melalui budaya, seni, dan olahraga.
- Apakah Anda pernah merasakan keterbatasan sebagai perempuan dalam administrasi olahraga global? Bagaimana Anda mempertahankan kepemimpinan dalam situasi tersebut?
Awalnya, saya merasa terkadang kurang mendapatkan kesempatan karena saya seorang perempuan. Olahraga berkembang dalam budaya yang sangat didominasi laki-laki sehingga perempuan tidak banyak berpartisipasi dan juga kurang mendapat peluang. Namun, belakangan ini, kesetaraan gender menjadi isu besar dan dunia olahraga berusaha memberikan kesempatan yang setara.
Yang paling penting adalah menjadi seseorang yang dibutuhkan, terlepas dari gender. Keahlian akan membuka pintu. Di bidang ini, memiliki sesuatu yang benar-benar bisa Anda lakukan adalah senjata terbesar Anda.
- Apa saja peluang atau jalur praktis bagi perempuan muda yang ingin memasuki bidang olahraga global?
Para junior saya sering bertanya jurusan apa yang harus mereka ambil di universitas atau bidang apa yang harus mereka pelajari. Saya mendorong mereka untuk memiliki alasan yang jelas mengapa mereka harus diterima di tempat yang mereka inginkan. Profesionalisme, kerja keras, dan kesopanan sangat penting. Mahasiswa bisa menjadi relawan atau mengikuti magang. Jika mereka menemukan bidang yang diminati, mereka harus mengirim surel, menelepon, dan menunjukkan inisiatif.
- Siapa orang yang membentuk Anda hingga menjadi seperti sekarang?
Saya akan menyebut Direktur Jenderal OCA Husain Al Musallam yang juga memimpin World Aquatics. Pada tahun 2007, saya menjadi inspektur doping di Badan Anti-Doping Korea dan mengikuti program internasional untuk inspektur doping pada Asian Beach Games pertama. Saat itulah saya bertemu dengannya dan sejak itu dia membimbing karier global saya. Dia memberi saya setiap kesempatan sejak saya masih muda dan belum berpengalaman dan mendampingi saya saat membangun sistem di Asia. Kami masih berbicara setiap hari dan berdiskusi dari awal hingga akhir. Dia seperti keluarga bagi saya dan saya sangat berterima kasih padanya.
sofiakim218@korea.kr