Penulis: Wartawan Kehormatan Vidya Maratusholikha dari Indonesia
Korean Culture Center Indonesia (KCCI) kembali mengadakan sesi kuliah khusus yang dilaksanakan secara daring dan luring. Acara ini mengusung tema "Jinju, Cahaya dari Sungai Namgang" yang dilaksanakan pada 25 September 2025.
Penulis mengikuti kuliah khusus secara daring melalui Zoom sehingga tidak berkesempatan untuk mengikuti kegiatan membuat lentera yang disediakan bagi para peserta yang hadir secara luring di kantor KCCI di Jakarta.
Pembicara dalam kuliah khusus ini adalah Florian Hutagalung yang merupakan dosen di Cyber Hankuk University of Foreign Studies dan pemegang sertifikat resmi pemandu wisata dari pemerintah Korea.
Poster kuliah khusus dengan tema "Jinju, Cahaya dari Sungai Namgang" yang diselenggarakan oleh KCCI. (KCCI)
Jinju merupakan sebuah kota yang terletak di selatan Semenanjung Korea, tepatnya di Provinsi Gyeongsangnam. Kota ini memiliki sumber daya yang melimpah karena memiliki pantai dan pegunungan sehingga membuatnya memiliki potensi wisata yang beragam.
Jinju memiliki berbagai nama dalam sejarah. Jinju dikenal sebagai Geoyeolseong pada era Baekje (18 SM s/d 660 M) lalu sebagai Geoyeolju, Cheongju, dan Gangju pada era Silla Bersatu (676-935 M).
Nama Jinju pertama kali dipakai pada era Goryeo (918-1392 M) saat menjadi salah satu dari 12 distrik pada era Goryeo. Luas Jinju terus mengalami perubahan seiring dengan statusnya sebagai distrik, kecamatan, atau kabupaten. Status Jinju saat ini adalah sebuah kota yang berada di dalam Provinsi Gyeongsangnam.
Penjelasan mengenai Pertempuran Jinju dalam kuliah khusus dengan tema "Jinju, Cahaya dari Sungai Namgang." (tangkapan layar Zoom KCCI)
Jinju dikenal melalui Pertempuran Jinju yang merupakan salah satu dari tiga pertempuran besar dalam Perang Imjin dari tahun 1592-1598. Perang Imjin disebut juga sebagai Invasi Jepang ke Korea yang dipimpin oleh Toyotomi Hideyoshi untuk menaklukan Semenanjung Korea.
Pertempuran Jinju pertama terjadi pada tanggal 8-13 November 1592 untuk memperebutkan Benteng Jinju. Walaupun Jepang membawa 3.800 orang pasukan, Korea mampu mengalahkan Jepang melalui 3.800 orang pasukan dan 2.200 orang rakyat sipil.
Penjelasan mengenai Benteng Jinju dalam kuliah khusus dengan tema "Jinju, Cahaya dari Sungai Namgang." (tangkapan layar Zoom KCCI)
Lentera digunakan dalam Pertempuran Jinju untuk mengirimkan pesan dan sinyal, serta mengatur strategi militer. Setelah perang selesai, warga Jinju menggunakan lentera yang dilarungkan ke Sungai Namgang untuk mengenang mereka yang wafat dalam Pertempuran Jinju. Tradisi inilah yang menjadi akar dari Festival Lentera Sungai Namgang.
Pelarungan lentera ke Sungai Namgang awalnya dilakukan setiap tahun melalui Gaecheon Art Festival yang digelar setiap tahun sejak tahun 1945 untuk merayakan lahir kembalinya bangsa Korea.
Festival Lentera Sungai Namgang akhirnya digelar sebagai festival terpisah sejak tahun 2002 dan dikenal sebagai salah satu festival terbesar di Korea sejak tahun 2010.
Penjelasan mengenai Festival Lentera Sungai Namgang dalam kuliah khusus dengan tema "Jinju, Cahaya dari Sungai Namgang." (tangkapan layar Zoom KCCI)
Selain dikenal dengan festivalnya, Jinju juga dikenal dengan kulinernya yang bernama naengmyeon (mi dingin) dan bibimbap khas Jinju. Naengmyeon khas Jinju berbeda dengan naengmyeon daerah lain karena menggunakan daging sapi yang digoreng dan kuah yang cukup pekat. Selain itu, bibimbap khas jinju berbeda dengan bibimbap daerah lain karena menggunakan daging sapi mentah, taoge dari kacang hijau, dan berbagai sayuran.
Penjelasan mengenai naengmyeon khas Jinju dalam kuliah khusus dengan tema "Jinju, Cahaya dari Sungai Namgang." (tangkapan layar Zoom KCCI)